• Login
  • Register
Kamis, 30 November 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film Semesta, Memaknai “Hijrah” untuk Kembali Mengenal Alam

Film ini berkisah tentang tujuh orang, yang berjuang menyelamatkan ekosistem kehidupan dengan caranya masing-masing

Zahra Amin Zahra Amin
06/02/2022
in Film
0
Film

Film

235
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Film Semesta merupakan besutan apik Nicholas Saputra , salah satu aktor Indonesia yang pernah dikenal lewat Film “Ada Apa dengan Cinta” yang melegenda di zamannya. Film ini diproduksi pada 2018, namun tetap relevan hingga kini, dan menjadi bagian dari kampanye tentang kepedulian terhadap alam semesta, bagaimana merawatnya hingga terus berkelanjutan, dan bisa dinikmati oleh anak cucu hingga bertahun-tahun kemudian. Film ini berkisah tentang tujuh orang, yang berjuang menyelamatkan ekosistem kehidupan dengan caranya masing-masing.

Pertama, Tjokorda Raka Kerthyasa seorang tokoh budaya dari Ubud Bali, di mana masyarakat Bali hingga hari ini merayakan Nyepi sebagai hari istirahat alam semesta. Sebagaimana tubuh manusia yang memerlukan tidur untuk mengembalikan kebugaran, dan juga kesehatan. Begitu pula dengan alam semesta. Dengan tidak menggunakan listrik, dan kendaraan bermotor selama 24 jam saat Hari Raya Nyepi itu, Bali telah berkontribusi mengurangi gas emisi di dunia.

Kedua, Agustinus Paus Inam, seorang kepala dusun Sungai Utik Kalimantan Barat, yang memastikan pentingnya penduduk desa memahami dan mengikuti langkah tata cara adat untuk melindungi dan melestarikan hutan. Di sana ada kesepakatan, hanya boleh menebang 3 pohon selama satu tahun, dan itu benar-benar harus jelas peruntukannya untuk apa. Mereka belajar dari desa tetangga yang mengalami illegal logging, sehingga hutan habis dan akhirnya kehilangan pangan serta air yang selama ini menjadi sumber kehidupan mereka.

Ketiga, Romo Marselus Hasan, seorang pemimpin agama Katolik di Bea Moring NTT. Secara mandiri, Romo mendorong masyarakat untuk membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro untuk mengurangi emisi berbahaya yang keluar dari generator.

Yang menarik dalam cerita film ini, Romo menggunakan metode partisipatif, yakni melibatkan semua elemen masyarakat tanpa kecuali, membicarakannya bersama dan mendengarkan setiap usulan bahkan dari seorang perempuan. Pun ketika bergotong royong, laki-laki dan perempuan disetarakan, saling bekerjasama membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro itu.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Saatnya Mencegah, Memilah, dan Mengolah Sampah
  • Ashoka Indonesia Perkenalkan Para Changemakers Melalui SICI Media Fellowship
  • Pulau Paskah Sebagai Analogi untuk Nasib Bumi, Menarik!
  • Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

Baca Juga:

Saatnya Mencegah, Memilah, dan Mengolah Sampah

Ashoka Indonesia Perkenalkan Para Changemakers Melalui SICI Media Fellowship

Pulau Paskah Sebagai Analogi untuk Nasib Bumi, Menarik!

Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

Keempat, Alimina Kacili, seorang Mama dari kelompok wanita gereja Kapatcol Papua Barat, yang memiliki aturan sasi, yakni sebuah tradisi kearifan lokal yang melindungi wilayahnya dari eksplorasi, terutama oleh nelayan yang menggunakan peralatan ilegal. Meski pendeta berjenis kelamin laki-laki, tapi Mama dan komunitasnya diberi peran penting, dan strategis untuk menjaga dan melindungi ekosistem laut.

Bahkan mereka mampu menyelam hingga ke dasar laut, mengambil biota laut sesuai kebutuhan, dan mengembalikan jika ukurannya masih dianggap kecil. Sungguh, di adegan film ini ada suguhan pemandangan laut yang luar biasa. Kekayaan alam Indonesia yang tiada tara.

Kelima, Muhammad Yusuf Imam, seorang imam di desa Pameu Aceh, yang berupaya mengingatkan penduduk setempat, bahwa penebangan hutan merupakan salah satu faktor yang mempercepat terjadinya pemanasan global dan berdampak pada kerusakan habitat alam gajah liar. Yang unik, ketika masyarakat desa menggelar kenduri doa bersama tolak bala, bencana dan musibah. Sang imam berdoa dengan bahasa arab, dan penyebutan nama gajah dalam doa tetap “gajah”, bukan “fil” , yang dalam bahasa arab artinya gajah.

Keenam, Iskandar Waworuntu, yang berkomitmen untuk menjalani praktik “thayyib” bersama keluarganya yang bermukim di Jogja. Ia menggunakan ilmu permakultur untuk berkebun dan berhubungan kembali dengan alam, serta mengajarkannya kepada siapa saja yang tertarik. Dalam penjelasannya, Iskandar menyebutkan “hijrah”, yang dimaknai dengan memperbaiki hubungan manusia dengan alam semesta, dan bagaimana memperlakukan tubuh sebagai cerminan bersikap terhadap bumi.

Bahkan makna permakultur juga ada unsur kesalingan, atau mubadalah. Yakni, memperlakukan semesta sebagaimana ekosistem berjalan selama ini. Jika baik, maka akan baik pula seluruh sistem kehidupan yang berjalan nanti.

Terakhir, Surya Cassandra, petani kota pendiri Kebun Kumara Jakarta. Ia melakukan kampanye prinsip belajar dari alam yang secara kreatif mengubah tanah di kota menjadi hijau kembali. Dari seluruh kisah ke tujuh pejuang di Film Semesta di atas, semuanya melibatkan perempuan, baik sebagai tokoh kunci dan strategis, maupun partisipan aktif.

Pelibatan perempuan menjadi penting, karena bersama laki-laki saling bekerjasama menjaga amanah sebagai khalifah fil ardi, menjaga, merawat dan melindungi bumi dari kerusakan serta efek pemanasan global yang mengancam ekosistem kehidupan di dunia. []

Tags: Film SemestaKeadilan EkologisPemanasan Global
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Film 172 Days

Film 172 Days : Kehilangan Bukanlah Akhir, Melainkan Awal dari Perjalanan

24 November 2023
Kisah Gadis Kretek

Kisah Gadis Kretek: Perempuan dan Jejak Tradisi Masa Lalu

17 November 2023
Film Budi Pekerti

Mengenal Cyber Bullying Melalui Film Budi Pekerti

10 November 2023
Gadis Kretek

Series “Gadis Kretek”: Tentang Independensi, Kebebasan dan Kompetensi Perempuan

8 November 2023
Gadis Kretek

Serial TV Gadis Kretek: Memotret Dinamika Perempuan Melawan Stigmatisasi

6 November 2023
Film Buya Hamka

Film Buya Hamka: Manifestasi dari Kata-kata “Kenapa Kita Harus Mencari Cinta yang Setara?”

3 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Birrul Awlad: Berbuat Baik pada Anak Tanpa Syarat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma Al-Murabit: Perempuan Ulama yang Menuntut Pembebasan Kaum Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak
  • Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan
  • Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama
  • Birrul Awlad: Berbuat Baik pada Anak Tanpa Syarat

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist