Mubadalah.id – Seringkali kita merasa bahwa kitalah orang yang paling menderita di dunia. Padahal banyak sekali orang di luar sana yang lebih menderita daripada kita, tapi mereka bisa bersabar bahkan berserah diri dengan ujian yang Allah berikan.
Premier film 172 days tayang perdana pada Kamis, 23 November 2023 di bioskop Lombok. Tryler film yang menjadi viral dan menjadi film yang paling ditunggu berbagai kalangan, terutama Perempuan. Dua bioskop di Lombok yaitu CGV Transmart dan XXI Epicentrum Mall penuh dengan pengunjung yang ingin menonton film 172 days, bahkan tidak ada satu bangku bioskop yang kosong.
Loh, kok bisa? emang kisahnya seseru apa sih sampai bioskop penuh sesak, bahkan sampai ada yang rela menunggu berjam-jam di luar bioskop demi nonton film itu ?
Asal Mula Kisah
Film 172 days diadaptasi dari kisah nyata seorang dai muda terkenal yang bernama Ustad Amer Azzikra. Dia merupakan seorang anak dari salah satu pendiri pesantren yang ada di wilayah Jawa Barat.
Kisah film berawal dari seorang gadis muda bernama Zira yang berteman dengan dunia malam, ia sering kali bermain di club bersama sahabatnya. Ketika berada di club, gadis tersebut hampir saja melakukan hal yang tidak seharusnya. Ia segera menghempaskan tangan laki-laki itu dan berlari ke kamar mandi. Ia dilingkupi perasaan bersalah dan menyesal.
Terlebih lagi saat itu ia teringat akan pesan yang almarhum Abinya sampaikan, “Perempuan akan menjadi terhormat, jika ia menjaga kesuciannya sampai ia menikah”. Tanpa pikir panjang, Zira mengakhiri hidupnya dengan memotong nadi di pergelangan tangan. Terlihat darah berceceran dan Zira dilarikan ke rumah sakit.
Kakak Zira yang bernama Bella datang ke rumah sakit dan mengomeli adiknya. Bella pun tak kuasa memberi tahu umminya mengenai Zira yang mencoba bunuh diri. Ia terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa Zira mengalami percobaan penculikan.
Sepulang dari rumah sakit, Zira merenungi semua kejadian yang ia alami Akhirnya ia memilih untuk hijrah. Zira memutuskan untuk mengenakan hijab dan meminta Bella untuk membimbingnya.
Bella mengatakan kepada Zira, ia akan membantunya dengan catatan Zira harus mengikuti semua yang Bella katakan dan Zira pun menyetujuinya. Bella diminta untuk meninggalkan teman-teman clubnya dan mendatangi kajian.
Pertemuan Zira dan Amer
Bella mengajak Zira ke sebuah kajian yang penceramahnya seorang dai muda terkenal yaitu Ustad Amer. Pembawaan dan cara penyampaian Ustad Amer dalam mengisi kajian membuat semua jamaah betah, termasuk Zira.
Seusai pengajian Zira dan sahabatnya yang sedang hijrah bertemu dengan teman lama mereka yang ternyata adalah sahabat Amer. Di sanalah zira berkenalan dengan Amer. Singkat cerita mereka mulai dekat dan berkomunikasi lewat Instagram. Di pertemuan kedua, amer meminta nomer telepon Umminya Zara. Siapa sangka, Amer langsung menghubungi Umminya Zara untuk melamarnya.
Pernikahan
Hari pernikahan Amer dan Zara disambut dengan penuh sukacita oleh semua Masyarakat, terutama sahabat, jamaah, dan keluarga besar Pesantren.
Pernikahan mereka sangat bahagia, terlebih lagi sikap romantis Amer yang selalu ia tunjukkan kepada Zara. Melihat pernikahan mereka yang bahagia, aku jadi teringat kata Murobbi-ku. Menikahlah dengan laki-laki yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang lebih besar darimu, sehingga kamu akan diratukan.
Sampai suatu saat, Zira dan Amer yang sedang berbelanja di sebuah Minimarket bertemu dengan sahabat lama Zira di club malam. Ia mengatakan kepada Amer untuk melihat masa lalu Perempuan yang ia nikahi terlebih dahulu. Di sana Zira merasa sangat ketakutan, terlebih ia takut jika Amer tahu, ia akan marah besar kepadanya.
Zira mencoba menjelaskannya ketika berada di mobil tentang masa lalunya. Namun dengan bijaksana Amer mengatakan “Jangan pernah mengatakan masa lalumu kepada orang lain, biarlah Allah dan dirimu yang mengetahui seburuk apapun masa lalumu”.
Kehilangan Calon Buah Hati
Ketika Amer sedang bersantai, Zira memberikan sebuah kotak dan teh hangat. Awalnya Amer mengira itu adalah kotak cemilan. Ternyata kotak itu berisi tespack dengan 2 garis biru. Betapa senangnya Amer ketika mengetahui kehamilan Zara.
Ketika usia kehamilan Zira satu bulan, ia harus menelan pil pahit. Di mana Zira keguguran dan membuat mereka berdua terpukul. Namun lagi-lagi, apa yang Amer katakan? “Allah menginginkan kita belajar lagi untuk menjadi orang tua yang lebih baik”. Kehilangan calon buah hati membuat mereka terpukul, terutama Zira. Namun dengan dukungan Amer, Zira menjadi perempuan yang lebih kuat dan menerima apa yang Allah kehendaki.
Kematian Amer
Suatu hari Amer merasakan dadanya sesak dan terus terbatuk. Ketika cek Dokter, hasilnya terdapat flek di dalam paru-parunya. Amer pun harus dirawat di rumah sakit. Zara selalu menjaga Amer di Rumah Sakit, bahkan mereka masih tetap berjamaah salat. Dalam kondisi sakit, Amer masih terus mencoba membahagiakan istrinya dengan memberikan hadiah-hadiah kecil yang membuat istrinya bahagia.
Saat pulih Amer meminta untuk berkunjung ke rumah Zara. Ia ingin lebih dekat dengan keluarga Zara di Depok. Mereka melakukan banyak hal-hal seru yang membuat Amer merasa bahagia. Sampai suatu saat penyakit Amer kambuh, Amer dilarikan ke Rumah Sakit. Kondisi Amer yang memburuk membuat keluarga bersedih. Sampai ketika Dokter meminta Zara untuk masuk bertemu Amer, Amer meneteskan air mata. Zara mengatakan bahwa Amer sekarang bisa beristirahat, walau ia tidak yakin apakah bisa menjalani hidup tanpa Amer.
Menjalani Hidup
Kepergian Amer tentu membuat Zara dan keluarga besar bersedih. Namun Zara selalu mengingat pesan Amer untuk terus istiqamah. Kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup memang selalu membuat duka yang mendalam.
Walau Amer telah tiada, namun Amer selalu hidup di dalam hatinya. Zara mengikhlaskan kepergian Amer. Ia selalu mengingat kata Ustazah Oki Setiana Dewi bahwa kehilangan adalah salah satu cara Allah menguji hambanya. Tiada apapun di dunia ini yang menjadi hak milik kita. Allah mengetahui batas kemampuan hambanya.
Nadzira Syafa Adzkar mengajarkan kepada kita bahwa kehilangan bukanlah akhir, namun awal dari sebuah perjalanan. Ia memperlihatkan betapa kuat seorang perempuan menjalani apa yang ditakdirkan dan terus menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur.
Persepsi orang mengenai perempuan yang lemah ditolak mentah oleh sosok Zira. Walau ia kehilangan suami yang meratukannya, Zira mengikhlaskan dan terus menjalani hidup dengan menjadi orang yang lebih baik. 172 hari pernikahan dengan Amer adalah hal terbaik dalam kehidupan Zira.
Semoga kita para perempuan bisa menjadi sekuat Zira yang terus tegar dan semakin mendekatkan diri kepada rabbnya ketika kehilangan orang yang kita kasihi. []