• Login
  • Register
Jumat, 20 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Arab Lebih Ketat Soal Kesadaran Gender

Kesadaran tentang pembedaan (bukan sekadar perbedaan) antara laki-laki (mudzakar) dan perempuan (muannats) tentu Arab jauh lebih dulu punya. Sejak kapan? Sejak bahasa Arab muncul di muka bumi.

Redaksi Redaksi
10/01/2025
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Kesadaran Gender

Kesadaran Gender

701
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam diskursus gender, kita sering kali terjebak pada asumsi bahwa konsep kesadaran gender lahir dari Barat. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, faktanya Arab jauh lebih dulu daripada Barat, bahkan lebih ketat.

Sekali lagi ini soal kesadaran. Bahwa semua masyarakat membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial tentu saja betul. Tetapi secara sadar membedakan antara keduanya, bahkan menjadi pandangan dunia masyarakatnya, tidak semua masyarakat memilikinya.

Tentu saja kesadaran secara sosial yang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil itu beda kisah. Lagi-lagi menarik untuk bertanya, kesadaran keadilan gender, lebih dulu Barat atau Arab?

Pertanyaan ini bukan untuk adu keren, tapi untuk menelusuri jejak keadilan gender Islam. Apakah berasal dari luar atau dari dalam tradisi Islam sendiri.

Benarkah Kesadaran Gender Sudah Sejak Lama di Arab?

Setiap masyarakat punya pandangan dunia tertentu yang terefleksikan dalam bahasa yang mereka gunakan. Bahasa Jawa yang membagi tiga cara bertutur: ngoko, madya, dan inggil merefleksikan kelas sosial sebagai cara pandang dunia masyarakatnya.

Baca Juga:

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Pentingnya Membangun Kesadaran Inklusivitas di Tengah Masyarakat yang Beragam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Cara bertutur masyarakat Arab bukan ditentukan oleh strata sosial, melainkan oleh gender. Kita tidak bisa bicara bahasa Arab tanpa menguasai konsep mudzakar dan muannats (laki-laki dan perempuan).

Kesadaran tentang pembedaan (bukan sekadar perbedaan) antara laki-laki (mudzakar) dan perempuan (muannats) tentu Arab jauh lebih dulu punya. Sejak kapan? Sejak bahasa Arab muncul di muka bumi.

Sayangnya, relasi gender dalam bahasa Arab sangat bias. Nasr Hamid Abu Zaid memberikan salah satu contohnya, yaitu aturan bahwa satu grup perempuan (jama’ muannats) akan berubah menjadi grup laki-laki (jama’ mudzakar) hanya karena ada satu laki-laki di dalamnya.

Satu laki-laki lebih menentukan status sebuah grup daripada berapa pun jumlah perempuan di dalamnya. Tentu saja Mahasuci Allah dari salah memilih bahasa. Namun, begitu Allah memilih bahasa, maka penting bagi kita untuk tahu karakternya supaya pesan Allah tidak terkubur oleh karakter tersebut. []

Tags: arabGenderkesadaranKetat
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Sister in Islam

Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

18 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Pemukulan

Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tastefully Yours

    Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Crime and Punishment: Kritik terhadap Keangkuhan Intelektual
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID