• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kitab Iqdulul: Sayyidah Fatimah Teladan Bagi Ibu dan Perempuan

Dengan mengenal lebih dalam tentang Sayyidah Fatimah, menginspirasi kita untuk menjadi ibu yang penuh kesabaran, cinta, dan keteguhan.

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
24/12/2024
in Hikmah
0
Sayyidah Fatimah

Sayyidah Fatimah

980
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peringatan Hari Ibu menjadi sangat momen penting, selain untuk merayakan peran ibu dalam keluarga, juga untuk merenungkan teladan dan perjuangannya yang luar biasa. Salah satu figur ibu, yang meninggalkan banyak teladan ialah Sayyidah Fatimah al-Batul. Di mana hari milad beliau pada 20 Jumadil ats-Tsaniyah, bertepatan dengan 22 Desember 2024.

Pada kesempatan ini, mari kita meneladani sosok Sayyidah Fatimah melalui kitab Iqdulul fi Sirah al-Batul. Sebuah karya dari Sayyid Muhammad bin Hasan bin Alwi al-Haddad yang memuat kisah-kisah kemuliaan dan keutamaan beliau.

Dengan mengenal lebih dalam tentang Sayyidah Fatimah, menginspirasi kita untuk menjadi ibu yang penuh kesabaran, cinta, dan keteguhan. Sebagai anak, kita bisa meneladani beliau dalam hal kesungguhan bakti kepada orang tua dan kesantunan akhlaknya.

Kemuliaan Sayyidah Fatimah

Kitab Manaqib Iqdulul adalah salah satu manaqib yang mengisahkan berbagai keutamaan Sayyidah Fatimah az-Zahra. Mushannif menyebutkan bahwa di antara keistimewaan beliau ialah menjadi penghulu para perempuan syurga (sayyidah nisa ahli al-jannah). Sebagaimana dalam hads, Nabi pernah berkata kepada putrinya itu: “Tidakkah kamu bahwa kamu merupakan penghulu perempuan-perempuan yang beriman.”

Sayyidah Fatimah merupakan belahan hati Rasulullah. Beliau saw. menegaskan bahwa putrinya terkasih itu merupakan bagian darinya (bid’atu al-Musthofa). Maka siapa yang menyakitinya, mereka telah menyakiti Rasul. Siapa yang menggembirakannya, maka mereka  telah menggembirakan beliau saw.

Baca Juga:

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Sayyidah Fatimah memiliki beberapa gelar sebab kemuliannya. Di antara nama-namanya seperti al-Mubarakah (yang diberkati), az-Zakiyyah (yang suci), ar-Radhiyah (yang rela), dan al-Mardhiyah (yang diridhai). Namun, yang paling terkenal adalah az-Zahra (yang bersinar wajahnya bak bunga) karena dia merupakan ciptaan terbaik dan bunga hati Rasulullah.

Sayyidah Fatimah juga mendapat gelar sebagai al-Batul, artinya seorang yang tidak pernah terhenti ibadahnya. Selain itu beliau juga mendapat julukan dari Rasulullah sebagai Ummu Abiha, karena sejak belia sepeninggal ibunya, Sayyidah Khadijah al-Kubra. Dialah yang mengurus segala kebutuhan dan keperluaan ayahandanya. Dengan sikapnya yang penuh kasih sayang serta kelembutan, ia selalu berbakti dan menjadi pembela ayahnya.

Sayyidah Fatimah Teladan Bagi Ibu dan Para Perempuan

Dalam kitab ini, juga diceritakan berbagai peristiwa yang menampilkan sifat-sifat mulia beliau, termasuk kepeduliannya terhadap keluarga, pengorbanannya dalam menolong orang lain, serta kedalaman spiritualitas beliau.

Sebagaimana dalam kitab tersebut menceritakan tentang Sayyidah Fatimah yang rela berbagi harta miliknya, meskipun dirinya sendiri dan keluarganya hidup dalam keadaan serba kekurangan. Sehingga kisah dan sifat mulianya tersebut diapresiasi di dalam QS. al-Insan ayat 8-11.

Penulis menerangkan bahwa hal tersebut menjadi contoh teladan terbaik bagi kita semua, bahwa keteguhan dan kesungguhannya dalam melakukan amal saleh dan merebut peluang dalam setiap ketaatan, yaitu mendahulukan keperluan yang miskin, yatim, dan orang-orang yang membutuhkan.

Sayyidah Fatimah juga menjadi contoh nyata dari sifat tawadhu (rendah hati). Meskipun berasal dari keluarga yang sangat mulia. Kesederhanaan hidup beliau menjadi teladan penting bagi kita untuk selalu bersyukur dan tidak melupakan esensi kehidupan yang lebih utama, yaitu kedekatan dengan Allah.

Selain itu, ia juga terkenal sebagai perempuan yang sangat menjaga ibadahnya, serta selalu berdoa untuk kebaikan umat. Dalam konteks peringatan Hari Ibu, teladan darinya mengingatkan kita tentang pentingnya pendidikan spiritual bagi anak-anak kita. Sebagai ibu, kita tidak hanya mendidik anak-anak dalam aspek duniawi, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai agama yang dapat membimbing mereka di jalan yang benar.

Ibu yang Penuh Kasih Sayang

Sayyidah merupakan ibu yang penuh kasih kepada putra-putrinya, yaitu Hasan, Husein, Muhsin, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum yang kelak menjadi orang-orang besar dalam sejarah Islam. Ia adalah teladan sejati dalam menjalani kehidupan sebagai seorang ibu. Meskipun dalam kesederhanaan, Sayyidah Fatimah selalu menunjukkan ketabahan dan kesabaran.

Salah satu kisah terkenal adalah bagaimana beliau dengan penuh keikhlasan membantu pekerjaan rumah tangga dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Di lain sisi ia juga memiliki semangat tinggi dan aktif memperjuangkan dakwah Islam. Di dalam peperangan Uhud, ia turut serta membantu dalam merawat orang-orang Islam yang luka dan memberi minuman kepada mereka.

Dalam kitab ini juga mengisahkan bagaimana perhatian Sayyidah Fatimah kepada ayahandanya. Yakni ketika dia merawat luka Rasulullah dalam peperangan tersebut dengan dibantu suaminya. Sayyidina Ali menuangkan air, kemudian Sayyidah Fatimah membersihkan darah dan merawat luka yang terdapat di wajah Rasulullah yang mulia.

Kitab Iqdulul ini menjadi salah satu yang perlu kita baca secara serius. Sebab, Sayyid Muhammad bin Hasan bin Alwi al-Haddad sebagai mushanif telah memberikan penjelasan yang cukup mudah kita pahami. Sehingga kita dapat lebih mudah untuk merefleksikan teladan Sayyidah Fatimah binti Rasulullah di kehidupan sehari-sehari dalam konteks sebagai seorang ibu dan perempuan di masa ini. Wallah a’lam. []

Tags: Ahlul BaytHari IbuislamSayyidah Fatimahsejarah
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Sikap Masyarakat Jika Terjadi KDRT?
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID