• Login
  • Register
Rabu, 8 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kematian Fungsi Keluarga di Masa Pandemi

Mufliha Wijayati Mufliha Wijayati
19/06/2020
in Keluarga
0
12
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sebelum membahas tentang kematian fungsi keluarga, lebih dulu kita renungkan apakah Covid-19 telah benar-benar memulangkan orang-orang ke dalam keluarga masing-masing? Sejurus kita memang melihat selama hampir 3 bulan terakhir orang-orang telah kembali dan bertahan di rumah kecuali untuk kepentingan mendesak.

Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah dari rumah adalah tagline yang disuarakan hampir di semua kanal informasi. Hal ini dimaknai sebagai momentum menyatunya kembali orang tua dan anak-anak dalam institusi keluarga. Tapi, apa iya mereka benar-benar kembali?

Ya, hampir semua orang mengatakan pandemi telah mengembalikan fungsi keluarga sebagai institusi pendidikan. Covid-19 juga telah menjadikan keluarga kembali menjadi tempat bersemainya kasih sayang di antara anggota keluarga. Baru di era twenty-twenty inilah bapak-ibu-anak bisa kumpul 24 jam selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Semacam blessing in disguise, begitu kata orang-orang yang mencoba menyikapi secara positif perubahan hidup akibat Covid. Menilik Awal Kedatangan Covid-19 Sembari mempersiapkan amunisi untuk memasuki fase new normal, penulis ingin menunjukkan bahwa rasa itu benar adanya di masa-masa awal pandemi.

Dalam kecemasan akut, setiap anggota keluarga seperti ingin saling menjaga dan melindungi serta meluapkan kasih sayang setelah sekian lama terpasung dalam rutinitas bekerja dan sekolah.  Ibu-bapak-anak menikmati kuliner rumah dengan masak bersama, berkebun dan bercocok tanam yang katanya untuk ketahanan pangan. Juga berjemur pagi di halaman rumah untuk menjaga kebugaran dan imunitas. Indah bukan? 

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Baca Juga:

Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?

Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota

Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Namun, seminggu dua minggu berjalan dan berganti bulan, rasa itu mulai bergeser. Kejenuhan dan kegabutan melanda. Kelelahan batin dan fisik justru makin tegas.  Lihatlah, sang Bapak, seorang pimpinan proyek pembangunan harus kalang kabut mengatur keberlangsungan proyeknya dari rumah. Kematian fungsi keluarga mulai terlihat sedikit demi sedikit.

Awal Kematian Fungsi Keluarga?

Proyek yang diawasi dan dimandori setiap hari dengan siaga, on the spot, saja bisa meleset dari target. Apalagi dengan pantauan jarak jauh yang jangkauannya bisa jadi tidak maksimal. Jangankan berpikir untuk ngobrol dan bercengkrama dengan anak istri, hari-harinya habis untuk telpon sana sini dan nge-Zoom ke sana ke mari.

Pun, demikian si Ibu. Tugasnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa betul-betul diuji di masa pandemi. Di tengah-tengah nyinyiran ‘guru yang makan gaji buta’ dari nitizen yang budiman, dia harus memutar otak bagaimana caranya mengajar jarak jauh, agar materi tersampaikan dan anak didik tetap bahagia.

Setiap hari ibu habiskan waktu bercengkerama dengan laptop, HP, untuk membuat rekaman, video, dan apapun yang bisa disampaikan sebagai pengetahuan untuk anak didiknya. Belum lagi kerja-kerja domestik yang bebannya makin menggunung. Kalau dihitung beban kerjanya, si Ibu butuh lebih dari 24 jam dalam sehari untuk menunaikannya.  

Kemudian, anak-anak yang diminta belajar dari rumah, mereka dengan siapa? Jumlahnya tiga. Kuliah semester 1, SMA kelas 2, dan si bungsu kelas 6 SD, generasi emas yang lulus tanpa Ujian Nasional. Mereka semua harus belajar dari rumah yang idealnya didampingi orang tua sebagai guru kehidupannya.

Namun, si Bapak dan si Ibu juga dituntut untuk tetap profesional bekerja dari rumah. Tak tersisa energi untuk berbagi multi peran ini. Bapak dan Ibu juga manusia, memiliki keterbatasan untuk mengingat semua pengetahuan dari SD hingga kuliah.  Anak-anak pada akhirnya berjuang sendiri untuk menghadapi budaya belajar baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Keluarga Marjinal dalam Masa Pandemi Ini gambaran keluarga menengah yang tinggal di perkotaan dengan income bulanannya yang relatif terjaga. Terbayang bukan, bagaimana kondisi mereka yang harus survive cari uang harian untuk kebutuhan makan hari ini. Sementara, bos dan majikan mereka harus merumahkan mereka, karena Covid-19 memang meminta setiap orang untuk kembali pada keluarga.

