Mubadalah.id – Semua manusia menghendaki kesempurnaan, meski sebenarnya dalam nuraninya ia sadar bahwa ia sendiri tak sempurna. Dan tak ada makhluk di muka bumi yang tercipta sempurna. Ketidaksempurnaan kerapkali menjadi alasan untuk ‘tidak terpilih’. Tak hanya pada manusia, pola pikir demikian ternyata juga terjadi pada sampah pangan sayur dan buah. Sayur dan buah yang tidak sempurna ini biasa disebut “imperfect product”.
Imperfect product adalah produk sayur dan buah yang tidak lolos quality control atau spesifikasi suatu toko karena memiliki cacat di bagian luar atau ketidaksempurnaan bentuk. Wajar sebenarnya jika kita sebagai pembeli maupun sebagai penjual dan pemilik toko menginginkan produk yang sempuna bentuknya karena khawatir akan kualitas di dalamnya.
Namun ternyata, imperfect product sayur dan buah memiliki kandungan gizi yang tak berbeda dengan ‘perfect product’. Mengasingkan buah dan sayur hanya karena tampilan yang tidak sempurna dapat berujung pada perilaku membuang-buang bahan pangan, dan penumpukan sampah pangan yang berakibat pada pencemaran dan permasalahan lingkungan yang cukup serius.
Sebuah social experiment Komunitas Surplus lakukan di acara Car Free Day (CFD) di Jakarta 23 Februari 2020 lalu untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai imperfect produce dan penyampaian kampanye untuk tidak ragu memilih produk demikian.
Imperfect Product Masih Layak Konsumsi
Hasil dari social experiment menunjukkan bahwa lebih dari 70% partisipan akhirnya memilih apel yang tidak sempurna. Karena memiliki rasa yang lebih manis dan tekstur yang lebih lembut. Imperfect product buah dan sayur kerapkali dijual dengan harga lebih murah bukan berarti produk tersebut memiliki kualitas gizi yang lebih rendah. Imperfect produce sangat layak untuk kita konsumsi, memiliki nilai nutrisi, gizi, serta rasa yang sama dengan produk yang dianggap sempurna.
Rachel Beller seorang nutrisionis di Los Angeles AS, pendiri Beller Nutritional Institute, menyebutkan bahwa tampilan fisik yang sedikit layu dan tak sempurna dari buah dan sayur tidaklah masalah. Selama buah dan sayur tersebut masih terlihat segar, tidak busuk atau basi. Ia pun menjamin bahwa buah dan sayur yang terlihat tidak sempurna tersebut masih memiliki kandungan gizi yang sama seperti makanan sejenis.
Adanya buah dan sayur yang tidak sempurna tersebut sebenarnya adalah hal yang wajar. Karena merupakan keberagaman yang dihasilkan oleh alam. Hasil panen suatu produk akan berbeda setiap musimnya dan mengikuti cuaca. Pada saat cuaca bagus, hasil panen cenderung berukuran besar dan warnanya terlihat segar.
Namun, jika cuaca kurang baik, terkadang menjadikan hasil panen berukuran kecil dan memiliki tekstur yang berbeda. Buah yang termasuk kategori imperfect product bisa kita olah menjadi jus, selai, maupun berbagai olahan lainnya. Demikian pula sayur dalam kategori imperfect product juga dapat kita olah sebagaimana cara mengolah sayuran serupa.
Sampah Pangan Sumbang Polusi Iklim Global
Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa sayur dan buah tersebut sudah tercuci dengan bersih sebelum kita makan maupun terolah. Bila ada sebagian kecil dari buah atau sayur yang terlihat terlalu matang atau rusak, bagian tersebut dapat kita potong dan buang untuk kita konsumsi sisanya.
Konsumsi buah dan sayur merupakan kebutuhan harian. Maka kebiasaan membuang buah dan sayur hanya karena tampilannya hanya akan menjauhkan diri dari makanan sehat. Sebuah data menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga makanan yang ada di dunia terbuang sia-sia menjadi sampah pangan hanya karena tampilannya.
Padahal jika kita manfaatkan sebagaimana mestinya, jumlah tersebut dapat memberi makan miliaran orang yang kelaparan di dunia. Selain itu, kebiasaan tersebut juga termasuk perilaku buruk yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Sampah pangan turut menyumbang sekitar 8% dari polusi iklim global.
Makanan yang membusuk di tempat sampah dapat menimbulkan pencemaran air dan udara, dan menjadi sarang penyakit. Terlebih di Indonesia dengan angka kelaparan yang terbilang masih cukup tinggi, tindakan membuang makanan hanya karena tampilan terasa begitu ironi.
Ada beberapa tindakan untuk menyiasati agar produk yang kita beli terhindar dari imperfect product. Yakni anjuran berbelanja buah atau sayur secara lokal dan sesuai musimnya agar mendapatkan kualitas produk terbaik yang alam sediakan. Setelah mengetahui fakta bahwa imperfect product sayur dan buah layak kita konsumsi, masihkah tidak mau memanfaatkannya dan sekedar membuangnya sia-sia? []