• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Aku Selalu Diselingkuhi?

Ketidakmampuan mengenali jati diri “true self” seseorang adalah karena kita buta terhadap diri sendiri.

Dhuha Hadiyansyah Dhuha Hadiyansyah
02/02/2025
in Personal, Rekomendasi
0
Diselingkuhi

Diselingkuhi

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Usai kelas, seorang mahasiswi segera mendekati saya meminta waktu untuk berbicara. Sambil berkemas memasukkan sejumlah buku ke dalam tas, saya mempersilakannya untuk membawa kursi ke samping meja depan.

Bersamanya, ikut pula dua orang lainnya: satu mahasiswa dan satu mahasiswi. Tampaknya mereka bertiga adalah sahabat karib. Jadilah kami berempat di kelas yang sunyi itu setelah yang lain pulang.

“Ada gak sih, Pak, lelaki yang baik di dunia ini!?” mahasiswi bernama Mahkota (22, samaran) itu membuka suara.

“Jadi, gimana intinya? Langsung saja,” kata saya sambil tersenyum, diikuti tawa lepas dua mahasiswa yang lain.

Mahasiswi tingkat akhir ini pun mengaku bahwa dia hilang kepercayaan dengan laki-laki setelah secara bertubi-tubi menjadi korban perselingkuhan. Beberapa kali menjalin hubungan, dia mengaku selalu putus karena sang pujaan hati kepincut perempuan lain. Akibatnya, rencana untuk menikah setelah wisuda pun kandas.

Baca Juga:

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Mengapa Kita Bisa Salah Pilih?

Penyelewengan adalah salah satu masalah utama dalam sebuah hubungan, tak hanya kala pacaran tetapi juga saat menikah. Karyawan di perusahaan pun tak sedikit yang selingkuh dengan bekerja secara diam-diam untuk perusahaan lain!

“Yang terakhir ini, dia selingkuh sama temannya sendiri. Saya juga kenal baik dengan dia,” katanya.

Setelah menceritakan kisahnya dengan cukup lengkap, saya katakan bahwa kesalahan tidak semata-mata ada pada pihak yang melenceng dari komitmen karena kita tidak punya kendali atas pikiran dan tindakannya; kita yang diselingkuhi juga mempunyai kesalahan mendasar, yakni minimal tidak mampu menilai kualitas seseorang.

Saat menghadapi masalah, orang biasanya melakukan dua hal. Menyalahkan orang lain atau menganggap diri sebagai korban. Yakinlah bahwa keduanya tidak akan menyelesaikan apa pun. Kini saatnya berpikir apa yang akan kita lakukan selanjutnya; mengapa saya bisa salah pilih?

Banyak orang yang mengalami kecacatan moral berkeliaran memakai topeng. Secara lebih positif, para ahli menggunakan istilah “defensive mask” alias topeng pertahanan diri. Menunjukkan diri yang palsu di depan umum ini digunakan oleh orang yang penuh masalah untuk bertahan hidup. Mereka berakting, berpura-pura dan berperan laiknya pelakon di atas panggung, menjadi apa saja bisa.

Bagaimana kita bisa mengenali mereka?

Pertanyaan di atas adalah yang paling fungsional untuk menghindarkan mereka berada di dekat kita, apalagi menjadi pasangan. Amit-amit!

Ketika membahas tentang memilih pasangan, kita sering tersuguhi fatwa bahwa calon harus bagini-begitu, dengan sederet kualitas prima. Kalau mau berkhayal, boleh-boleh saja. Akan tetapi, lamunan akan tetap berada pada tempatnya, yakni di alam gaib. Kita harus bangun, karena saat ini kita hidup di alam nyata. Mari membuka mata.

Ketidakmampuan mengenali jati diri “true self” seseorang adalah karena kita buta terhadap diri sendiri. Ada ungkapan menarik dari tokoh sufi Yahya bin Muadz Ar-Razi, “Siapa mengenal diri, bakal mengenal Tuhannya”. Apabila Tuhan yang Immaterial saja dapat kita kenali, tentu lebih mudah mengenali makhluknya yang zahir, yang terindera.

Manusia memiliki kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya. Terkait kasus perselingkuhan, bukan berarti dia diselingkuhi karena dia sendiri tukang selingkuh, tetapi keduanya kemungkinan pemakai topeng. Yang pertama memakai topeng untuk (mungkin) menyembunyikan kecanduan cintanya. Kedua memakai topeng untuk mengalihkannya dari batin yang kesepian, kosong.

Akar kesuksesan hubungan kita dengan orang lain terletak pada bagaimana kita menjalin hubungan dengan diri sendiri. Harmonisasi antara dimensi fisik, emosional, intelektual, mental dan spiritual pada diri kita menjadi kunci.

Potensi keseimbangan kelima elemen tersebut akan tumbuh secara baik dan normal pada anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang fungsional. Mereka mencintai dan merawat diri, mafhum dengan perasaan dan cara mengungkapkannya, nalarnya bekerja dengan optimal, mentalitasnya kuat, fisiknya sehat, dan memiliki kualitas spiritualitas yang kokoh.

Menjadi Manusia Utuh

Manusia yang utuh seperti itulah yang dapat dengan cermat mengenali kualitas seseorang, karena dia sendiri bermutu tinggi. Orang yang level intelektualnya tinggi pasti mudah mengenali siapa yang pintar dan bodoh, bahkan mungkin hanya dari beberapa kalimat yang seseorang lontarkan.

Kita membutuhkan fotografer profesional untuk mengenali cacat sebuah gambar yang tak mungkin tampak di mata orang awam. Secara lebih dramatis, kita membutuhkan mata Qais untuk menggilai kecantikan Laila, karena dia dianggap wanita biasa saja oleh para bangsawan.

Sebaliknya, orang yang tidak menerima dan merawat diri dengan cara saksama, tak tahu cara mengungkapkan perasaan, kecerdasannya memble, mentalitasnya kedodoran, dan spiritualitasnya bobrok akan mengalami kesulitan menentukan pasangan yang baik. Apalagi, selama ini dia tidak dekat dengan sosok pasangan yang baik yang dapat ia jadikan teladan (ibu, ayah, dan orang-orang terdekat).

Karena tidak pandai menjaga hubungan dengan diri sendiri, dia kemungkinan besar akan kurang pandai menjaga hubungan dengan yang lain. Sebab dia buta dengan jenis perasaan dan cara mengungkapkannya, dia lalu kesulitan memahami perasaan orang lain.

Kecerdasan yang pas-pasan akan menyebabkannya mudah tertipu, dibodohi dan dimanipulasi. Mentalitasnya yang lemah membuat cara pandangnya menjadi kabur. Akibat kekosongan di dalam diri, kepekaan dan kesadarannya terhadap aneka pertanda menjadi rendah.

Permasalahan orang-orang ini, selain memang tidak paham cara menjaga hubungan, adalah memang tidak mengenal ciri-ciri pasangan yang baik, yang setia, jujur, dan tanggung jawab. Jadi, wajar jika berhubungan dengan siapa pun, mereka akan berakhir dengan kegagalan, terutama karena diselingkuhi.

Tukang selingkuh memang cukup banyak: 1 dari 3 pria adalah ahli selingkuh dan 1 dari 4 wanita juga demikian. Kabar baiknya, mayoritas manusia masih baik, jadi yang baik inilah yang perlu kita kenali dan ajak untuk menikah. []

Tags: CintaJodohmanusiaRelasiselingkuh
Dhuha Hadiyansyah

Dhuha Hadiyansyah

Dosen pada Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) dan fasilitator Sekolah Pernikahan

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version