Mubadalah.id – KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah sosok yang tidak hanya dikenal karena kepemimpinannya yang bijak dan toleran, tetapi juga karena kehadirannya yang penuh humor dan kesederhanaan. Beliau, dengan karismanya, berhasil meraih hati banyak orang melalui senyum, tawa, dan sikap yang rendah hati.
Bahkan Gus Dur juga dikenal sebagai seorang tokoh yang memiliki selera humor yang tinggi. Beliau sering menyampaikan pesan-pesannya dengan sentuhan humor yang membuat pendengar tertawa dan merasa lebih dekat.
Misalnya menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024 ada salah satu humor yang perlu kita ingat dari sosok Gus Dur.
Seperti dilansir dari NU Online, menceritakan bahwa pada saat itu, menjelang beberapa bulan diadakannya pemilihan umum presiden dan wakil presiden, sejumlah partai politik sibuk kasak-kusuk dan bersafari menjajaki koalisi.
Pemandangan para elite parpol tersebut sudah pasti mendapat banyak perhatian media. Melihat pemandangan tiap menjelang pemilihan presiden, Gus Dur kala itu merupakan tokoh yang menjadi target utama wartawan untuk diwawancarai.
“Gus, menurut Anda untuk saat ini parpol mana yang memiliki peluang besar memenangkan pemilu presiden?” tanya para wartawan kepada Gus Dur.
“Yang menang ya, yang dipilih mayoritas rakyat. Soalnya pemilihan sekarang kan dipilih langsung oleh rakyat. Kita lihat saja nanti,” ujar Gus Dur enteng.
Tiba-tiba wartawan lain bertanya, “Oh iya Gus, kenapa dalam setiap kampanye, parpol-parpol senang sekali membodohi rakyat?”
“Soalnya kalau pintar, rakyat nggak bakalan milih parpol-parpol itu. Karena orang pintar kan milih Tolak Angin,” seloroh Gus Dur.
“Semua wartawan tertawa.”
Dari hal receh-receh seperti itu, bagi saya menjadi humor Gus Dur yang khas dan mudah diingat oleh banyak orang.
Bahkan dengan humor tersebut, Gus Dur yang mampu memberikan kritikan dengan gelak tawa. Beliau menyadari bahwa dalam dunia politik, kritik dan perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah.
Membalas dengan Humor
Namun, alih-alih merespon dengan kemarahan, Gus Dur seringkali membalas dengan candaan atau humor yang mengundang tawa. Ini tidak hanya menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik tetapi juga kemampuan untuk menjaga suasana positif di sekitarnya.
Bahkan, gaya humor Gus Dur tidak hanya membuat orang tertawa, tetapi juga berperan sebagai jembatan untuk membangun toleransi dan pemahaman antar kelompok masyarakat. Melalui humor, beliau berhasil mengurangi ketegangan.
Oleh sebab itu, kehadiran Gus Dur di muka bumi ini telah mengajarkan kepada kita bahwa tawa dapat menjadi bahasa universal yang menyatukan berbagai kalangan. []