Lalu mereka makan apa? Kuota bergiga-giga untuk anak-anaknya belajar bagaimana? Jangankan untuk berasyik-masyuk menikmati kebersamaan, Ibu-bapak harus berpikir keras dan jungkir balik agar dapur mereka tetap ngebul. Petaka terjadi kala ketiadaan amunisi ini menjadi pemicu pertengkaran.

Tidak sulit membayangkan, bahwa dalam kondisi lapar dengan tekanan dan tuntutan ekonomi yang harus dipenuhi, emosi mudah terpantik. Cek cok dan adu mulut yang terjadi bukan tidak mungkin menyulut tindak kekerasan. Apalagi dalam relasi keluarga yang sebelumnya memang sudah akrab dengan bentuk-bentuk kekerasan.

Sebelum Covid-19 melanda, kekerasan itu mungkin sedikit terjeda oleh mobilitas pelaku dan korban saat bekerja. Sementara selama mereka harus stay at home dan bertahan di ruang yang sama dalam waktu lama, tentu ini bukan kondisi baik untuk mereka. Datalah yang kemudian bicara, bahwa LBH APIK mencatat kenaikan 30% angka KDRT selama pandemi (April 2020). Hal yang sama KPPPA, hingga 22 Mei 2020 juga melaporkan adanya 227 kasus KDRT.  

Batas Tak Kasat Mata Alih-alih kembali pada fungsi keluarga sebagai tempat belajar dan bersemainya kasih sayang, justru yang terjadi masing-masing berada dalam ruang bersama tapi terhalang oleh sekat-sekat transparan yang membuat mereka tidak bisa menyatu.

Sibuk dengan aktifitas WfH dan belajar dari rumah yang justru menguras energi dan stamina. Itu yang kemudian disebut sebagai kematian fungsi keluarga.  Atau dalam kondisi yang lebih buruk banyak orang-orang terjebak dalam lingkar kekerasan rumah tangga yang tak terbendung. Kekerasan itu makin mengemuka saat banyak orang mengelu-elukan bahwa Covid-19 mampu mengembalikan fungsi keluarga untuk menyatukan setiap anggotanya kembali berada di rumah.   

Ya, di sini penulis harus mengamini apa yang disampaikan Ibu Alissa Wahid dalam sebuah webinar tentang mengelola emosi. Bahwa pandemi Covid-19 sesungguhnya adalah masa panen. Jika selama ini pondasi dan pilar keluarga tertanam dan terpancang dengan kokoh, maka hari ini keluarga dapat mamanen buah dari ketahanan keluarga.

Mengafirmasi bahwa Covid-19 telah mengembalikan fungsi keluarga, menyatukan setiap anggotanya untuk menikmati indahnya rumahku adalah surgaku. Namun, di saat yang bersamaan, jika pondasi dan pilar keluarga lemah atau bahkan telah retak, maka pandemi bukan saja menjadi medan pertempuran melawan virus tapi juga badai ujian terhadap ketahanan keluarga. Kematian fungsi keluarga tak dapat dihindari lagi. []

*) Artikel yang sama bisa dilihat di https://ibtimes.id/the-death-of-the-family-kematian-fungsi-keluarga-di-masa-covid-19/?fbclid=IwAR2xuxeLeafzH_dyoOh4T_m_hCSG5iEwwTNQ4IFpezC5LMJFrq7DfDd3ELY

Mufliha Wijayati

Mufliha Wijayati

Alumni Workshop Penulisan Artikel Populär Mubadalah 2017, Penyuka kopi dan Pemerhati isu gender dari IAIN Metro

Terkait Posts

Baiti Jannati

Menjawab Problem Ekologi Melalui Konsep Baiti Jannati

5 Februari 2023
Kehidupan Rumah Tangga

Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

4 Februari 2023
Peran Ayah bagi Anak Perempuan

Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

2 Februari 2023
Kesehatan Calon Pasangan

Pentingnya Mengetahui Kesehatan Calon Pasangan Sebelum Menikah

31 Januari 2023
Makanan Penambah Darah

Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia

26 Januari 2023
Toxic Parents

Toxic Parents dan Akibatnya pada Pengasuhan Anak

26 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Pemikiran Keislaman di Malaysia dan Indonesia pada 6 Tips Berdakwah Ala Nyai Awanilah Amva
  • Menghidupkan Kembali Sikap Saling Melindungi pada Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan
  • Harapan Lama kepada Menteri PPPA Baru - Mubadalah pada Budaya Patriarki Picu Perempuan Jadi Mayoritas Korban Kekerasan Seksual
  • Menjadi Perempuan Pembaru, Teguhkan Tauhid dalam Kehidupan pada Bagaimana Hukum Menggunakan Pakaian Hingga di Bawah Mata Kaki?
  • Wafatnya Mbah Moen Juga Dirasakan Semua Umat Beragama - Mubadalah pada Fahmina Institute Terapkan Prinsip Mubadalah dalam Organisasi
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist