Mubadalah.id – Tidak selamanya seorang ibu harus menyusui anaknya. Oleh sebab itu proses menyapih menjadi proses yang harus dilalui oleh ayah, ibu dan anak ketika waktunya tiba. Meski ada yang membutuhkan proses menyapih hanya dalam beberapa hari ataupun sebaliknya memerlukan waktu yang lama. Akhirnya setelah selesai menjalani peran sebagai busui atau ibu menyusui, ternyata ada beberapa hal yang bisa dirayakan oleh para ibu pasca masa menyapih.
Pertama, tidur dengan posisi rebahan (terlentang). Selama ini semenjak menjadi busui, tentu bagi para ibu tidur terlentang adalah menjadi posisi yang perlu dirayakan. Mengapa? Karena sering kali, tidak hanya saya, para busui di mana pun cenderung tidur dalam posisi miring baik ke kanan atau miring ke kiri karena sembari menyusui buah hati. Oleh sebab itu, ketika lulus masa menyapih, tidur dengan posisi terlentang menjadi hal yang patut dirayakan oleh para ibu.
Kedua, perawatan tubuh. Setelah menjadi ibu dan menyusui, tentu banyak perubahan yang terjadi pada tubuh ibu. Hal yang bisa ibu rayakan ataupun ayah berikan untuk ibu ketika menyelesaikan peran ini adalah dengan merawat tubuh. Bisa dengan mengembalikan posisi tulang-tulang atau persendian yang bergeser dengan cara memijat tubuh pada ahlinya sesuai dengan prosedur kesehatan yang berlaku.
Memijat tubuh pada area menyusui juga dapat membantu ibu menghilangkan rasa sakit akibat proses penyapihan sehingga area tersebut tidak membuat ibu menyusui merasa kesakitan karena tugas menyusui telah usai. Selain memijat tubuh, mengompres dengan air hangat pada area menyusui juga bisa dilakukan agar mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu pasca menyapih.
Perawatan tubuh lainnya yang bisa ibu lakukan adalah dengan merawat bentuk tubuh yang ibu pilih secara sadar. Baik memutuskan untuk memiliki tubuh yang kurus ataupun gemuk pasca menyusui, selama ini menjadi pilihan ibu, maka rayakanlah masa-masa ini. Yang terpenting adalah tetap memperhatikan asupan nutrisi agar selalu dalam kondisi yang sehat meskipun sudah tidak menyusui.
Ketiga, menggunakan pakaian non-busui. Selama menyusui tentu ibu menyusui terutama yang memilih untuk menyusui secara langsung seringkali merasa perlu untuk menggunakan pakaian yang busui friendly baik yang bukaan samping maupun bukaan di bagian tengah. Tetapi setelah menyapih si kecil, tentu ibu dapat kembali menggunakan baju non-busui dalam berbagai kesempatan.
Keempat, puasa qodlo. Ibu menyusui tentu mendapatkan keringanan dalam berpuasa. Ada ibu menyusui yang harus mengqodlo puasanya beserta membayar fidyah, ada pula yang hanya mengqodlo puasanya. Terkadang karena masih menyusui, maka tidak sedikit ibu menyusui yang menunda membayar puasa karena merasa terlalu lemas untuk berpuasa. Oleh sebab itu, setelah proses menyusui selesai, maka ibu menyusui bisa kembali berpuasa dengan tenang.
Kelima, memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan lain pengganti waktu menyusu. Tentu para ibu sepakat bahwa ada kalanya menyusui membutuhkan waktu satu jam hingga membuat ibu terlelap ataupun sebaliknya anak menyusu hanya karena ingin ditemani sehingga waktu menyusunya pun menjadi mudah terdistraksi pada hal-hal disekitarnya.
Oleh sebab itu, ketika ibu telah selesai menyapih, maka ibu dapat melakukan kegiatan lain yang sebelumnya adalah kegiatan menyusu, misalnya dengan membaca buku, menulis jurnal harian, menemani aktivitas anak, beribadah lebih khusyu’, mengikuti kegiatan daring, ataupun kegiatan lainnya yang sebelumnya ditunda karena sedang menjalani proses menyusui.
Terakhir, fokus pada proses tumbuh kembang anak yang selanjutnya. Meski tugas menyusui telah usai, tetapi hal ini lantas tidak bisa menjadi zona nyaman untuk para ibu dan ayah. Oleh sebab itu, berbahagialah dan tetap semangat, karena setelah proses penyapihan usai, maka yang perlu dirayakan adalah orang tua bisa fokus pada proses baru yang harus dilalui anak pada tahapan tumbuh kembangnya yang selanjutnya seperti toilet training ataupun proses lainnya.
Nah, itu dia enam selebrasi yang perlu dirayakan oleh ibu pasca menyapih. Selebrasi ini pun tentu sangat bisa dilakukan oleh ayah sebagai bentuk apresiasi pada istrinya yang telah melalui masa menyusui buah hati.
Misal dengan mengalokasikan dana perawatan tubuh tambahan, membantu menyiapkan menu sahur dan berbuka selama mengqodlo puasa, atau memberikan bentuk perhatian apapun yang menyenangkan hati sang istri seperti kata Bu Nyai Nur Rofi’ah, “suami yang adil gender adalah suami yang semakin sayang pada istrinya karena memahami bahwa pengalaman biologis pasca menikah yang dilalui oleh sang istri adalah proses yang tidak sebentar dan juga tidak bisa dibilang mudah.” []