• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Melindungi Perempuan dari Kekerasan Seksual

Nur Anisa Nur Anisa
11/10/2022
in Kolom
0
Melindungi Perempuan dari Kekerasan Seksual
21
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Melindungi perempuan dari kekerasan seksual. Hal ini penting untuk melindungi kaum perempuan, terutama dari kekerasan seksual. Simak cerita berikut ini!

Jika biasanya hanya dilakukan di musala, masjid atau bahkan di pesantren-pesantren, kali ini saya mengikuti pengajian di kampus. Pengajian ini dilakukan rutin setiap hari Kamis bersama KH. Husein Muhammad yang dihadiri mahasiswa, dosen, dan masyarakat. Pengajian Kamisan di Kampus ISIF ini bisa diikuti siapa pun.

Dalam pengajian ini, Buya Husein membaca kitab Al-Mar’atu Baina al-Syariah wa al-Hayah yang membahas mengenai eksistensi perempuan dan pembelaan terhadap hak perempuan. Pembahasan kitabnya bisa dengan mudah kita pahami melalui penjelasan yang rinci.

Ditambah lagi, Buya selalu mengaitkan isi kitab dengan konteks zaman. Apa yang terjadi pada masa lalu tidak bisa begitu saja dapat diterapkan pada zaman sekararang.

Ngaji Kamisan ini sudah berjalan sejak 2016. Kitab yang pernah saya ikuti dalam Pengajian Kamisan diantaranya adalah Fannutta’amul Annabawi ma’a Ghoirul Muslimin, kemudian Samahah fi Mu’amalati Ghoiril Muslimin, dan yang terakhir adalah Al-Mar’atu Baina al-Syariah wa al-Hayah.”

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Di tulisan ini saya akan membahas kitab terakhir, Al-Mar’atu Baina al-Syariah wa al-Hayah atau Perempuan Diantara Peraturan Agama dan Realitas Kehidupan. Ditulis oleh Dr. Muhammad Abbas, salah seorang dosen di Universitas Syiria.

Kamis sebelumnya Buya membahas tentang kebebasan perempuan. Yakni realitas perempuan yang hidup di zaman modern akan tetapi masih belum bisa bebas sepenuhnya dalam berekspresi, menentukan cita-citanya, dan sebagainya. Masih banyak larangan yang dituntut untuk dipatuhi perempuan.

Menurut Buya, sampai hari ini posisi perempuan belum setara dan bebas. Mereka belum dapat terlibat sepenuhnya di dalam proses pembangunan kehidupan. Mengapa perempuan-perempuan berada dalam posisi seperti itu?

Yang menjadi persoalan adalah fiqih masih konservatif. Hukum model lama masih dipertahankan. Perempuan tidak boleh menjadi kepala negara, misalnya. Perempuan tidak boleh menikahkan dirinya sendiri, perempuan tidak boleh jadi kepala keluarga, perempuan tidak boleh keluar malam, dan sebagainya.

Kelompok progresif mempunyai kegelisahan akibat cara pandang keagamaan yang terus mempertahankan fiqh yang di dalamnya perempuan masih mengalami kemunduran. Perempuan masih dalam pengaturan yang dibuat oleh laki-laki. Perempuan tidak boleh pergi ke luar rumah tanpa mahram-nya, perempuan tidak boleh menjadi pemimpin.

Menurut Buya, semua larangan itu hanyalah persoalan tentang keamanan yang mengancam perempuan. Itu terjadi di zaman peperangan. Sedangkan zaman sekarang bukan lagi peperangan yang menjadi ancaman bagi perempuan yang pergi malam sendirian atau yang bepergian jauh, atau bahkan di dalam rumah sendirian. Ancaman perempuan adalah nafsu liar seseorang.

Mereka yang melakukan tindakan buruk terhadap sesama, baik itu laki-laki atau pun perempuan.

Banyak juga ancaman-ancaman kekerasan terhadap perempuan yang terus terjadi hingga sekarang. Dari mulai tidak adanya tindakan cepat dari pihak berwajib hingga cemooh dari lingkungan sekitar.

Kata Buya, solusi dari semua pihak untuk masalah kekerasan yang dialami perempuan adalah segera disahkannya Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS).

RUU ini harus segera disahkan karena ia mempunya prinsip-prinsip yang sesuai dengan semangat ajaran Islam; menolak kemafsadatan (درأ المفا سد  ). menarik kemaslahatan (جلب المصلح), menolak kemungkaran (نهئ المنكر), perlindungan martabat (حفظ العرض), dan perlindungan keturunan (حفظ النسل).

Demikian melindungi perempuan dari kekerasan seksual. Semoga bermanfaat. []

Tags: Buya HuseinkeamanankekerasanmahramNgaji Kamisanperempuanseksual
Nur Anisa

Nur Anisa

Nur Anisa, Mahasiswi Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version