• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Membaca Pola Hidup Sakinah Pada Keluarga Childfree

Komunitas yang sifatnya tertutup ini, memang melahirkan beragam orang yang mempunyai tujuan berbeda-beda dalam memaknai atau memutuskan untuk childfree.

Nisrina Khairunnisa Nisrina Khairunnisa
16/06/2023
in Pernak-pernik
0
Keluarga Childfree

Keluarga Childfree

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Siapa bilang seseorang yang memutuskan childfree tidak memiliki rasa ingin menikah? Siapa bilang pasangan yang memilih childfree tidak dapat mewujudkan keluarga sakinah?

Mubadalah.id – Mungkin dua pertanyaan di atas menjadi dasar pijakan tulisan ini untuk menelusuri beragam kehidupan seseorang atau pasangan yang memutuskan menjadi keluarga childfree. Sebelumnya, tulisan ini merupakan hasil dari penelitian yang penulis persembahkan sebagai tugas akhir atau skripsi. Semoga bermanfaat.

Pada 29 Mei 2021, terbentuklah sebuah komunitas childfree di Facebook yang saat itu baru beranggotakan puluhan orang. Semakin ramai fenomena childfree, komunitas ini dibanjiri para anggota lainnya hingga mencapai 310 orang, dan tidak menutup kemungkinan tiap harinya akan terus bertambah.

Namun jangan salah, dari 310 orang tadi, tidak bisa kita pukul rata bahwa mereka benar-benar  keluarga childfree. Ada beberapa yang memang aktif dan mendukung childfree dengan ikut berpartisipasi memberikan argumentasi dan uneg-uneg nya,.

Adapula yang hanya ingin kepo saja atau bahkan tidak suka dengan konsep childfree. Lalu ribut sendiri di dalam grup dan sisanya merupakan seorang mahasiswa yang akan melakukan penelitian terkait isu tersebut, salah satunya saya.

Komunitas yang sifatnya tertutup ini, memang melahirkan beragam orang yang mempunyai tujuan berbeda-beda dalam memaknai atau memutuskan untuk childfree. Berdasarkan penelitian saya dalam komunitas tersebut, alasan yang paling sering muncul ialah soal psikologis.

Baca Juga:

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Alasan Memilih Childfree

Di urutan kedua yaitu alasan pribadi, artinya alasan ini memang sangat individual dan tabu bagi orang lain untuk memasukinya. Kemudian terdapat alasan filosofis, yang artinya seseorang itu mempunyai prinsip hidup, dan menyadari apa tujuan hidup sehingga mengantarkan pada kebahagiaan hidup.

Alasan yang keempat yaitu lingkungan. Alasan ini biasanya mereka pakai bagi yang betul-betul paham tentang isu lingkungan dan bumi. Biasanya muncul dari golongan aktivis, akademisi, pekerja profesional dan beberapa orang yang tergabung dalam komunitas lingkungan.

Dan yang terakhir yaitu alasan finansial. Jika kita amati, banyak masyarakat yang mengira, bahwa mereka yang memilih childfree ialah mereka yang bermasalah dengan finansialnya. Itu salah besar. Dari penelitian saya ini, justru mereka yang sungguh-sungguh memutuskan childfree ialah yang mempunyai finansial matang dan memanfaatkan kelebihan finansial tersebut untuk hari tuanya kelak.

Kembali pada dasar pijakan tulisan ini, tidak semua yang memutuskan childfree akan hidup melajang. Banyak kok di komunitas childfree yang berbondong-bondong mencari jodoh dalam forum tersebut. Tentunya yang sama-sama mempunyai prinsip childfree.

Kemudian, tidak semua yang sudah menikah lalu memutuskan untuk tidak memiliki keturunan akan merasakan kekosongan hidup. Banyak juga dari mereka yang hidupnya sakinah karena memang sudah mantap bahwa tujuan mereka menikah untuk hal lain bukan untuk memiliki anak. Dan mereka bahagia ketika tujuannya terwujud bersama pasangannya.

Menerapkan Konsep Mubadalah

Namun, dalam penelitian saya, ada juga pasangan keluarga childfree yang berakhir kandas. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya, seperti mertua yang menginginkan cucu. Kemudian salah satu dari pasangan ini mengingkari komitmen yang sedari awal sudah dibangun sehingga timbul pertikaian rumah tangga.

Saya kagum terhadap beberapa informan yang saya ambil dalam komunitas tersebut. Ternyata banyak dari mereka yang secara tidak sadar telah menerapkan konsep mubadalah dalam mewujudkan keluarga yang sakinah. Dan tentunya informan yang saya ambil ini berangkat dari beragam agama.

Contohnya seperti Informan YS, ia memang belum menikah namun prinsipnya sangat kuat untuk menjadi seorang childfree. Sehingga ketika ia sudah siap dan memutuskan untuk menikah, ia telah mempersiapkan berbagai aturan bersama pasangannya untuk menjaga komitmen tersebut.

Di antaranya membuat nota kesepakatan atau hitam di atas putih sebagai perjanjian tertulis apabila salah satu di antara mereka ada yang mengingkari komitmen tersebut maka mau tidak mau harus mengakhiri hubungan. Hal ini tentu sejalan dengan prinsip mubadalah yaitu saling berembug (musyawarah).

Selanjutnya, Informan LM. Suami LM sangat menghargai keputusan LM yang tidak ingin mempunyai anak, karena LM yang mempunyai trust issue seperti daddy issues (kehilangan peran ayah) dan tidak adanya kesiapan pada tubuhnya untuk melahirkan seorang manusia.

Namun terkadang, suami LM menawarkan pilihan lain, apabila mempunyai anak namun tidak dari rahim LM apakah diperbolehkan? Akhirnya LM menyetujui usulan tersebut namun dengan syarat, LM sudah siap secara mental. Karena bagaimanapun juga, LM masih begitu peduli dengan masa depan anak-anak yang tidak mempunyai orang tua.

Mewujudkan Keluarga Sakinah

Dari pernyataan di atas, apa yang telah LM lakukan bersama suami juga telah menerapkan sebagian dari prinsip mubadalah. Yaitu saling komunikasi atau bergaul dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf).

Kedua informan di atas cukup membuktikan, bahwa untuk mewujudkan keluarga yang sakinah tidak cukup bermodalkan cinta saja, namun dengan menumbuhkan iman diantara pasangan suami istri juga diutamakan.

Salah satunya dengan melestarikan prinsip mubadalah, yaitu prinsip saling berpasangan (zawaj), saling adil (mu’adalah), saling seimbang (muwazanah), saling membantu (mu’awanah), saling berembug (musyawarah), saling rela (taradhin min huma) dan saling komunikasi atau bergaul dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf).

Selain itu, prinsip mubadalah juga tidak hanya dipakai oleh kalangan umat muslim saja, melainkan seluruh umat beragama juga dapat menerapkan prinsip tersebut. []

Tags: anakbumiChildfreekeluargamanusiamedia sosialorang tuapenelitianSemesta
Nisrina Khairunnisa

Nisrina Khairunnisa

Nisrina Khairunnisa, S1 Hukum UIN Walisongo Semarang yang kini beraktivitas sebagai Pegawai Pengadilan Tinggi Agama Semarang. Karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak dan online. Founder sasakhair_makeup. Informasi lebih lanjut melalui Instagram @sasakhair.

Terkait Posts

Ayat sebagai

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

12 Juli 2025
Hak Perempuan

Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan

12 Juli 2025
Setara

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

12 Juli 2025
Gender

Islam dan Persoalan Gender

11 Juli 2025
Tauhid

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

11 Juli 2025
Tauhid dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID