Mubadalah.id – Alhamdulillah, bulan Ramadan 1446 H telah tiba. Begitu banyak ummat muslim yang menyambut bulan Ramadan dengan suka cita. Namun, di tengah suka cita Ramadan saya menyadari bahwa masih banyak kabar tentang kerusakan alam.
Kita tidak mungkin membiarkan kerusakan terus menerus terjadi karena hal tersebut akan membahayakan kehidupan kita. Sehingga bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk memperbaiki diri, termasuk memperbaiki hubungan antara diri kita dengan alam (Hablumminalalam).
Hijrah Spiritual di Bulan Ramadan
Mengapa kita perlu memperbaiki hubungan kita dengan alam? Salah satu teladan yang dapat kita contoh adalah perilaku Nabi Muhammad SAW. Nabi mengajarkan kita cara hidup yang ramah lingkungan melalui gaya hidup yang sederhana dan tidak berlebihan.
Nabi selalu mengajarkan kaum Muslim untuk selalu bersikap adil terhadap alam. Karena sudah menjadi tugas umat Muslim untuk menegakkan keadilan, termasuk terhadap lingkungan hidup, binatang, dan tumbuhan. Bahkan, Islam sendiri menganggap seseorang yang berperilaku tidak adil dengan merusak alam sebagai golongan orang-orang yang zalim.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah pada QS. An-Nahl ayat 90:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Ayat tersebut merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia untuk jujur dan adil dalam segala perkara, membalas kebaikan dengan sesuatu yang lebih baik, dan berlaku adil serta berbuat kebajikan. Pada sisi lain, ayat tersebut juga mengingatkan manusia untuk tidak melakukan perbuatan buruk dari setiap sesuatu yang dilarang oleh syariat serta perbuatan yang zalim.
Selama kita hidup, Allah telah menjamin rizki-rizki kita. Allah memberikan makanan dan minuman yang dapat kita dapatkan dari alam. Allah menyediakan air, tanah, dan udara yang seluruhnya merupakan bagian dari alam, hingga Allah menyediakan kita kecukupan atas tempat tinggal, pakaian, dan rizki lainnya.
Maka, sudah seharusnya kita membalas kebaikan yang telah Allah berikan kepada kita dengan rasa peduli kita terhadap lingkungan dan alam kita.
Hijrah Ekologis Sebagai Bagian dari Hijrah Spiritual
Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan. Pada bulan ini menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk memaksimalkan perbuatan baik tidak hanya kepada sang pencipta, tetapi juga kepada manusia dan alam semesta. Perbuatan baik yang dapat kita lakukan kepada alam semesta dapat berupa melakukan segala aktivitas dengan konsep yang ramah lingkungan.
Terdapat satu kaidah fikih yang dapat kita gunakan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, kaidah fikih tersebut berbunyi:
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
“Mencegah kerusakan itu lebih utama daripada mendatangkan maslahah (kebaikan)”
Dalam kaidah fikih diatas, para ulama’ sepakat bahwa dalam menentukan skala prioritas, menolak kerusakan (dar’ul mafasid) lebih utama daripada mendatangkan kebaikan (jalbil mashalih).
Prinsip tersebut sejalan dengan pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati,” yang mengajarkan kita bahwa lebih baik menghindari masalah sejak awal daripada harus bersusah payah memperbaikinya di kemudian hari. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.“
Ayat di atas mengajak kita untuk tidak membuat kerusakan apapun yang ada pada bumi. Termasuk melakukan pencemaran lingkungan, merusak tanaman, melukai hewan, hingga merugikan sesama manusia. Islam mengajarkan kita bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah yang harus kita jaga.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus mendahulukan pencegahan kerusakan lingkungan sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar.
Ramadan tahun ini menjadi momen yang tepat bagi kita untuk menerapkan pola hidup yang lebih ramah lingkungan (mencegah kerusakan lingkungan), sehingga ibadah puasa kita tidak hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, melainkan juga untuk menjaga keseimbangan alam yang Allah titipkan kepada kita.
Buku Ramadhan Hijrah Hijau Dakwah dan Aksi untuk Lingkungan
Suara Muhammadiyah telah meluncurkan buku berjudul Ramadan Hijrah Hijau: Dakwah dan Aksi untuk Lingkungan pada Februari 2025. Buku tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan GreenFaith, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Muhammadiyah, Majelis Tabligh PWM DIY, dan MOSAIC (Muslims for Shared Actions on Climate Impact).
Buku Ramadhan Hijrah Hijau memiliki enam bab, yaitu 1) Urgensi Menjaga Alam Dalam Perspektif Al-Qur’an. 2) Isyarat-Isyarat Nabi untuk Memelihara Keseimbangan Ekologis. 3) Berisi Tentang Ibadah-Ibadah Ramadan dan Kaitannya dengan Lingkungan. 4) Keberlanjutan Alam untuk Generasi Mendatang dalam Perspektif Islam. 5) Ramadan Sebagai Momentum Hijrah Menuju Gaya Hidup Ramah Lingkungan. 6. Pemanfaatan Potensi Ummat Dalam Memakmurkan Alam.
Buku tersebut disusun untuk menyediakan referensi Islami yang sesuai dengan kebutuhan dai, aktivis, dan pembaca umum. Dengan tujuan untuk memahami krisis lingkungan melalui perspektif ajaran agama. Serta menjadi pegangan ringkas bagi para dai dan daiyah dalam menyampaikan tausiah Ramadan yang menghubungkan nilai spiritualitas dengan nilai-nilai penyelamatan lingkungan. []
Akses buku tersebut secara gratis pada tautan berikut: https://drive.google.com/drive/folders/10sBll9j-Wz9PyfpAE1nIcqDAwNdTUB0a