• Login
  • Register
Senin, 4 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Begini Metode Pembelajaran Para Santri di Pesantren

Dalam proses pembelajaran di pesantren mungkin kita mengenal dengan istilah halaqah (lingkaran), yaitu suatu forum di mana para santri duduk melingkar sambil membawa kitab pelajaran, sedangkan kiai berada di tengah-tengah mereka. Metode pengajarannya mengambil bentuk-bentuk bandongan, sorogan, dan hafalan.

Redaksi Redaksi
21/10/2022
in Pernak-pernik
0
para santri

para santri

296
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pesantren didirikan memiliki rangka untuk mendidik, melatih, dan menanamkan nilai-nilai luhur (akhlakul karimah) kepada para santri.

Hal itu, menurut KH. Husein Muhammad dalam buku Islam Tradisional yang Terus Bergerak pesantren bertujuan untuk melatih dan mendidik para santri untuk hidup sederhana, ikhlas, mandiri, bertoleransi, menerima keberagaman dan lain-lain.

Atas dasar tujuan seperti di atas, tentu saja, pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam memiliki proses pembelajaran yang berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

Dalam proses pembelajaran di pesantren mungkin kita mengenal dengan istilah halaqah (lingkaran), yaitu suatu forum di mana para santri duduk melingkar sambil membawa kitab pelajaran, sedangkan kiai berada di tengah-tengah mereka. Metode pengajarannya mengambil bentuk-bentuk bandongan, sorogan, dan hafalan.

Bandongan adalah istilah bagi metode pengajaran dengan guru (kiai) membaca, mendiktekan makna-makna kitab secara harfiah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Nyai Khairiyah Hasyim: Sosok Ulama Perempuan Pertama yang Memimpin Pesantren
  • Mari Putus Mata Rantai Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Teungku Fakinah Mengajar Para Santri di Dayah Lam Pucok
    • Metode Musyawarah dan Munazharah

Baca Juga:

4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren

Nyai Khairiyah Hasyim: Sosok Ulama Perempuan Pertama yang Memimpin Pesantren

Mari Putus Mata Rantai Kekerasan Seksual di Pesantren

Teungku Fakinah Mengajar Para Santri di Dayah Lam Pucok

Kemudian menjelaskan isinya secara luas, sedangkan para santri mendengarkannya, membuat catatan, baik makna kata-kata maupun penjelasan kiai.

Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran dengan santri membaca kitab di hadapan guru (kiai). Sedangkan guru mendengarkan, memberikan koreksi jika terjadi kesalahan, dan menanyakan maksudnya.

Metode Musyawarah dan Munazharah

Di samping ketiga metode ini, Buya Husein Muhammad juga menjelaskan bahwa ada juga metode diskusi yang dalam istilah pesantren mengenalnya dengan musyawarah atau munazharah.

Metode ini, hampir semua pesantren menyelenggarakannya, terutama di pesantren-pesantren besar, yakni pesantren yang telah memiliki jumlah santri yang banyak dan mata pelajaran yang tinggi.

Metode munazharah (diskusi) pada umumnya terselenggara antara para santri sendiri, bukan antara kiai dan santri.

Kiai dalam hal ini, kata Buya Husein, berperan sebagai pengawas, pengarah, dan rujukan (marji) paling akhir apabila semua persoalan menjadi buntu atau sulit memahaminya.

Perdebatan santri terhadap kiai jarang terjadi, bahkan cara semacam ini menyebutnya sebagai kurang sopan (su-ul adab).

Terlepas dari kemungkinan terdapat kelemahan pada dua metode yang pertama, yakni bandongan dan sorogan. Namun cara ini dipandang sangat memungkinkan bagi kiai untuk dapat menilai dan membimbing secara langsung kemampuan personal para santri.

Lebih dari itu, melalui metode yang bersifat individual ini, sang kiai dapat mengenal dari dekat pribadi santrinya.

Mengenai metode hafalan, sering dikuatkan oleh adagium al-hafizh hujjah ‘alaa man laa yahfazh (orang yang hafal adalah argumen bagi yang tidak hafal).

Oleh karena itu, kita melihat banyak santri yang hafal beberapa kitab kuning. Terutama yang sudah dalam bentuk syair, seperti Amrithi, Awamil, Alfiyah Ibnu Malik (dalam gramatika Arab). Lalu, matan Az-Zubad (fiqh Mazhab Syaffi), Al-Jauharul Maknun (sastra Arab), Nazham Waraqat (ushul fiqh), dan lain-lain.

Pada kesempatan lain, acap kali para kiai menyatakan, “wa jami’ul fahm maaal hifzhu yafi” (gabungkan pemahaman dan hafalan, niscaya cukup). (Rul)

Tags: BeginiHari Santri Nasionalmetodepara santripembelajaranpesantren
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Akikah Laki-laki Perempuan

Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan

4 Desember 2023
Fatwa MUI

Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel

4 Desember 2023
Laki-laki perempuan

Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan

4 Desember 2023
Toleransi

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

1 Desember 2023
pernikahan bukan solusi

Pernikahan Bukan Solusi untuk Meminimalisir Kekerasan Seksual

29 November 2023
Komnas Perempuan

Kiprah Komnas Perempuan Selama 25 Tahun Didirikan

28 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Muktamar Pemikiran

    Resmi Ditutup, Berikut 11 Hasil Muktamar Pemikiran NU Ke-2

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Langkah Pencegahan Kasus KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Stoikisme Obat di Abad ke-21?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Akikah Bagi Laki-laki dan Perempuan
  • Danone Angkat Bicara, Soal Fatwa MUI Haram Beli Produk Pro Israel
  • Islam: Agama yang Menyejajarkan Kemanusiaan Laki-laki dan Perempuan
  • Mengurai Pemikiran Leila Ahmed: Sosok Feminisme Muslim Asal Mesir
  • Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist