• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Neoplatonisme (I)

Proclos dan Mistisisme Islam

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
07/08/2020
in Figur, Hikmah, Pernak-pernik
0
Ilustrasi NBU

Ilustrasi NBU

199
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Betapa saya harus menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan manakala saya dipertemukan dengan Harry Cahyadi, pada suatu saat dan dengan cara yang amat mengesankan. Ia seorang pemuda tampan jebolan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara. Pertemuan itu terjadi di suatu tempat di mana saya biasa nongkrong untuk ngopi di bilangan Menteng, saat saya masih sering di Jakarta.

Sesudah bicara “ngalor-ngidul” (kesana kemari) disertai basa basi ala orang Jawa, dia memberi saya sebuah buku “Proclos: Sebuah Pengantar”, karya Radek Chlup, yang diterjemahkannya dengan begitu apik, cermat, akurat dan cemerlang. Harry Cahyadi temannya filsuf A. Setyo Wibowo, juga menulis buku penting:”Paideia, Mendidik Negarawan Menurut Platon. Tetapi betapa mengejutkan saya, manakala dia kemudian meminta saya menulis “kata-kata” untuk sebuah buku tentang pikiran tokoh besar yang bagi saya teramat asing ini. Ya tentang Proclos itu.

Proclos, nama yang tak pernah melintasi pikiran saya. Bagaimana mungkin saya dengan latar belakang disiplin pengetahuan keagamaan tradisional (pesantren) sanggup mengarungi pikiran-pikiran filsafat yang begitu rumit berikut terma-termanya yang tak banyak saya ketahui, pahami dan mengerti?. Apalagi dalam kurun waktu sekitar sepuluh abad, filsafat menjadi keilmuan yang seperti terlarang dikaji dalam dunia muslim ortodoks.

Ia acap kali dipandang sebagai entri point (madkhal) bagi segala petaka sosial dan kemanusiaan. Mantiq (Logika) dan Filsafat haram dipelajari. Masih terngiang-ngiang di kepala saya syair dalam buku “al-Sullam al-Munawraq fi ‘Ilm al-Mantiq”, karya Abu Zaid Abd al-Rahman al-Akhdhari, yang diajarkan kepada saya dan para santri di Pesantren :
فابن الصلاح والنووى حرما وقال قوم ينبغى ان يعلمان
Ibnu Shalah (1181-1243 M) dan Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (1233-1277 M) mengharamkan mempelajari ilmu Mantiq. Sementara beberapa ulama lain menganjurkannya. Mereka antara lain Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (1059-1111 M). Kedua ulama yang mengharamkan itu adalah “Muhaddits”, ahli hadits besar, panutan umat Islam.
Tetapi saya juga sempat membaca buku : ” Manahij al-Bahts inda Mufakkiri al-Islam”, karya Dr. Ali Sami Nasyar, yang berbunyi :

ان الشافعي كان يقول حين ساله الرشيد فى علمه بالطب : اعرف ماقالت الروم مثل ارسطاطاليس ومهراريس وفرفوريوس وجالينوس وبقراط واسدفليس بلغاتهم. هذا ما ذكره ابو عبد الله الحاكم فى كتابه مناقب الشافعي. (على سامى نشار : مناهج البحث عند مفكرى الاسلام، ص ٨٤)
Imam Syafi’i, ketika ditanya Khalif Harun al-Rasyid tentang pengetahuannya dalam ilmu kedokteran, mengatakan :”Aku mengetahui apa yang dibicarakan oleh orang-orang Romawi, seperti Aristoteles, Mehraris, Gelenus, Epicuros dan Osdoples dalam bahasa mereka.”

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Sebelum Harry menyerahkan buku itu, saya sempat mengatakan kepadanya : “Aku kira tiga atau empat peradaban besar : Yunani, Persia, India atau Cina hadir di tengah-tengah dunia gelap, untuk satu cita-cita: “Menyebarkan Cahaya Ketuhanan”. Mereka telah menemukan Cahaya itu dalam belukar dan gelap alam semesta, meski melalui jalan, cara dan bahasa yang berbeda-beda.

Ketika Cahaya itu nyaris redup dan sekarat, Akademia Plato di Athena disegel oleh Gereja, sarjana-sarjana muslim sekitar dua abad kemudian hadir di Alexandria, Mesir, lalu menyelamatkan dan menghidupkannya kembali. Mereka membaca karya-karya dua filsuf raksasa : Plato dan Aristoteles, serta kemudian Plotinus. Begitu saya bercerita seperti orang yang mengerti saja, padahal hanya kira-kira atau spekulatif saja. Saya pernah mendengar atau sedikit pernah membaca. Harry setia mendengarkannya, sambil matanya menatap mata saya. Kopi saya minum lagi. (bersambung)

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Rahasia Rasa

    Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID