Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon, Buya Husein Muhammad menjelaskan bahwa berbeda dengan apa yang disampaikan al-Qur’an, kebudayaan masyarakat kita seringkali menciptakan kondisi-kondisi yang tidak adil dan eksploitatif terutama terhadap orang-orang, laki-laki dan perempuan yang dipandang lemah atau sengaja dilemahkan.
Dalam kasus Indonesia mutakhir, Buya Husein mengungkapkan, banyak perempuan terpaksa bekerja di luar negeri menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita), menjadi buruh di negeri orang, agar bisa tetap survive.
Jumlah mereka jauh lebih besar dari Tenaga Kerja Laki-laki. Ini adalah sebuah pengorbanan yang luar biasa kaum perempuan bagi keluarganya, termasuk untuk suaminya.
Akan tetapi kenyataan menunjukkan seringkali keringat dan pengorbanan mereka membalasnya dengan ‘penghargaan’ yang menyakitkan.
Terlampau banyak kisah pekerja buruh migran perempuan yang menyayat hati dan melukai perasaan kemanusiaan.
Lanjut Buya Husein, upah yang mereka terima bukan saja lebih rendah dari upah untuk laki-laki melainkan mengeksploitasi tubuh mereka juga untuk kesenangan orang lain dan amat sering juga dengan cara-cara kekerasan baik secara fisik, psikis maupun seksual.
Boleh jadi kita kehilangan akal untuk mengerti bagaimana makhluk Tuhan berjenis kelamin perempuan menjadi hina, tanpa kesetaraan dan merendahkan dia sedemikian rupa, padahal belum terbukti salah. Dan ini harus mendapatkan hukuman.
Nabi Saw Tidak Pernah Memukul Perempuan
Nabi Muhammad Saw sendiri sepanjang hidupnya tidak pernah memukul istri maupun pembantunya, meski pernah merasa kecewa.
Al-Qur’an menyatakan:
“Dan janganlah suatu bangsa merendahkan bangsa lain karena boleh jadi bangsa yang rendah itu lebih baik dari bangsa yang merendahkan.”
“Dan Janganlah kaum perempuan merendahkan kaum perempuan yang lain karena boleh jadi mereka yang rendah itu lebih baik dari mereka yang merendahkan.” (QS. al-Hujurât ayat 11).
Realitas buruh dan pekerja perempuan di atas, kata Buya Husein, memperlihatkan dengan jelas praktik-praktik ketidakadilan sekaligus penindasan manusia atas manusia.
Ini tentu saja melanggar prinsip-prinsip Islam, kesetaraan dan kemanusiaan. Pelanggaran-pelanggaran ini pada gilirannya akan melahirkan krisis sosial lelaki dan perempuan yang jauh lebih luas dan dapat menghancurkan masa depan kemanusiaan sendiri.
Maka adalah tanggung jawab kita semua untuk membebaskan ketidakadilan dan penindasan terhadap perempuan tersebut.
Nabi Saw menyebutkan ada tiga golongan yang akan menjadi musuhku pada hari kiamat :
Pertama, seorang yang mengatasnamakan aku, tetapi mengkhianati. Kedua, seorang yang mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan dirinya.
Ketiga, seorang majikan yang mempekerjakan orang lain dengan penuh, tetapi tidak memberi imbalan upah yang seharusnya.” (Hadis Nabi Saw). (Rul)