Mubadalah.id – Salingers, ingatkah kasus Agus yang melakukan pelecehan seksual di bulan Oktober 2024? Ya, kasus ini menjadi perbincangan hangat masyarakat siber. Mereka sangsi melihat kejadian yang jarang terjadi sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan di benak mereka.
Bagaimana bisa Agus yang tidak mempunyai dua tangan melakukan kekerasan seksual terhadap para perempuan? Bagaimana Agus melakukan dengan kondisi fisik tersebut? Mereka menganggap disabilitas daksa tidak mungkin melakukan tindak kejahatan seperti itu.
Tindak kejahatan ini terjadi di Nusa Tenggara Barat. Banyak media online maupun elektronik berlomba-lomba mengangkat kasus tersebut. “Agus Buntung” menjadi headline digital utama dalam berita dan podcast.
Liputan6.com , misalnya, menulis tajuk “Kronologi Kasus Pelecehan Seksual Agus Buntung, Fakta Baru Hingga Modus Penipuan Manipulasi Emosional”.
Pada podcast Deddy Corbuzier (11/12/24) click baitnya “Agus ”Buntung” Oh ternyata Gini Caranya…Pantes!! Kesaksian Korban”.
Dua media online itu menuliskan kata buntung dalam memberitakan kasus Agus yang dapat menggiring opini publik. Penulisan yang syarat akan stigmatisasi ini mengabaikan inklusivitas bermedia online.
Menulis Terminologi Agus Buntung Di Media Online, Inklusikah?
Bulan November lalu, peserta Akademi Mubadalah mengikuti konsolidasi online dengan tema Menulis dengan Empati: Jalan Panjang Menuju Jurnalisme Inklusi (26/11/2025). Terminologi “buntung” menjadi highlight dalam diskusi ini.
Ketika Anita Dhewy, narasumber webinar online tersebut, mengajukan pertanyaan sambil menampilkan screen tentang berita kasus Agus. Aneka pendapat pun saling saut menyaut.
“Penulisan diksi ini kurang tepat. Mengapa harus menulis kondisi fisik pelaku? Mengapa tidak menyorot perbuatan keji pelaku saja? Itu akan melukai penyandang disabilitas lainnya,” kata Atika.
Karena berita ini sifatnya komersil maka wartawan akan mengejar traffic supaya dapat meningkatkan akses pembaca di kanal online”, timpal Imam.
Ya, kunjungan akses di media online ini berpengaruh terhadap pembuat konten. Mereka mengemas informasi dengan cara menyangkut-pautkan kehidupan personal agar berita mereka banyak yang membaca. Contohnya judul artikel tertulis Agus Buntung atau Agus Disabilitas.
Setelah webinar, penulis pun bertanya di whatsapp group disabilitas mengenai pemilihan kata “Agus Buntung”. Seseorang menjawab penggunaan kata itu justru merendahkan makna disabilitas daksa.
Pemilihan kata “Agus Buntung” membuat eksklusi bagi penyandang disabilitas. Stigmatisasi mereka semakin melekat dalam pandangan orang-orang yang belum paham tentang disabilitas. Bukan itu saja orang-orang akan berperspektif bahwa apa yang media online sajikan menjadi hal yang wajar di realita sosial.
Perbuatan Agus memang tidak pantas. Layak dia mendapatkan hukuman. Akan tetapi, tetap ada etika dalam penulisan berita sehingga membentuk inklusivitas dalam menggunakan platform digital.
Dampak Sosial Peliputan Berita di Media Online
Teknologi semakin maju, masyarakat siber mendapatkan arus informasi semakin cepat di media online. Fenomena kekerasan seksual yang dilakukan Agus di NTB langsung terakses di Sulawesi, Jawa, Sumatera, Papua, dan Bali.
Tentunya berita itu berdampak pada tingkah laku sosial publik. Akhir November penulis berjumpa kawan dari Makassar. Perempuan berkerudung itu menceritakan mengenai pemberitaan “Agus Buntung”. Anak laki-lakinya yang masih duduk di Sekolah Dasar mendapatkan ejekan tajam dari teman kelasnya.
“Bapak kamu Agus Buntung ya? ” Begitulah kira-kira lontaran yang keluar dari mulut siswa SD itu.
Pulang sekolah si anak mengadu kepada ibunya. Sang ibu pun memberikan pemahaman supaya anaknya tidak sedih.
“Bilang pada temanmu bapakku bukan Agus Buntung. Bapakku adalah Agus”, pesan ibunya terhadap anaknya jika ada yang mengejek lagi tentang bapaknya.
Imbas media online sangatlah kuat dalam membentuk perilaku dan persepsi publik. Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mudah terpengaruh dari sebuah pemberitaan. Oleh karena itu, ciptakan jurnalisme atau konten yang inklusi bagi seluruh lapisan masyarakat. []




















































