Mubadalah.id – Salah satu Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc. MA menyebutkan bahwa sejarah kepemimpinan dan kepahlawanan perempuan Islam Nusantara tidak lepas dari sudut pandang pengonstruksi dan penulisnya.
Ketika penulisan sejarah tidak disertai sensitivitas gender, maka jangan harap ada banyak nama perempuan yang muncul. Nama perempuan yang sangat layak disebut pun, bahkan, bisa tidak ada atau malah sengaja ditiadakan.
Lebih lanjut, Nyai Badriyah menyampaikan saat belajar sejarah Islam Indonesia di sekolah dulu, Nyai Badriyah tidak pernah tahu bahwa kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara ini pernah mengalami kejayaan di bawah kepemimpinan para ratu yang luar biasa, karena nama mereka tak pernah tercatat.
Para ratu itu, menurut Nyai Badriyah, sangat berpengaruh, memiliki peninggalan yang jejaknya nyata hingga saat ini, dan berkuasa dalam waktu yang lama.
Kisah Sultanah Tajul Alam Safiatuddin
Nyai Badriyah memberikan contoh ratu yang memiliki pengaruh adalah Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Ratu Aceh Darussalam ini memerintah selama 33 tahun (1641-1674 M).
Sang ratu menguasai bahasa Arab, Perancis, Urdu, dan Spanyol. Selain itu sejak usia tujuh tahun, Sang Ratu banyak belajar ilmu-ilmu agama. Pada masanya, ilmu pengetahuan maju pesat dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Nama UIN ar-Raniry dan Universitas Syah Kuala yang merupakan dua perguruan tinggi negeri terdepan di Aceh saat ini mengambil namanya dari mufti-mufti besar yang hidup pada zaman Sultanah Safiatuddin.
Mereka, kata Nyai Badriyah, di support total oleh Sultanah dan mereka pun mendukung kepemimpinan Sultanah.
Setelah Sultanah Safiatuddin, masih ada tiga lagi sultanah yang berkuasa di Aceh Darussalam.
Ironis, sejarah kejayaan kerajaan Islam Aceh yang disampaikan di sekolah, terutama saat Nyai Badriyah masih bersekolah dulu tidak memuat nama-nama tersebut.
Hingga sampai pada kejayaan Aceh yaitu masa Sultan Iskandar Muda. Sultanah Safiatuddin yang notabene putri Sultan Iskandar Muda, lama berkuasa, dan nyata jejak peninggalannya, justru tak tercatat. (Rul)