Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Islam penggunaan energi terbarukan, maka penggunaan energi terbarukan ini harus lebih diutamakan. Hal ini berdasarkan pada kaidah fikih sebagai berikut:
“Apabila terdapat dua kemafsadatan, maka kemafsadatan yang lebih ringan harus kita dahulukan.”
Kaidah fikih sejenis ini banyak ragam redaksinya dengan makna yang sama, di antaranya adalah sebagai berikut:
“Bahaya atau kerusakan harus kita hilangkan” dan “Bahaya atau kerusakan harus kita tolak sesuai dengan kemampuan.”
Sayyid Abdurrahman al-Ahdal mengatakan bahwa mayoritas ulama lebih mengutamakan menolak kerusakan/kemafsadatan ketimbang menarik kemaslahatan. Sebab, dalam menolak kerusakaan itu terkandung kemaslahatan. Berikut ini kaidah fikih yang relevan:
“Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada memperoleh kemaslahatan.”
“Ketika dua kemafsadatan berkumpul (dalam satu keadaan), maka kemafsadatan yang lebih ringan dipilih untuk dilaksanakan.”
Makna dari kaidah-kaidah ini adalah apabila ada dua hal yang sama-sama mengandung kemafsadatan dan kadar kemafsadatannya bisa kita ketahui, maka kita harus memilih hal yang kadar kemafsadatannya lebih ringan.
Artinya, sekiranya penggunaan energi surya kita mengetahui dampak negatifnya lebih ringan dari pada penggunaan energi fosil, maka kita harus memilih dan mengutamakan energi surya. Hingga menemukan jenis energi lain yang lebih ringan lagi dampak kemafsadatannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Islam memiliki perhatian yang tinggi pada penggunaan energi yang paling ringan tingkat bahayanya.
Kaidah-kaidah ini terinspirasi dari hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik bahwa suatu ketika seorang Arab dari Badui membuang air kecil di pojokan masjid, kemudian sebagian sahabat marah melihat kelakuan orang Badui tersebut.
Dengan menyaksikan hal itu, Nabi SAW dengan tenang melarang reaksi keras dari para sahabatnya dan menyuruh para sahabat untuk membiarkan si Badui menyelesaikan kencingnya.
Seusai kencing, Nabi SAW kemudian memberikan nasihat kepada si Badui tentang fungsi masjid dan etikanya. Lalu, Nabi SAW bersabda, “Ambilkan ember dan siramlah tempat di mana si Badui kencing tadi.” []