Mubadalah.id – Dalam kehidupan rumah tangga, sering kali diuji bukan oleh besarnya konflik, melainkan oleh hal-hal kecil. Banyak pasangan, hidup bersama selama bertahun-tahun, tetapi tetap merasa saling jauh karena tidak pernah benar-benar terbuka tentang kebutuhan dan harapan masing-masing.
Padahal, dalam ajaran Islam, komunikasi menjadi fondasi penting dalam membangun relasi yang sehat, hangat, dan penuh kasih.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam bukunya Perempuan Bukan Makhluk Domestik menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan, keinginan, dan harapan yang perlu saling mengenali dan mengungkapkannya.
Ada kebutuhan yang bisa masing-masing penuhi sendiri. Namun ada pula yang hanya dapat terpenuhi melalui kehadiran pasangan.
Karena itu, hubungan yang baik tidak mungkin terwujud jika salah satu pihak hanya berharap dipahami tanpa pernah berusaha menjelaskan dirinya.
Dalam banyak kasus, konflik rumah tangga muncul bukan karena kurangnya cinta, melainkan karena miskomunikasi.
Ada istri yang menahan lelah dan berharap suaminya “paham dengan sendirinya”. Ada pula suami yang memendam stres pekerjaan tanpa pernah bercerita, dengan alasan tidak ingin membebani pasangannya.
Padahal, sebagaimana dalam pandangan Kiai Faqih, tidak ada pasangan yang dapat memahami seluruh isi hati pasangannya tanpa komunikasi yang jujur.
Ia menulis bantulah pasanganmu untuk mengerti kebutuhanmu, dan bantu ia untuk bisa memenuhinya untukmu. Pun sebaliknya, bantulah pasanganmu untuk menyampaikan kebutuhannya dan bantu ia untuk bisa mendapatkan kebutuhannya.
Prinsip saling bantu dan saling pahami ini menjadi inti dari relasi mu’asyarah bil ma’ruf yaitu hidup bersama secara baik, sebagaimana Tuhan perintahkan di dalam al-Qur’an. []