• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Moderat dalam Memandang Konflik di Gaza: Netral atau Berpihak?

Salah kaprah jika moderasi beragama kita artikan tinggal diam menghadapi kasus yang terjadi di Gaza

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
06/11/2023
in Publik
0
Konflik di Gaza

Konflik di Gaza

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan peneliti Amin mudzakir dalam alif.id berjudul “Genosida di Gaza dan Salah Kaprah Moderatisme Beragama” menyadarkan saya. Artikel tersebut menarasikan bagaimana Amin menyinggung dinamika masyarakat Indonesia bersikap tenang-tenang saja dan memilih netral melihat konflik di Gaza. Yakni tidak berada di pihak Israel maupun di pihak Palestina.

Amin dalam artikelnya tersebut menegaskan bahwa Moderasi beragama jelas menaruh keberpihakan pada Palestina sebagaimana prinsip-prinsip dasar moderasi Beragama.

Konflik di Gaza menegaskan kembali kepada kita bagaimana posisi moderasi beragama seharusnya. Moderasi beragama tidak secara letter lijk kita maknai berdiri di tengah-tengah. Pemaknaan ini menjerumuskan kita pada sikap netral yang sangat merugikan. Mengapa sikap netral dalam konflik Israel-Palestina merugikan?

Mengutip dari video akun @ajengkamaratih, ada dua alasan kesalahan bersikap netral dalam kasus Israel-Palestina. Pertama, dukungan yang tidak sebanding dari negara internasional menyebabkan Israel dengan mudah meluluhlantahkan Palestina.

Sikap netral berarti menolak menjadi mediator sebagai syarat penting menciptakan perdamaian di dunia internasional. Kedua, fakta menyebutkan bahwa dalam 5 menit ada 1 anak meninggal. Sikap netral berarti merelakan penderitaan tersebut terus berlangsung. Di mana artinya mendukung pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Juga:

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Agenda WPS dan Isu Difabel: Nyambung?

Nakba Day; Kiamat di Palestina

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Memaknai Moderasi Beragama

Kekeliruan moderasi beragama yang kita maknai bersikap netral perlu kita luruskan. Moderasi beragama berdiri di atas prinsip-prinsip tegas, tidak leda-lede, tidak diam dan tidak tanpa keberpihakan. Salah kaprah jika moderasi beragama kita artikan tinggal diam menghadapi kasus yang terjadi di Gaza.

Prinsip moderasi beragama mengandung 4 hal yang terdiri dari komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi dan penerimaan terhadap tradisi yang ada di tengah masyarakat. Jika salah satu prinsip ini ternodai, maka sikap moderat yang kita tunjukkan adalah berdiri di pihak mereka yang mendapatkan penodaan atas prinsip tersebut dalam hal ini tentu Palestina.

Israel dan negara pendukungnya hingga saat ini tidak mengakui Palestina sebagai bangsa yang merdeka. Karena adanya perebutan wilayah antara Israel dan Palestina di Gaza. Hal ini jelas melanggar komitmen kebangsaan yang Palestina bangun untuk menjadi negara yang merdeka. Konflik yang berkepanjangan kemudian menjadi legitimasi untuk melakukan tindakan kekerasan senjata hingga menumpahkan banyak nyawa.

Ketakutan Israel dan negara pendukungnya kepada Hamas jika genjatan sengaja seolah menganggap sepele warga sipil yang terus berguguran. Bagi mereka, ancaman Hamas lebih menimbulkan madharat dibanding bergugurnya nyawa warga sipil Palestina.

Berdiri di Belakang Palestina

Fakta ini semakin kuat dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken yang menyebutkan bahwa gencatan senjata hanya akan membuat Hamas tetap bertahan, mampu berkumpul kembali dan mengulangi apa yang mereka lakukan pada 7 Oktober lalu (dikutip dari akun instagram @narasi.tv).

Tidak hanya prinsip dalam moderasi beragama yang ternodai. Dalam kasus ini, hifdzun nafs (hak menyelamatkan jiwa) dalam maqasidus syari’ah Islam ternodai. Prinsip kaidah fiqhiyyah “Apabila ada dua mafsadat bertentangan, maka yang harus kita tinggalkan adalah mafsadat yang mudharatnya lebih besar. Yakni dengan melakukan mudharat yang lebih ringan” tidak berlaku. Lebih universal, prinsip HAM yang dunia anut pun tidak mereka indahkan.

Seruan ini tentu tidak akan pernah berlaku dan diindahkan oleh Israel serta negara pendukungnya. Seruan dalam tulisan ini hanyalah ajakan berdialektika dengan sederhana. Bagaimana kita sebagai warga yang jauh dari Palestina tetap waras. Yakni berani menyatakan sikap dan tetap berdiri di belakang Palestina, tidak termakan oleh isu-isu yang membelokkan fakta-fakta yang akhirnya justru mendukung Israel. []

Tags: GazaHamasIsrael-PalestinaKonflik di GazaModerasi BeragamaPBB
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID