Mubadalah.id – Hadis ini menjelaskan bahwa Rasulullah tidak pernah memukul istri sebagaimana riwayat Aisyah berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَىْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ إِلاَّ أَنْ يُنْتَهَكَ شَىْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. رواه مسلم في صحيحه، رقم الحديث: 6195، كتاب الفضائل، باب مباعدته للآثام واختياره من المباح أسهله وانتقامه لله عند انتهاك حرماته.
Terjemahan: Dari Aisyah ra, berkata: Bahwa Rasulullah Saw tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi Saw juga ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah Swt. (Sahih Muslilm, no. Hadis: 6195).
Sumber Hadis: Hadis Rasulullah tidak memukul istri ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Sahihnya (no. Hadis: 6195), Imam Abu Dawud dalam Sunannya (no. Hadis: 4788) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 26354, 26596, dan 27047).
Penjelasan Singkat: Hadis Aishah ra ini bisa disebut sebagai “hadis teladan” mengenai penolakan terhadap segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Karena teks ini bercerita mengenai teladan Nabi Saw dalam kehidupan berumah tangga yang menjauhi pemukulan perempuan atau istri. Sesuatu yang pada saat itu, di kalangan masyarakat Arab dan bahkan seluruh peradaban dunia, justru amat lumrah dilakukan para suami terhadap istri mereka.
Dengan berbagai alasan, tentu saja, pengekangan, pendisiplinan dan pendidikan. Atau bisa jadi sekedar pelampiasan egoisme pribadi laki-laki, atau hanya sekedar ikut trend budaya saat itu. Nabi Saw sebagai suami teladan, pendidik panutan, dan guru terbaik memilih tidak mengikuti kebiasaan para laki-laki pada saat itu.
Nabi Saw memilih menjadi yang terbaik, menjadi pengasih dan penyayang. Beliau dengan sengaja memilih untuk tidak pernah memukul istri sama sekali dalam keadaan apapun. Ini adalah pilihan yang seharusnya menjadi panutan semua umat Islam yang menjadi pengikut beliau.
Yaitu, meninggalkan segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Oleh siapapun kepada siapapun. Dan inilah yang didakwahkan Imam Syafii dalam al-Umm, bahwa kita harus mengikuti pilihan Nabi Saw sekalipun ada ayat yang membolehkan.
Kebolehan ini, seperti kata Syekh Ibn Asyur diperuntukan bagi suami yang bisa mengendalikan diri. Ketika pada prakteknya, suami yang memukul tidak bisa mengendalikan diri, ia harus dilarang oleh pemerintah. Demi kebaikan dan kemaslahatan yang menjadi spirit Islam.