• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Makna Menikah Menyempurnakan Separuh Agama

Dengan demikian, menikah tidak bisa dikatakan sebagai penyempurna separuh agama jika disejajarkan dengan ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya. Karena, maksud dari diin dalam hadits itu sendiri ialah komitmen diantara kedua belah pihak.

Dalwa Tajul Arfah Dalwa Tajul Arfah
24/12/2020
in Kolom, Personal
0
Separuh Agama

Separuh Agama

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Sudah saatnya kamu memenuhi separuh agama lho! Jadi kapan nikah?” ucapan seperti itu tentu tak asing lagi sampai di telinga kita,-apalagi di usia-usia yang menurut kebiasaan sudah pantas untuk menikah. Apa sebenarnya maksud menikah menyempurnakan separuh agama?

Pertanyaan itu biasanya berasal dari sebuah hadits yang menyebutkan bahwa menikah itu menyempurnakan separuh agama. Sepertinya, kita harus meninjau kembali makna di balik hadits tersebut agar tidak salah kaprah dalam memaknai ‘separuh agama’ di sana.

Di sini, saya akan meninjau makna ‘separuh agama’ dalam hadis yang sering dijadikan alasan oleh banyak orang dalam mensegerakan menikah, dalam perspektif mubadalah yang terdapat dalam buku Qiraah Mubadalah karangan Kiai Faqih Abdul Kodir.

Mubadalah berarti kesalingan atau resiprokal,  sebagai wujud keadilan gender dalam Islam. Qira’ah mubadalah memberi jalan cara penafsiran dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits dengan perspektif mubadalah, untuk membuktikan bahwa Firman Allah dan Sabda Rasulullah pun berkeadilan gender. Tentunya juga, untuk menepis  tafsiran-tafsiran yang bersifat misoginis.

Qira’ah Mubadalah membahas banyak hal mengenai kehidupan, seperti isu-isu perempuan dalam islam, juga relasi yang baik antara perempuan dan laki-laki dalam pandangan Islam. Salah satunya yang menarik untuk dibahas ialah, mengenai kutipan hadits  tentang menikah menyempurnakan separuh agama.

Baca Juga:

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Kritik tanpa Kesalingan: Ketika Patriarki Jadi Senjata Sepihak

Redaksi Hadits Menikah Menyempurnakan Separuh Agama 

Masalah menikah menyempurnakan separuh agama ini tidak ada pembahasan secara khusus dalam suatu bab ataupun sub bab, hanya tersirat di dalam sub bab tujuan pernikahan. Hal ini rasanya menarik sekali untuk kita bahas. Qira’ah mubadalah ini memberi perspektif lain dalam memaknai potongan hadits tersebut.

Sebelum membahas maknanya lebih lanjut, mari kita cermati bunyi dari hadits tersebut:

عن انس بن مالك رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله ععليه وسلم : من رزقه الله امراة صالحة, فقد اعا نه على شطر دينه, فليتق الله في شطر الثاني. وفي رواية اخرى : اذا تزوج العبد, فقد استقمل نصف الدين, فليتق الله فيما بقي.

Anas bin Malik Ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “barangsiapa yang diberi rezeki oleh Allah seorang istri shalihah, maka ia telah ditolong separuh din-nya, maka bertakwalah dalam separuh yang lain”. Dalam riwayat lain : “apabila seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan din, maka bertakwalah kepada Allah pada separuh yang lain. (Mu’jam al- Thabrani)

Menurut analisis al-Albani, seluruh jalur sanad dari riwayat kedua mengenai “menikah menyempurnakan separuh agama (din) adalah dha’if. Sementara, riwayat pertama mengenai istri shalilhah sebagai separuh din, tidak lebih dari derajat hasan.  Oleh karena itu, baiknya, disini kita membahas riwayat yang pertama.

Kata din dalam hadits tersebut bisa berarti agama, di mana puncaknya ialah akhlak mulia. Kata din itu sendiri juga mengakar dari kata dayn  yang berarti utang, tanggung jawab dan komitmen. Oleh karena itu, dalam konteks pernikahan, Faqihuddin menafsirkan kata din sebagai komitmen untuk selalu berbuat yang terbaik terhadap pasangan dan seluruh anggota keluarga. Komitmen ini memiliki nilai spiritual (din) juga moral-spiritual (dayn).

Oleh karena itu, Kiai Faqih berpendapat bahwa hadits ini mengenai komitmen berelasi dalam pernikahan. Jika baru ada komitmen sepihak, baru disebut sebagai “separuh agama” dimana, dalam hal ini bermakna “separuh komitmen”.

Maka, tafsiran dari riwayat pertama mengenai istri shalihah sebagai separuh din, ialah komitmen berelasi yang telah dipegang oleh istri shaliha itu baru separuhnya, di mana diperlukan separuh yang lain agar tercipta komitmen yang utuh, yakni suami yang shalih.

Menikah Menyempurnakan Separuh Agama Perspektif Mubadalah

Meskipun  hadits di atas  menyebutkan bahwa menikah adalah separuh agama, dalam hal ini menikah tidak bisa disejajarkan dengan ibadah ritual dan sosial. Menikah merupakan sarana untuk berbuat kebaikan, tetapi juga bisa berubah menjadi medan perbuatan keburukan jika didalamnya ada maksud dan tujuan yang salah.

Oleh karena itu, agama mengatur hukum dari menikah bersifat fleksibel, dari wajib hingga haram, tergantung dari kemampuan dan maksud orang yang akan menikah. Dalam hal ini, menikah akan menjadi ibadah jika di dalamnya terdapat  nilai-nilai kebaikan, dengan perwujudan perbuatan yang baik kepada pasangan dan anggota keluarga yang lainnya sebagaimana yang diajarkan Al-Qur’an dan dicontohkan Rasulullah saw.

Dengan demikian, menikah tidak bisa dikatakan sebagai penyempurna separuh agama jika disejajarkan dengan ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya. Karena, maksud dari diin dalam hadits itu sendiri ialah komitmen diantara kedua belah pihak. Di mana jika hanya satu komitmen , maka yang terbentuk hanyalah setengah dari komitmen  (diin) itu, maka dibutuhkan setengah dari yang lain agar tercipta komitmen yang utuh dalam suatu ikatan pernikahan yang sakral.

Pendapat Kiai Faqih mengenai makna dari “menikah menyempurnakan separuh agama” yang dimaknai dengan “menyempurnakan separuh komitmen”, akan menghadirkan kemaslahatan dan menghindari keburukan dalam pernikahan. Karena, setiap orang sebelum menikah harus memiliki komitmen-komitmen yang baik terlebih dahulu agar tercipta rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. []

Tags: Fiqih KeluargaHukum MenikahmenikahQira'ah MubadalahTafsir Hadits
Dalwa Tajul Arfah

Dalwa Tajul Arfah

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kabupaten Bandung

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version