Apakah berhubungan seks harus banget dilakukan? Kesannya berhubungan seksual adalah hal yang wajar. Semua manusia melakukannya? Kenapa? Tapi aku enggak kepikiran mau melakukannya. -Tsumugi-
Mubadalah.id – Melanjutkan episode sebelumnya, pada seri kali ini, Film 17.3 About A Sex memiliki judul “Apakah Kamu Harus Berhubungan Seks Terlebih Dahulu?”. Berawal dari pertanyaan Tsumugi – salah seorang dari dua sahabat Sakura – di tengah diskusi dengan dua sahabatnya (red. Sakura dan Yuna), “Apakah hubungan seks harus banget dilakukan?”
Pertanyaannya sontak mengundang keheranan di wajah Sakura dan Yuna. Mereka sama-sama menanggapi bahwa berhubungan seksual adalah penting bagi manusia, meskipun tidak harus mereka lakukan sekarang.
Bahkan Yuna juga menyarankan sebelum berhubungan seks hendaknya berkenalan dulu selayaknya pacaran. Namun Tsumugi mengelaknya. Ia tidak memiliki pikiran untuk melakukannya sama sekali. Bahkan iapun merasa bahwa hubungan seksual begitu menjijikkan.
Di tempat yang sama, Tsumugi bertemu dengan Kouta, teman SMP-nya. Mereka saling menanyakan kabar dan bertukar nomor. Alhasil setelah pulang sekolah, Kouta mengkontak Tsumugi dan mengajaknya menonton film di bioskop. Awalnya Tsumugi tidak menjawab apapun, ia ragu untuk menerima ajakan teman lamanya tersebut. Hingga akhirnya ia menemukan beberapa momen yang menjadi poin keputusannya.
Pertama, dukungan Sakura. Sakura mengatakan bahwa ajakan Kouta merupakan hal yang bagus, kiranya bisa menumbuhkan rasa suka Tsumugi kepada lawan jenis. Kedua, Tsumugi melihat dua orang murid yang sedang bermesraan, dan ia berpikir barangkali memang benar bahwa jatuh cinta itu menyenangkan. Karena inilah Tsumugi kemudian mempertimbangkan untuk mengiyakan ajakan Kuota.
Sampai pada adegan ini, saya melihat bahwa normalisasi hubungan heteroseksual dan romantisasi oleh mayoritas orang telah mengundang hal ganjil bagi mereka yang merasa dirinya minoritas. Michel Foucault sendiri telah menyampaikan bahwa relasi kuasa telah membentuk seksualitas sebagai hukum dan larangan.
Dalam salah satu poin strategi yang digunakan oleh kuasa dalam memproduksi wacana seksualitas ia menyebut bahwa ada sistem yang telah mengatur untuk melakukan hubungan prokreasi. Sedangkan segala bentuk penyimpangannya disebut sebagai sesuatu yang menyimpang.
Dalam hal ini teman-teman Tsumugi telah menyebut pemikiran-pemikirannya aneh. Dan iapun akhirnya mencoba memaksakan diri untuk masuk dalam sistem percintaan mayoritas.
Ini Bukan Aku
Singkat cerita, Tsumugi dan Kuota pun bertemu dan pergi ke bioskop bersama. Di sini, Tsumugi mulai merasakan kesan baik saat bersama dengan teman lelakinya. Pertama, saat memesan popcorn, Kuota tahu rasa yang Tsumugi sukai. Kedua, saat bertabrakan dengan orang lain, Kuota langsung merendahkan hati dengan meminta maaf. Ketiga, saat mereka tengah fokus menonton, tangan keduanya bertemu saat sama-sama akan mengambil popcorn.
Setelahnya, Tsumugi mengobrol tentang film yang baru mereka tonton. Di tengah percakapan yang belum selesai, tiba-tiba Kuota mencium bibir Tsumugi. Ia kemudian menyatakan rasa suka kepada Tsumugi, dan mengajaknya berpacaran.
Tsumugi sejenak diam, dan tak langsung menjawab. Ia pun pulang terlebih dahulu. Di tengah jalan sepi, Tsumugi merasa lemas dan mual. Ia pun segera muntah dan mencuci mulutnya dengan air mineral. Sesampainya di rumah, Tsumugi terduduk lemas sembari melihat cermin. Dari sorot matanya, saya melihat, bahwa ia merasa telah memaksakan diri, menjadi orang lain, dan merasa jijik akan hal tersebut.
Esoknya, saat ia mencoba bercerita pada kedua sahabatnya, mereka semangat kegirangan. Sedangkan Tsumugi tidak merasakan kesenangan sama sekali. Ia merasa bahwa kedua sahabatnya tidak bisa memahami perasaannya. Ia kesal, apakah hubungan dengan lelaki hanya sebatas berpacaran atau tidak, berciuman atau berhubungan seks?
Kekesalan Tsumugi atas pemikiran orang-orang di sekitarnya akan suatu hubungan membuatnya semakin ragu akan pentingnya relasi itu sendiri. Ia menjadi bertanya-tanya akan kondisi dirinya. Bahkan merasa bahwa ia telah mengalami penyakit tertentu.
Seperti halnya yang Foucault sampaikan dalam poin yang lain, bahwa perbedaan identitas seksual merupakan penyakit dan penyakit moral. Sehingga orang yang telah terjebak dalam aturan, tidak akan menormalisasikan perbedaan di antara mereka.
Menjadi Aseksual
Tengah perjalanan pulang, di dalam bus, Tsumugi mulai mencari kondisi yang kini sedang ia alami dalam laman pencarian internet. Iapun menemukan dirinya merupakan seorang aseksual, yakni kondisi dimana seseorang tidak memiliki hasrat akan percintaan atau seksual.
Esoknya, ia mulai mencari buku yang membahas tentang aseksualitas di perpustakan. Kemudian ia bertemu dengan sensei Sueyama yang kemudian mengajak Tsumugi ke dalam laboratorium. Bu Sueyama yang mendengar sedikit curahan hati Tsumugi akhirnya sedikit menjelaskan.
Enggak tertarik percintaan atau bercinta itu sama sekali bukan hal aneh. Aseksualitas itu artinya kita tidak memiliki hasrat seksual pada orang lain. ingin ciuman atau ingin bercinta, tidak merasa ingin seperti itu. Lalu sisanya, ada juga orang yang tidak bisa merasakan suasana romantis atau sejenisnya.
Jijik dengan ciuman bukanlah penyakit. Itu bukanlah hal aneh hanya karena berbeda dengan orang lain. orang yang aseksual itu kira-kira 1% dari populasi, tapi artinya ada 70 juta orang di seluruh dunia. Ada juga orang aseksual tetap memiliki pasangan, bahkan menikah. Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menjalin hubungan. Kalau pacaran harus berciuman atau berhubungan seks itu aturan yang bodoh banget, kan?
Simpul saya, peran Sensei Sueyama, pada episode ini, rasa-rasanya menjadi pembuka yang menarik untuk aksi-aksi selanjutnya sebagai seorang pahlawan pendidikan seksualitas. Kerennya, di tengah lingkungan yang masih menutup diri dengan pembahasan ketubuhan, ia hadir dan terbuka dengan pembahasan yang tidak banyak anak SMA bicarakan, bahkan terdengar tabu.
Ia pun tidak berbicara dengan bayang-bayang, namun penuh dengan data dan membawa pengalaman orang lain di dalamnya. Pada episode selanjutnya, peran Sensei Sueyama akan semakin besar untuk memperjuangkan pendidikan seksualitas di kalangan remaja.
Berbeda Tidaklah Aneh
Setelah mendapatkan penjelasan dari Sensei Sueyama, Tsumugi merasa lebih tenang, dan pamit untuk pulang. Di jalan, ia pun bertemu dengan Sakura. Sakura meminta maaf atas ketidakpahamannya akan keadaan sahabatnya tersebut, bahkan iapun mengatakan ingin mengenal Tsumugi lebih jauh lagi.
Di sini kita bisa memahami bahwa Tsumugi tumbuh lebih dewasa telah memahami keadaannya dengan baik. Setelah mendapatkan kekuatan dari Sensei Seroyama, ia tak lagi merasa canggung atau aneh lagi karena berbeda dengan orang lain. Bahkan ia mencoba menjelaskan pada orang-orang di sekitarnya tentang kondisinya yang aseksual.
Sebagaimana saat bertemu dengan Kuota. Ia mencoba menjelaskan keadaannya yang aseksual, dan bahwa untuk saat ini dia tidak memiliki rasa percintaan dengan siapapun. Ia pun menolak Kuota dengan baik-baik, dan mengajak lelaki tersebut, jika berkenan, untuk menonton film lagi bersamanya.
Esoknya, saat bertemu dengan kedua sahabatnya, Tsumugi dengan lebih tenang mencoba menjelaskan kembali. Bahwa setiap orang hanya mengerti perasaan dirinya, sehingga merasa bahwa dirinya normal. Bahkan untuk menjalin hubungan, tiap orang memiliki caranya masing-masing, termasuk cinta tanpa berhubungan seks. []