Pada linimasa lewat sebuah video tentang seorang manajer bank yang ‘hijrah’ ingin menjauhi riba, berhenti bekerja di bank, lalu menjadi supir ojek online. Saya kok gemes melihatnya! Jadi berikut sedikit perspektif soal riba.
Hampir tiap hal yang dilarang dalam Islam yang berkenaan dengan aspek sosial umumnya dilarang karena praktik tersebut mengandung unsur eksploitatif yang menyusahkan kaum marjinal. Riba pun demikian. Dilarang karena praktiknya mencekik kelompok masyarakat miskin. Jika benar-benar ingin hijrah, yang dilihat harusnya bukan hanya ribanya secara literal, melainkan unsur eksploitasinya itu.
Dalam sistem kapitalis global saat ini, unsur eksploitatif kapitalisme tidak bisa dilawan dengan anda berhenti bekerja menjadi manajer bank. Dari manajer bank jadi ojek online, tetap saja mengabdi pada korporasi.
Jika benar-benar peduli, maka pimpinlah perlawanan terhadap praksis eksploitatif yang berasal dari sistem kapitalisme. Pimpinlah gerakan buruh, tulislah kritik-kritik terhadap kapitalisme, suarakan penderitaan para buruh migran, dan lain-lain. Jika menduduki posisi direktur korporasi/manajer bank/menteri perekonomian, dan lain-lain, janganlah berhenti dari posisi tersebut dengan atas nama hijrah.
Tapi Jadilah direktur/manajer/menteri yang menghasilkan kebijakan berdasar kesejahteraan buruh, kebijakan perang atas kemiskinan, dan lain-lain. Itulah cara melawan ‘riba’.
Hijrah ya hijrah, tapi hijrahlah dengan cerdas, hijrah dengan kritis. Berhenti jadi manajer bank lalu jadi supir ojek online ya sama saja tidak melakukan perlawanan apapun terhadap ‘riba yang sesungguhnya’ (eksploitasi kapitalisme).[]