Mubadalah.id – Ratu Balqis, nama yang bagi sebagian umat islam sudah tidak asing lagi. Pasalnya, kisah tersebut termaktub dalam QS an-Naml. Namun, nama ratu Balqis memang tidak tersebut secara gamblang dalam surat tersebut.
Namanya masyhur dalam berbagai kitab tafsir. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya apresiasi Al-Quran terhadap seorang perempuan yang mampu dan berhasil menjadi pemimpin.
Tidak hanya dalam Islam, pada al-kitab pun terdapat kisah ratu Saba’ (Ratu Syeba’) namun tidak pernah tersebutkan namanya seribu tahun sebelum Kristus lahir. Dalam al-kitab diungkapkan bahwa Sheba adalah nama kuno untuk Abyssinia. Sebuah kerajaan Laut Merah yang sekarang berada di sekitar Ethiopia dan Yaman.
Namun, siapakah sebenarnya Ratu Balqis itu?
Dalam Kitab Durrul Mantsur, karya Imam Suyuthi pada Tafsiran Surat An-Naml ayat 23, dijelaskan:
أخرج ابن جرير وأبو الشيخ في العظمة وابن مردويه وابن عساكر عن أبي هريرة قال: قال رسول الله : ” إحدى أبوي بلقيس كان جنّيًا ” .
Dari Abu Hurairah, Rusullah Saw, berkata bahwa salah satu orang tua Ratu Balqis adalah jin.
وأخرج ابن أبي شيبه وابن المنذر عن مجاهد قال: صاحبة سبأ كانت أمها جنّي
Dari Mujahid, berkata bahwa Ratu Saba’ ibundanya adalah jin.
وأخرج الحكيم الترمذي وابن مردويه عن عثمان بن حاضر قال : كانت أم بلقيس امرأة من الجن ، يُقال لها بلقمة بنت شيصان
Dari Usman bin Hadhir berkata, Ibu Ratu Balqis adalah jin biasanya dia sebut dengan Bulqomah bin Syaishon.
Ayahnya adalah seorang raja bernama Sayarahil bin Dzijadan bin Assirah bin al Haryts bin Qais bin Shaifi bin Saba bin Yasyjab bin Ya’rab bin Qahtan. Ia tidak mau menikah dengan penduduk Yaman. Ia menikahi jin perempuan bernama Bulqomah binti Syaison yang pada akhirnya melahirkan putri bernama Balqis yang memimpin negeri Saba’.
Kisah Negeri Saba’
Bernama negeri Saba’ karena diambil dari nama raja pertama yakni Saba’bin Yasjib bin Ya’rib bin Qahtan. Saba’ dikenal sebagai negeri yang memiliki peradaban yang tinggi.
Al-qur’an menggambarkannya sebagai negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Mufassir Indonesia, Quraish Shihab maknai sebagai negeri yang aman sentosa, berlimpah rezeki serta hubungan yang baik antara masyarakat dan pemimpinnya.
Kepemimpinannya mulai dikisahkan tatkala menerima surat dari nabi Sulaiman AS. Suatu ketika, Nabi Sulaiman mendapat kabar dari burung hud-hud, bahwa ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh serorang perempuan. Kerajaan tersebut sangat kaya dan berperadaban tinggi. Namun ratu dan rakyatnya menyembah matahari.
Burung hud-hud adalah burung yang bertugas untuk mengetahui dan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang segala situasi, terutama tentang kekuatan musuh. Hud-hud diceritakan sebagai seekor burung yang dapat terpercaya. Burung Hud-hud dapat kita sebut sebagai media penyampai berita yang saat ini telah semakin mudah dengan adanya kemajuan teknologi.
Nilai-nilai yang ada pada Kepemimpinan Ratu Balqis
1. Demokratis
Ketika sang ratu menerima surat dari Nabi Sulaiman yang berisi ajakan untuk menyembah Allah ia langsung mendatangkan para penasihat istana, para cerdik pandai dan kerabatnya. Yakni untuk meminta pendapat yang benar, yang harus dia tempuh dalam menanggapi surat dari Nabi Sulaiman as.
Hal ini karenaBalqis tidak ingin memutuskan perkara secara otoriter. Setelah musyawarah dengan penasihat dan orang terdekat penguasa, akhirnya mereka memutuskan untuk melaksanakan apapun keputusan ratu.
Surat An-Naml ayat 29-33:
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ
إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ
قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ أَفۡتُونِي فِيٓ أَمۡرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمۡرًا حَتَّىٰ تَشۡهَدُونِ
قَالُواْ نَحۡنُ أُوْلُواْ قُوَّةٖ وَأُوْلُواْ بَأۡسٖ شَدِيدٖ وَٱلۡأَمۡرُ إِلَيۡكِ فَٱنظُرِي مَاذَا تَأۡمُرِينَ
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”
“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,”
“Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
“Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).”
“Mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”
2. Melindungi rakyatnya
Setelah melakukan perundingan, semua tokoh istana yang ia undang menyarankan untuk melakukan perlawanan. Tetapi, sebagai ratu yang cerdas lagi bijaksana, ia mengemukakan pendapatnya yang berlawanan dengan para tokoh tersebut.
Menurutnya pikiran yang menghendaki untuk berperang adalah pikiran yang salah selama jalan damai belum ia tempuh. Sementara perdamaian lebih utama daripada peperangan. Padahal, ia memiliki 312 pemimpin dewan musyawarah. Di mana satu orang pemimpin memiiki anggota 10.00 orang.
Keputusan Ratu Balqis untuk tidak melakukan perang adalah wujud kepedulian terhadap rakyatnya. Dia mementingkan kehidupan rakyatnya yang jika berperang maka akan terjadi pertumpahan darah, kehancuran dan porak poranda.
3. Diplomatik
Balqis tidak lantas memanfaatkan kekuatan militernya untuk menyerang kerajaan Sulaiman dengan cara yang anarkistik. Peperangan untuk menyerang negeri lain adalah kebiasaan raja-raja terdahulu, yang tidak boleh ia lestarikan.
Kegiatan tersebut hanya akan menciptakan porak poranda, pertumpahan darah dan tidak manusiawi. Ia lebih memilih langkah diplomasi dengan mengirimkan hadiah terlebih dahulu. Ia berharap dapat memberi kesan baik sehingga bisa membangun relasi yang kooperatif.
Pada akhirnya, mereka mengikuti apa yang ratunya perintahkan.
QS. An-Naml ayat 34-35
قَالَتۡ إِنَّ ٱلۡمُلُوكَ إِذَا دَخَلُواْ قَرۡيَةً أَفۡسَدُوهَا وَجَعَلُوٓاْ أَعِزَّةَ أَهۡلِهَآ أَذِلَّةٗۚ وَكَذَٰلِكَ يَفۡعَلُونَ
وَإِنِّي مُرۡسِلَةٌ إِلَيۡهِم بِهَدِيَّةٖ فَنَاظِرَةُۢ بِمَ يَرۡجِعُ ٱلۡمُرۡسَلُونَ
“Dia (Balqis) berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat.”
“Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku) akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu.”
Namun setelah itu Nabi Sulaiman tidak mau menerima hadiah dari ratu Balqis. Ia ingin bertolak kembali ke Saba’. Nabi sulaiman memerintahkan kepada prajurit kerajaannya untuk memindahkan singgasana ratu Balqis dari Saba’ ke Palestina.
Jin Ifrid berkata “Aku akan membawa singgasananya sebelum engkau berdiri dari singgasanamu”
Ia menawarkan kemampuannya dengan menyombongkan diri seolah olah dia kuat dan dapat ia percaya.
Tetapi Nabi Sulaiman menginginkan yang lebih cepat daripada yang jin Ifrit tawarkan.
Ratu Balqis Menyatakan Keimanannya
Berdasarkan cerita dari pengajian kitab tanwirul qulub oleh ust. Thoifur, setelah jin Ifrit menawarkan diri, datanglah seorang pemuda tampan bernama Ashif bin Barkhoya, banyak yang mengatakan dia adalah sepupu Nabi Sulaiman, dia berkata kepada Sulaiman
“Aku akan membawa singgasananya setelah matamu berkedip”
Dan akhirnya, dalam waktu yang sekejap mata Sulaiman dapat melihat singgasana ratu Balqis sudah di depan matanya.
Singkat cerita mereka melakukan perbincangan hingga pada akhirnya Ratu Balqis beriman kepada Allah dan menjadi istri Nabi Sulaiman.
Karakter Kepemimpinan Ratu Balqis
Dari kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter pemimpin yang bijaksana, demokratis dan diplomatis. Dari kisah ini memperlihatkan bahwa sosok Ratu Balqis adalah pemimpin yang ideal dari sisi duniawi.
Namun, mengenai silsilah Ratu Balqis yang disebutkan bahwa ia adalah putri dari raja yang menikah dengan seorang jin, masih perlu kita ragukan.
Sehingga, al-Alusi dalam Ruhul Ma’ani-nya berkesimpulan bahwa, hadis yang menceritakan salah satu orang tua Balqis adalah jin merupakan hadis dlaif (lemah). Cerita seputar pernikahan mereka hanyalah legenda yang tidak terdapat dalam al-Quran maupun hadis sahih.
Tidak hanya itu, al-Mawardi juga menentang kisah pernikahan manusia dengan bangsa jin karena hal tersebut merupakan hal yang sangat tidak rasional dan keduanya memiliki tabiat yang berbeda sehingga tidak bisa disatukan.
Terlepas dari simpang siur silsilahnya, kisah kepemimpinan ratu balqis adalah simbol kepemimpinan feminis. Bahwa perempuan berpeluang untuk menjadi pemimpin. Tentunya, dengan kredibilitas dan integritas sebagai seorang pemimpin seperti yang digambarkan pada sosok Ratu Balqis. Wallahua’lam. []