Mubadalah.id – Fenomena gunung es, sebutan yang sangat tepat untuk menggambarkan penanganan kasus kekerasan seksual dalam kehidupan ini. Mengapa demikian? Karena hanya beberapa kasus saja yang nampak dalam permukaan. Selebihnya karam di dasar laut, terhalang dari pandangan dan perhatian masyarakat.
Tentunya, hal tersebut bukan hal yang kemudian bisa kita lumrahkan, namun harus kita garis bawahi bersama, betapa buruknya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual baik secara personal maupun kolektif di lingkungan kita.
Seringkali kita dengan mudah menghakimi para korban dengan pertanyaan, ‘Mengapa tidak lapor saja kepada pihak yang berwenang?” Hei … tidak semudah itu! Untuk menceritakan apa yang terjadi dan yang korban rasakan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa faktor kompleks yang menjadikan korban lebih memilih bungkam daripada menyuarakan keadilan.
Dukungan dan rasa aman adalah hal yang sangat korban perlukan atas kekerasan yang menimpanya. Tapi seringkali hal tersebut terabaikan oleh beberapa pihak yang pada awalnya mengaku sebagai hero si penolong. Penanganan kasus kekerasan seksual berperspektif korban yang perlu kita terapkan bersama. Bukan berarti kita mengesampingkan hak maupun sanksi pelaku. Di samping itu, kita perlu tengok bersama bagaimana keadaan korban baik secara fisik maupun psikisnya.
Psychological First Aid
Tidak semua kasus kekerasan seksual bisa langsung kita laporkan ke pihak yang berwenang. Namun, bagaimana kita sebagai elemen masyarakat menjadi pintu utama atau akses awal bagi si korban dalam penanganan kasus kekerasan seksual yang ia alami. Yaitu bisa kita lakukan melalui penanganan berbentuk Psychological First Aid.
Sebelum melangkah terlalu jauh, apakah kalian sudah pernah mendengar istilah Psychological First Aid ? Jika belum, mari kita berkenalan sedikit dengan Psychological First Aid.
Psychological First Aid merupakan upaya untuk mengusahakan keselamatan dan menstabilkan kondisi psikologi seseorang dan menghubungkan dengan layanan bantuan. Pertolongan pertama berbasis psikologi korban sangat perlu kita lakukan. Mungkin secara fisik korban tidak terlalu riskan, namun bagaimana dengan kondisi mentalnya? Guncangan psikis yang tidak kentara bahkan terabaikan, itulah yang perlu kita upayakan bersama untuk menindaklanjuti kebutuhan si korban.
Beberapa kondisi yang harus diciptakan dalam proses Psychological First Aid yaitu dengan memunculkan rasa aman terlebih dahulu. Pada umumnya korban akan merasa tertekan dan terancam oleh beberapa pihak terkait. Sehingga keamanannya perlu kita jamin.
Kemudian menenangkan korban dari segala perasaan negatif yang dimilikinya seperti rasa cemas, khawatir, takut, dan terguncang lainnya. Ketika korban sudah cukup merasa aman dan tenang, kita perlu meningkatkan self efficacy pada dirinya. Bagaimana korban diberdayakan untuk bisa melahirkan potensi positif atas konsep dirinya. Tingkatkan harapan korban untuk segera bangkit dan pulih atas kondisi yang dialaminya.
Dukungan terhadap Korban
Namun perlu kita pastikan, jangan memberi harapan yang berlebihan di luar kemampuan, karena semua akan berakhir seperti janji-janji kampanye yaitu non realisasi. Karena kita adalah orang yang punya keterbatasan. Jadi upayakan untuk mendorong keterhubungan korban dengan pihak-pihak yang kita rasa bisa membantunya sesuai dengan kebutuhan korban.
Penting untuk kita ingat bersama, bagaimana prinsip-prinsip dalam Psychological First Aid. Pertama, look (lihat). Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah melihat kondisi korban. Untuk menangani kasus kekerasan seksual hingga ke ranah pihak yang berwajib, kita memerlukan adanya data atau bukti fisik keadaan korban seperti visum maupun yang lainnya.
Setelah kita mengantongi bukti fisik, kita pegang prinsip yang selanjutnya yaitu listen (mendengar). Posisikan diri kita sebagai pendengar yang baik tanpa ada unsur menghakimi maupun mengintimidasi korban. Listen ini kita gunakan untuk menggali informasi dari korban.
Ingat, kita perlu mencatat, merekam, atau memvideo proses ini agar tidak terjadi pengulangan cerita dari korban yang akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan dari korban. Yang terakhir, adalah link (koneksi). Kita perlu menghubungkan korban dengan lembaga yang terkait sesuai dengan kebutuhan korban.
Semua Orang Bisa Melakukannya
Psychological First Aid tidak hanya dilakukan oleh para konselor profesional saja. Melainkan semua orang bisa melakukannya sesuai dengan pemahaman atas prinsip-prinsip yang berlaku. Jadilah orang-orang yang peka terhadap kondisi dan problem sosial yang ada di sekitar kita. Jangan menjadi orang yang acuh dan menutup mata atas penderitaan orang lain.
Pertolongan pertama perlu kita berikan untuk menangani kondisi psikis korban agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih jauh. Berikan dan hubungkan korban dengan akses pelayanan yang ia butuhkan. Bayangkan jika korban adalah orang yang lemah secara kedudukan maupun kekuatan? Apakah kita tega membiarkan mereka merunduk sendiri dalam keterbatasan mereka yang memang secara sistem itu semua adalah konstruk sosial. Semoga ini bisa menjadi bahan untuk kita refleksikan bersama. []