Mubadalah.id – Embun pagi masih membasahi bumi. Sinar mentari pun masih terasa menghangatkan jiwa-jiwa yang kini mulai merapuh, karena pandemi yang entah kapan akan segera berlalu. Ketika ada sebuah pesan singkat masuk ke ponselku, seorang sahabat yang sudah aku anggap adik sendiri bertanya bagaimana caranya menjaga semangat dan konsistensi berkarya? Karena ia merasa ketika sudah berumah tangga dan memiliki anak kesulitan sekedar menemukan waktu untuk diri sendiri.
Masih dalam obrolan via pesan singkat itu, aku bilang padanya bahwa perempuan harus punya ruang aman, menemukan rasa bahagia dengan beragam cara. Meski di masa PPKM darurat ini, mencari saat “me time” bagi perempuan, terlebih yang sudah menikah dan mempunyai anak, sangat sulit sekali. Karena dalam kehidupannya selama 24 jam penuh, perempuan kerap terjebak dalam urusan domestik yang seolah tiada jeda.
Sebagaimana yang diungkapkan Hamim Ilyas dalam buku “Fatwa dan Pandemi Covid-19: Diskursus, Teori dan Praktik” bahwa perempuan yang memiliki kondisi dan posisi khas dalam kehidupan di ranah domestik dan publik mengalami banyak masalah, diantaranya adalah masalah ekonomi (kehilangan pekerjaan dan penurunan penghasilan), kesehatan badan (terinfeksi virus) dan kesehatan jiwa (stres).
Selain itu menurutnya perempuan juga kerap menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan akibat kebijakan bekerja dan belajar dari rumah, work from home (WFH) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ), yang tidak hanya mengalami beban ganda, tapi juga beban lipat tiga seperti WFH, melaksanakan tugas-tugas rumah tangga dan membimbing anak yang menjalani PJJ, bahkan beban lipat empat, ditambah dengan beban melaksanakan atau membantu suami yang melakukan tugas-tugas WFH.
Hal senada disampaikan Sita Tyasutami, penyintas pertama kasus covid-19 di Indonesia, yang akhirnya menyadari satu hal, selain perawatan medis, kesehatan mental merupakan kunci utama sembuh dari virus yang masih terus tersebar di seluruh dunia ini. Sita kemudian menyadari bahwa dirinya harus bangkit memulihkan kondisi mentalnya. Ia tak ingin hujatan dari netizen membuat kondisi kesehatan mentalnya terus menerus terganggu.
Yang membuat perempuan lebih kuat dikatakan Sita melalui kanal kompas.com, karena ia adalah seorang perempuan, meski bukan untuk membandingkan diri dengan laki-laki, tapi orang selalu menganggap jika perempuan itu emosional dan sensitive. Tetapi justru sisi feminim sebagai perempuan yang membuat ia merasa lebih kuat.
Karena dalam kondisi pandemi covid-19 ini, penting bagi perempuan untuk menjaga kesehatan mental, dan kebahagiaan, terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga. Peran dan dukungan suami juga menjadi sangat urgen. Tanpa dukungan pasangan, perempuan akan kesulitan untuk tetap berkarya guna menyehatkan mentalnya sendiri.
Nah, setelah obrolan singkat dan padat dengan sahabatku itu, lalu aku mengirimkan tautan tentang 8 tips bagaimana caranya agar perempuan tetap dapat merengkuh rasa bahagia, meski kabar duka berkali-kali menyapa.
Pertama, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Jika hari ini mungkin kita terpisah ruang dan waktu akibat PPKM darurat, tetapi kita masih bisa memanfaatkan teknologi dan media sosial. Saling sapalah, meski hanya sebatas komentar di postingan seorang kawan, karena itu menunjukkan bahwa kita peduli dan ingin menjalin hubungan yang baik.
Kedua, katakan sesuatu yang positif pada diri sendiri. Dilansir dari health.kompas.com, cara pandang dalam menilai diri sendiri sangat memengaruhi kondisi perasaan. Ketika mempersepsikan diri dengan sudut pandang positif, seseorang jadi memiliki tambahan kekuatan untuk mengerjakan sesuatu. Sebaliknya, cara pandang negatif dapat menurunkan motivasi dan harga diri sendiri.
Ketiga, aktif bergerak dan rajin olahraga. Tubuh yang aktif bergerak tidak hanya menyehatkan tubuh secara fisik, tetapi juga memberi hal yang positif bagi kesehatan mental. Banyak sekali model senam, yoga, atau olahraga sederhana lainnya yang bisa ditemukan di aplikasi media online. Gerakan simple yang dilakukan rutin setiap hari minimal 30 menit, akan mampu menurunkan tingkat stres seseorang.
Keempat, mempelajari keterampilan baru. Penelitian menunjukkan, mempelajari keterampilan baru dapat meningkatkan kesejahteraan mental. Saat mempelajari ilmu atau pengetahuan baru, kepercayaan diri dan harga diri seseorang jadi meningkat. Selain itu, mempelajari keterampilan baru juga membuka peluang seseorang terhubung dengan orang lain. Kita tak perlu muluk-muluk menerapkan target tertentu. Cukup temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk rutin dijalani.
Kelima, sering membantu orang lain. Dengan membantu orang lain, perasaan jadi lebih positif dan muncul rasa menghargai diri sendiri. Selain itu, membantu orang lain juga bisa membuat seseorang menjadi sering terhubung dengan orang lain.
Keenam, membangun kesadaran dan fokus. Melansir Psychology Today, membangun kesadaran dengan memperhatikan apa yang terjadi saat ini dapat mencegah emosi negatif. Dengan menaruh fokus pada apa yang sedang dikerjakan saat ini, seseorang dapat terbebas dari beban masa lalu atau kekhawatiran pada satu hal yang belum tentu terjadi. Coba mulai fokus dengan apa yang dilakukan saat ini. Jika pikiran mulai mengembara, coba tarik kembali perhatian pada rasa, bau, suara, atau sensasi fisik yang sedang dirasakan saat itu.
Ketujuh, mengkonsumsi makanan sehat, dan bergizi seimbang. Menjalankan pola makan bergizi seimbang juga bagian dari cara menjaga kesehatan mental. Karbohidrat dapat meningkatkan hormon yang membangun suasana hati agar positif. Seperti karbohidrat, sayur dan buah dapat memberi makan sel tubuh termasuk mengontrol suasana hati lebih positif. Sedangkan protein dapat meningkatkan zat kimia di otak yang membantu tubuh tetap waspada. Selain itu, pastikan tubuh mendapatkan pasokan lemak sehat seperti dari ikan dan kacang-kacangan.
Kedelapan, Istirahat dan tidur yang cukup. Ketika segala sesuatunya mulai terasa membebani pikiran, coba istirahatkan fisik dan mental. Untuk meredakan stres secara instan, coba lakukan latihan pernapasan sederhana. Pejamkan mata dan tarik napas dalam-dalam selama 10 kali. Saat mengambil, menahan, dan mengeluarkan napas, masing-masing lakukan dalam empat hitungan.
Banyak penelitian menyebut, kurang tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Untuk itu, tidur yang cukup juga menjadi bagian dari cara menjaga kesehatan mental. Pastikan untuk tidur yang cukup setiap hari. Bangun kebiasaan baik dengan tidur secara teratur di jam yang sama setiap hari. Jika saat ini kalian susah tidur, coba segera cari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Tips sederhana di atas, bisa membantu perempuan meredakan tekanan mental, dan pastikan bahwa kita itu berharga, baik untuk diri sendiri, keluarga maupun sahabat terdekat. Karena kesehatan mental dan rasa bahagia itu kita yang cipta, dan lawan semua kecemasan akan pandemi covid-19 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Perempuan pasti kuat dan bisa melaluinya. []