• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menjadi Suami Saleh

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
20/02/2018
in Kolom
0
11
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – ‘istilah salehah’ sudah bukan barang asing lagi di telinga kita. Siapapun perempuan yang sudah halal menikah, pasti mendambakan predikat istri salehah. Apalagi suaminya. Meskipun memang masih sering terjadi kekeliruan pemahaman tentang apa makna istri salehah itu. Sebab pemahaman yang biasa ada itu bahwa istri salehah adalah istri yang penurut, istri yang hanya diam di rumah, istri yang selalu diam ketika dimarahi suaminya dan seterusnya. Menjadi suami saleh adalah serangkain ikhtiar dan doa untuk hidup dalam konsep kesalingan. Saling melengkapi, saling menghargai dan saling menjaga antara suami dan istri. Suami kepada istri ataupun sebaliknya.

Melihat pemahaman kurang elegan itu, kita perlu memperbaharui makna istri salehah. Istri salehah sepenuhnya adalah perempuan biasa, sebagaimana laki-laki yang punya kelebihan dan kekurangan. Istri yang sama kedudukannya sebagaimana suami. Perempuan yang dianugerahi potensi akal pikiran dan hati nurani. Punya hak dan kewiban yang sama untuk saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan.

Dalam perspektif kesalingan, istri salehah itu setara dengan suami saleh. Kalau istri berupaya menjadi istri salehah, maka suami juga harus berusaha menjadi suami saleh. Lalu apa sesungguhnya suami saleh? Suami saleh tidak jauh seperti istri salehah. Suami pada dasarnya laki-laki biasa yang dituntun untuk bisa menjadi manusia seutuhnya, laki-laki yang baik, kepada siapapun, terutama kepada istrinya.

Menjadi suami saleh adalah serangkain ikhtiar dan doa untuk hidup dalam konsep kesalingan. Saling melengkapi, saling menghargai dan saling menjaga antara suami dan istri. Suami kepada istri ataupun sebaliknya. Suami saleh juga bukan hanya suami yang merasa cukup hanya dengan mencari nafkah. Bukan suami yang maunya hanya dilayani. Suami saleh adalah suami yang ikut berbagi peran dengan istrinya.

Dengan pemahaman komprehensif seperti itu, insya Allah perilaku kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, poligami dan perceraian akan bisa diminimalisir dan akan sulit terjadi. Kelak akan tumbuh berkembang suami-suami yang ramah terhadap istrinya. Mereka, para suami yang betul-betul memahami jerih payah istri sepanjang ia hamil dan melahirkan. Masalah demi masalah pasti ada, hanya saja suami akan bisa terlihat lebih dewasa menyikapinya.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

Kalau perspektif para suami sesaleh itu, diharapkan tidak adalah lagi ada suami yang melarang istrinya bekerja atau berkarier. Suami yang hanya mau menang sendiri. Apapun yang terjadi dalam rumah tangga akan dihadapi bersama, tidak saling menyalahkan, melainkan saling memaklumi, saling menenangkan dan saling mencari solusi.

Memang tidak mudah menjadi suami saleh. Betul bahwa perkataan itu tidak semudah perbuatan. Hanya saja kita tidak boleh gelap mata sehingga keras kepala dan tidak mau memperbaiki kualitas diri dan rumah tangga. Kitapun mesti waspada kepada orang-orang yang justru meremehkan nasihat baik, merasa paling bisa, merasa dewasa. Nasihat dan teori itu sepanjang logis dan baik, sesulit apapun kelihatannya, harus kita ikhtiarkan. Jangan malah menyalahkan.

Akhirnya, sebagai saudara sebangsa dan seagama, sudah menjadi kewajiban bahkan kebutuhan kita untuk saling mengingatkan agar kita tidak lengah atau sampai terjerumus pada lubang kezaliman dalam rumah tangga. Istri dan suami tidak boleh cepat merasa puas dan berada dalam zona nyaman. Lihat nasihat baiknya, jangan lihat siapa yang mengatakan nasihatnya. Semoga kita, khususnya para laki-laki dan suami bisa pantas menjadi suami yang saleh.[]

Tags: keluargaKesalinganKesetaraanMubadalahPerempuan salehsuamisuami juga harus saleh
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID