• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Benarkah Menikah Tolok Ukur Kesempurnaan Perempuan?

Jadi, bukan hanya dengan jalur menikah saja wanita bisa dikatakan sempurna. Manusia bisa merasa sempurna dengan versi terbaiknya masing-masing.

Nur Indah Fitri Nur Indah Fitri
15/01/2021
in Kolom, Personal
0
Menikah

Menikah

295
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id– Belum lama ini saya mendapat mention dari update status seseorang yang saya segani, berisikan “Wanita dikatakan sempurna apabila sudah menikah, sebab bisa mendapat predikat emak-emak dan bermanfaat bagi orang lain.” Lalu, beliau menganjurkan saya dan teman saya untuk segera menikah.

Langsung tercenganglah saya kala itu. Please dong, usia saya masih 23 tahun dan ini udah masuk 2021, masak iya pencapaian seorang wanita masih dilihat dari sudah menikah atau belum? Apalagi jadi tolok ukur kesempurnaan.

“Emang kalo udah nikah jadi auto sempurna gitu? Padahal diusia segitu energi masih banyak buat sekolah, bersosialisasi, traveling dan mencoba hal-hal baru”, tanggapan seorang teman. Dan sebenarnya gak masalah kalau pun gak sempurna. Toh semua manusia emang gak bakal pernah sempurna, meskipun dalam peran apapun. Karena yang sempurna kan cuma Tuhan dan kekasih-Nya.

Lagian juga stereotype seperti itu akan terus berlanjut khususnya kepada para wanita. Yang masih single dibilang gak sempurna kalo belum menikah. Udah menikah masih belum sempurna kalau belum dikaruniai anak. Ketika dikaruniai anak tapi melahirkan secara caesar juga masih dikatakan belum sempurna kalo gak bisa merasakan nikmatnya ngeden persalinan.

Saat pemberian ASI pun wanita bakal dianggap sempurna kalo lebih memilih memberikan susu formula dari pada ASI eksklusif. Anak tumbuh dengan prestasi yang kurang pun, wanita akan kembali lagi dinilai tidak sempurna karena dianggap tidak becus mendidik anaknya.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Gitu aja terus polanya, menilai hidup orang lain dari standar moral yang kita punya. Padahal tiap individu punya perbedaan latar belakang dan kondisi yang dihadapi. Kalo pesan bapak ke anak-anaknya, “Jangan mudah menilai keputusan orang lain atas hidupnya, karena kita tidak sedang
berada pada posisi mereka.”

Lantas biarkan tiap individu memegang prinsip hidupnya masing-masing, asalkan bertanggung jawab dengan pilihan itu dan gak merugikan orang lain, apalagi sampai melanggar hukum. Udah dong stop memaksakan hidup orang lain atas apa yang kita percaya, dunia gak sesaklek itu guys.Memang sih menikah itu untuk menyempurnakan separuh agama.

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW dari Anas bin Malik ra, “Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah pada separuh sisanya” (Dinilai hasan li ghairihi, dalam Shahih Targhib wa Tarhib 2/192).

Dan melaksanakannya pun sudah dianggap seperti menjalankan ibadah. Tapi justru karena menikah adalah suatu ibadah terpanjang, maka perlu saling menyiapkan diri dan saling membekali diri dengan pilar-pilar pernikahan seperti dalam buku Mubadalah Kyai Faqihuddin Abdul Qadir. Karna tujuan pernikahan adalah membangun peradaban yang maslahat.

Lalu, apakah orang yang menunda pernikahan atau memilih hidup melajang, hidupnya tidak akan merasa sempurna? kehidupan tiap individu jelas menjadi otoritas masing-masing individu. Mereka yang belum berpasangan atau memilih tidak berpasangan masih bisa merasa sempurna dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Tidak perlu melakukan begini atau begitu hanya karena lingkungan bilang demikian. Sebab, manusia gak harus hidup dengan standar yang sama. Dengan, belum atau tidak menikah manusia tetap masih bisa menebar manfaat ke banyak orang melalui cara terbaiknya masing-masing.

Misal, ada seorang perempuan menikah, dia hidup berkeluarga dan sudah memiliki anak. Tapi di dalamnya terjalin relasi yang tidak sehat dengan pasangannya, sehingga melampiaskan ketidaksempurnaan rumah tangganya dengan menggunjing orang lain sebagai bentuk hiburannya.

Bandingkan sekarang, dengan seorang yang belum menikah, tapi dia punya kepedulian mengembangkan kegiatan positif dan memberikan impact yang baik kepada sekitarnya. Seperti sahabat teman saya di IG yang masih lajang, tapi sudah memiliki usaha sendiri dan yayasan. Lantas apakah anda akan mengatakan bahwa si perempuan yang sudah menikah tadi jauh lebih sempurna dari pada perempuan yang kedua?

Jadi, bukan hanya dengan jalur menikah saja wanita bisa dikatakan sempurna. Manusia bisa merasa sempurna dengan versi terbaiknya masing-masing. Tak perlu mencari kesempurnaan dengan standar orang lain dan jangan memaksakan kesempurnaan versi diri kalian sendiri kepada orang lain. Sebab, perihal sempurna itu hanyalah soal rasa. []

 

 

Tags: menikahperempuanperkawinanSelf Love
Nur Indah Fitri

Nur Indah Fitri

Perempuan seribu mimpi sejuta sambat yang tengah belajar memanusiakan manusia

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version