Mubadalah.id – Imam Ibn Hajar al-‘Asqallani, sekalipun cenderung menerima Hadis perempuan sebagai sumber kesialan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas, tetap menyampaikan secara utuh dan lengkap dalam Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari redaksi Hadis lain yang kontradiktif.
Para ulama yang menerima Hadis di atas juga memiliki tafsir yang beragam. Di antaranya tentang perempuan, karena alasan tertentu, dianggap suaminya sebagai sumber kesialan. Sehingga Hadis ini menyarankan cerai saja.
Bahkan ada yang memaknainya untuk perempuan mandul dan tidak beranak, yang lain untuk perempuan yang sulit bisa kompromi dan buruk karakternya.
Kemudian, ada yang lain memahaminya hanya untuk sebagian orang yang meyakini kesialan dan banyak yang tidak meyakininya.
Di antara ulama kontemporer yang menolak Hadis tentang perempuan sebagai sumber kesialan yang tercatat dalam Shahih al-Bukhari di atas adalah Abu Syuqqah.
Karena menurut Abu Syuqqah, redaksi Hadis tersebut bertentangan dengan redaksi Hadis lain yang berisi sebaliknya, yaitu
“Bahwa tidak ada sumber kesialan (dalam Islam), justru ada kebaikan dalam tiga hal: rumah, perempuan, dan kuda.”
Pertentangan ini lebih nyata lagi, karena juga sudah Aisyah r.a., kritik sebelumnya seperti tercatat Badruddin al-Zarkasyi dalam kitabnya al-Ijabah.
Artinya, teks Hadis itu kita tolak, bukan karena menolak Hadis Nabi Saw. Tetapi karena periwayatannya yang kita ragukan dan tidak beberapa kalangan terima. Sejak masa sahabat, telah terjadi penolakan terhadap teks Hadis “perempuan sebagai sumber kesialan”. []