• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Memahami Makna Kalimat Istirja Ala Kiai Faqihuddin Abdul Kodir

Karena semua makhluk yang hidup di dunia akan bertemu kembali dengan penciptanya, maka sudah sepatutnya laki-laki maupun perempuan saling berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, dan menjauhi keburukan

Tasnim Qiy Tasnim Qiy
03/11/2024
in Publik
0
Faqihuddin Abdul Kodir

Faqihuddin Abdul Kodir

492
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada bulan Agustus 2024. Saya berkesempatan untuk mengikuti acara ziarah sekaligus sowan-sowan bersama para jamaah alumni Pondok Pesantren Al-Hidayat Salaman Magelang. Setelah ziarah ke makan Sunan Gunung Jati di Cirebon dilanjut sowan ke kediaman Kiai Faqihuddin Abdul Kodir yang merupakan founder Mubadalah.id.

Saat kami tiba di kediaman Kiai Faqihuddin Abdul Kodir, kami disambut sangat hangat oleh keluarganya. Kami disuguhi makanan khas Cirebon yaitu Nasi Jamblang, dengan berbagai lauk dan nasi yang dibungkus dengan daun jati.

Setelah itu kami menyampaikan maksud kedatangan kepada keluarga Kiai Faqih. Kiai Faqih memberikan feedback yang sangat baik dan memberikan banyak pengetahuan baru pada kami. Terutama soal makna istirja.

Hakikat Lafadz Istirja

Selama ini aku kira kata انالله وانا اليه را جعون hanya boleh kita ucapkan ketika mendapat musibah atau mendengar orang yang meninggal saja. Padahal menurut penjelasakan Kiai Faqih, kalimat ini ternyata dapat kita ucapkan kapanpun.

Sebab, makna atau arti dari lafadz انالله وانا اليه را جعون itu ialah “sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali”. Itu artinya sebagai manusia, kita dianjurkan untuk selalu ikhlas dan tawakal kepada Allah. Dengan kesadaran ini, kita tidak boleh merasa sombong apalagi sampai merendahkan manusia lain.

Baca Juga:

Akademi Mubadalah 2025: Transformasi KUPI untuk Disabilitas

Jangan Memanjakan Penyandang Disabilitas!

Inspirasi dari Kisah Isra Mikraj

Mengkongkritkan Akhlak Mubadalah Secara Preventif, Aktif, dan Rehabilitatif

Sebab, harta, kesuksesan atau kebahagiaan yang kita punya semuanya mutlak milik Allah. Kita hanya boleh mensyukurinya, sambil terus memperbaiki diri supaya bisa terus beribadah pada Allah.

Mendengar penjelasan ini, aku jadi berefleksi bahwa sesungguhnya nilai yang ada di dalam kalimat istirja ini ternyata sangat luas dan istimewa. Aku merasa diingatkan untuk selalu rendah hati dan tidak mudah melecehkan orang lain, siapapun. Baik laki-laki mapun perempuna, orang muslim atau pun bukan.

Sebab kita semua ialah milik Allah dan akan kembali padanya. Kalimat ini juga mengingatkan aku untuk selalu memandang orang lain sebagai manusia yang utuh, hamba Allah yang sama-sama ditugaskan untuk selalu berbuat baik.

Makna Ikhlas dan Tawakal

Lebih lanjut dari itu, Kiai Faqih juga menjelaskan bahwa setiap kita harus punya sikap ikhlas dan tawakal. Yaitu sikap menerima dengan tulus, lapang dan senang setiap hal yang telah Allah beri.

Sikap ini menurutku penting, apalagi di zaman yang sudah serba digital ini. Sebagai anak muda, aku sering banget merasa terganggu, bahkan sampai insecure ketika melihat pencapaian-pencapain teman-teman di media sosial.

Sehingga ketika bercermin, tidak jarang kita berkomentar jahat sama diri kita sendiri. Misalnya “wajah aku kok glowing ya”, “kulitnya item dan kurang mulus” “pantes aja jomblo, wajah aku jelek dan enggak menarik”.
Komentar-komentar semacam ini adalah salah satu cerminan bahwa kita belum punya sikap ikhlas dan tawakal.

Sehingga hidup kita selalu merasa kurang dan nelangsa. Merasa paling menyedihkan dan tidak bahagia.
Kalau sudah begitu, kata Kiai Faqih kita harus mulai belajar untuk ikhlas dan tawakal pada semua hal yang Allah beri pada kita. Sehingga kita enggak perlu repot-repot membuang waktu untuk mengomentari tubuh kita sendiri.

Arti kata “KepadaNya-lah kami kembali”

Untuk melengkapi pertemuan kami, Kiai Faqih juga menyampaikan bahwa arti “Kepada-Nya lah kami kembali”, dapat dipahami bahwa kita harus senantiasa berbuat baik pada semua makhluk yang ada di muka bumi ini.

Karena semua makhluk yang hidup di dunia akan bertemu kembali dengan penciptanya, maka sudah sepatutnya laki-laki maupun perempuan saling berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan, dan menjauhi keburukan. []

Tags: Dr. Faqihuddin Abdul KodirIstirjaKalimatmemahami
Tasnim Qiy

Tasnim Qiy

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version