Mubadalah.id – Di dalam keseharian, seringkali laki-laki masih menganggap bahwa kajian gender dan keadilan hakiki adalah untuk perempuan saja. Tidak mengherankan jika pada berbagai kesempatan, diskusi gender lebih banyak kaum Hawa yang mengikutinya. Tidak jarang pula laki-laki mempertanyakan tentang kekuatan fisik perempuan.
Mereka beranggapan seorang perempuan aktivis gender, yang sering sekali menyuarakan hal-hal yang berkaitan dengan kesetaraan gender maka ia harus sama persis mampu melakukan segala hal yang bisa laki-laku lakukan. Misalnya saja memperbaiki atap rumah yang bocor, mengangkat galon air yang berat, ataupun melakukan berbagai pekerjaan rumah yang berat lainnya. Ketika perempuan tidak mau melakukannya maka mereka pertanyakan militansi ke-gender-annya.
Benarkah keadilan gender dapat terwujud manakala laki-laki dan perempuan melakukan segala hal secara sama?
Mengutip pendapat dari Dr. Nur Rofi’ah (2019), menjelaskan tentang keadilan hakiki yang merupakan muara dari kesetaraan gender. Penekanan pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan perempuan yang sedang mengalami pengalaman biologis tertentu menjadi hal yang penting untuk kita perhatikan. Yakni sebagai upaya mewujudkan keadilan yang hakiki. Keadilan yang hakiki ini kita maknai sebagai bentuk keadilan yang kita berikan kepada laki-laki maupun perempuan sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing. Tidak mesti sama.
Keadilan hakiki dapat terwujud dengan memperhatikan dua hal. Yakni pertama, apakah pengalaman biologis yang perempuan rasakan tidak semakin sakit?, dan kedua, dalam asumi kebaikan apakah perempuan kita pastikan tidak mengalami lima pengalaman sosial? (stigmatisasi, marjinalisasi, subordinasi, violence, beban ganda).
Mengapa penting pengalaman biologis perempuan untuk diperhatikan?
Pengalaman biologis perempuan tidak akan pernah dialami oleh laki-laki. Rangkaian pengalaman yang menyisakan cerita yang beragam. Dimulai dari menstruasi (haid). Menstruasi adalah siklus normal bulanan di mana wanita mengalami perdarahan di vagina. Hal ini terjadi manakala sel telur tidak dibuahi larut dengan darah lapisan dinding rahim. Pada saat menstruasi, sebagian perempuan mengalami nyeri haid atau yang sering disebut dengan dismenore.
Kondisi ini ditandai dengan nyeri berdenyut atau kram di perut bagian bawah sebelum dan selama periode menstruasi (Rizal Fadli, 2020). Nyeri tersebut bisa menjalar ke punggung bawah ataupun paha. Kondisi ini berbeda-beda antara satu perempuan dan perempuan lainnya. Ada yang selalu mengalami dismenore setiap bulannya, bahkan ada pula yang pada saat dismenore hanya bisa berbaring saja dan tidak dapat melakukan aktivitas harian.
Pengalaman biologis selanjutnya adalah fase kehamilan. Hamil pada trimester pertama, kedua maupun ketiga memiliki sensasi yang berbeda-beda dan tentu tidak sama antara perempuan satu dengan lainnya. Umumnya perempuan hamil mengalami mual ataupun muntah di awal kehamilan. Pada kondisi yang masih mual dan muntah ini, tidak jarang nafsu makan menghilang. Pada masa kehamilan, perempuan juga seringkali mengalami yang namanya ngidam.
Mengidam dan Melahirkan
Ngidam adalah istilah untuk menggambarkan kondisi ibu hamil yang menginginkan makanan atau minuman tertentu. Kondisi ini alamiah terjadi pada perempuan yang sedang hamil. Beberapa hal yang diduga sebagai penyebab ngidam adalah adanya perubahan hormon, indera perasa lebih peka, dan kekurangan nutrisi tertentu. (Karinta Ariani Setiaputri, 2021)
Pengalaman hamil tersebut, disusul dengan pengalaman melahirkan. Baik melahirkan secara normal, maupun operasi caesar, keduanya merupakan pengalaman yang menakjubkan. Bagi yang melahirkan normal, maka seorang perempuan harus merasakan kontraksi yang rasanya terus bertambah hingga bayi terlahir.
Semakin pendek jarak kontraksi dan semakin berat intensitas rasa sakit yang perempuan rasakan, menandakan waktu melahirkan sudah dekat. Rasa tidak nyaman pada kontraksi ini menjalar ke seluruh bagian perut. Mulai dari bagian depan, kanan dan kiri perut, hingga punggung. Sedangkan bagi perempuan yang melahirkan secara operasi caesar, maka ia harus melakukan perawatan pasca operasi yang juga berbarengan dengan rasa nyeri.
Pengalaman Perempuan Paska Melahirkan
Setelah melahirkan, maka tahapan selanjutnya adalah menyusui. Pengalaman menyusui secara normatif, perempuan lalui selama 2 tahun. Nah bagaimana pengalaman menyusui selama 2 tahun ini? Tentu menyisakan cerita yang beragam. Namun selama 2 tahun itu kita pastikan seorang perempuan pernah mengalami puting lecet karena gigitan anak. Bahkan mungkin ada yang sampai berdarah.
Dan bahkan bisa terjadi berkali-kali dalam masa 2 tahun tersebut. Selain itu bagi perempuan yang bekerja, ia harus berpikir tentang bagaimana memerah ASI, dan memastikan makanan yang ia konsumsi banyak dan bergizi. Tujuannya agar produksi ASI bisa maksimal. Hal ini demi buah hati agar tidak kekurangan nutrisi.
Nah lalu bagaimana dengan anggapan laki-laki yang menganggap bahwa gender adalah benar-benar menyamaratakan laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek. Sementara perempuan memiliki kodrat mengalami pengalaman biologis yang mustahil laki-laki alami?
Oleh sebab itulah Dr. Nur Rofi’ah memberikan penekanan keadilan hakiki dapat terwujud ketika pengalaman biologis yang kita rasakan tersebut tidak semakin sakit. Bukan dengan menekankan bahwa perempuan harus mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan berat sama persis dengan pekerjaan yang sebagian besar laki-laki lakukan. Hal ini tentu bisa praktikkan dengan adanya kesalingan dalam kehidupan rumah tangga. Yakni membangun relasi mubadalah antara laki-laki dan perempuan. []