Mubadalah.id – Malam ini, di tengah suasana bangsa yang penuh kegelisahan, ratusan jamaah berkumpul secara virtual dalam acara “Doa Keselamatan Bangsa & Maklumat Ulama Perempuan Indonesia” yang digelar Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Acara yang berlangsung pada Rabu (3/9/2025) pukul 19.00–21.00 WIB itu menjadi panggung kesaksian sekaligus seruan moral dari para ulama perempuan kepada bangsa Indonesia, khususnya kepada para pemegang amanah kekuasaan.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan KUPI, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, menyampaikan pesan mendalam yang menggugah hati. Ia menegaskan, ulama perempuan tidak akan tinggal diam melihat situasi bangsa yang kian terpuruk akibat lemahnya kepemimpinan dan kebijakan publik yang jauh dari nilai keadilan.
“Malam ini kita berada bersama-sama di sini karena keterpanggilan iman dan tanggung jawab kebangsaan. KUPI, sebagai gerakan intelektual, sosial, kultural, dan spiritual, tentu tidak bisa hanya menjadi penonton terhadap keadaan sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia yang memprihatinkan,” ujar Badriyah dalam tausiyahnya.
KUPI dan Panggilan Kebangsaan
Sejak lahir pada 2017, KUPI telah memposisikan diri bukan hanya sebagai wadah intelektual keagamaan, tetapi juga sebagai motor moral bangsa. Jaringan ulama perempuan yang tersebar di berbagai daerah menyaksikan langsung bagaimana rakyat menghadapi ketidakadilan sosial, hukum, maupun ekonomi.
Menurut Badriyah, penderitaan masyarakat semakin terasa ketika para pemimpin di pusat maupun daerah gagal menunjukkan empati. Perilaku pejabat publik, baik melalui ucapan maupun tindakannya, sering kali melukai hati rakyat yang sedang berjuang dalam kesulitan hidup.
“Kita semua menyaksikan kekurangan para pemimpin dalam merespons penderitaan dan suasana kebatinan rakyat. Kita juga menjadi saksi atas kurangnya kepatuhan, perilaku, dan ucapan para pejabat, yang justru semakin melukai rakyat di tengah kesulitan hidup yang berlipat ganda,” tegasnya.
Kondisi tersebut, lanjutnya, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ulama perempuan merasa terpanggil untuk menyuarakan kritik dan nasihat, dengan semangat amar ma’ruf nahi mungkar yang diajarkan dalam Islam.
Kritik sebagai Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Badriyah mengingatkan, menyampaikan aspirasi kepada pemimpin bukanlah sikap oposisi semata, melainkan bentuk ibadah. Ia menegaskan pentingnya amar ma’ruf dengan cara yang ma’ruf, serta nahi mungkar dengan cara yang tidak mungkar.
Dalam pidatonya, ia mengutip firman Allah dalam Surah Az-Zariyat ayat 55: “Berikanlah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu akan memberi manfaat kepada orang-orang yang beriman.”
Ayat ini, menurutnya, menjadi dasar bagi masyarakat sipil untuk terus memberi peringatan kepada penguasa. Hal ini agar tidak melupakan cita-cita reformasi, sumpah jabatan, dan amanat penderitaan rakyat.
“Semua bentuk ketidakadilan, kesenjangan, ketidakpekaan, dan ketidakpatutan. Terutama jika dilakukan oleh pemegang amanah kekuasaan, adalah bom waktu yang bisa merobohkan bangunan kebangsaan dan kemanusiaan. Maka nahi mungkar adalah jalan untuk menyelamatkan bangsa sekaligus menjaganya agar tetap berada di rel yang benar,” ungkap Badriyah.
Lebih jauh, ia mengutip hadis Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya perlawanan terhadap kemungkaran dengan tangan, lisan, atau setidaknya dengan hati. Bagi Badriyah, menyuarakan kritik kepada pemimpin yang lalai atau zalim merupakan bentuk jihad yang paling utama.
“Mengoreksi kesalahan, ketidakadilan, dan ketidakpatutan adalah bagian dari panggilan iman. Rasulullah menegaskan bahwa menyuarakan keadilan di hadapan pemegang amanah kekuasaan yang zalim adalah jihad tanpa pertumpahan darah, jihad tanpa kekerasan,” jelasnya.
Seruan ini menjadi penting di tengah situasi bangsa yang dilanda ketidakpastian. Di berbagai daerah, rakyat menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok, pengangguran, serta kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.
Di sisi lain, publik disuguhi berita tentang pejabat yang sibuk menaikkan tunjangan dan fasilitas, tanpa menunjukkan keberpihakan nyata pada rakyat.
“Kehadiran KUPI dalam momen doa keselamatan bangsa malam ini menunjukkan bahwa ulama perempuan ingin mengambil peran lebih besar dalam mengawal arah kebangsaan,” tukasnya. []