• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Responsive Feeding: Rekomendasi WHO untuk Ketahanan Pangan Sejak Masa MPASI

Responsive Feeding artinya orang tua memberikan MPASI pada anak secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
31/03/2022
in Keluarga
0
Responsive Feeding: Rekomendasi WHO untuk Ketahanan Pangan Sejak Masa MPASI - Spider-Man No Way Home

Responsive Feeding: Rekomendasi WHO untuk Ketahanan Pangan Sejak Masa MPASI

69
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Artikel ini akan membahasa terntang responsive feeding, sebagai rekomendasi WHO untuk ketahanan pangan sejak masa MPASI. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin kebutuhan dasar setiap individu yang paling dasar yaitu berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, ketahanan pangan, keamanan pangan, ketersediaan pangan, manfaat, pemerataan, berkelanjutan, serta keadilan pangan.

Kondisi ketahanan pangan perorangan yang harus dipenuhi sejak manusia lahir adalah tersedianya pangan yang cukup jumlah dan mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, maupun budaya seseorang untuk dapat hidup secara sehat, aktif, dan produktif.

Salah satu cara ketahanan pangan yang dapat dilakukan sejak manusia lahir adalah memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan jika memungkinkan, yang kemudian 6 bulan selanjutnya adalah masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI).

Responsive Feeding untuk Menggantikan Baby Led Weaning (BLW)

Berdasarkan rekomendasi dari berbagai pakar kesehatan, tujuan pemberian MPASI pada bayi bukan hanya sekadar untuk memenuhi nutrisi melainkan juga untuk melatih keterampilan dan kemampuan makan.

Tidak sedikit orang tua yang memberikan metode Baby Led Weaning (BLW) sebagai alternatif ketika pemberian MPASI bayi dilatih makan sendiri tanpa disuapi berupa finger foods. Namun pada faktanya, menurut Dr. dr. Meta Hanindita, Sp.A.(K) melalui instagramnya, metode BLW tidak sesuai dengan perkembangan motorik dan oromotorik bayi karena dapat meningkatkan risiko underweight, stunting, dan anemia defisiensi besi.

Baca Juga:

Surat yang Kukirim pada Malam

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Hingga saat ini bahkan belum ada penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa metode BLW lebih baik jika dibandingkan dengan metode pemberian MPASI yang direkomendasikan oleh WHO dan IDAI yaitu tepat waktu (artinya MPASI diberikan ketika bayi berusia 6 bulan), adekuat (MPASI yang diberikan memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien anak), aman dan higienis (dari bahan dan alat yang digunakannya), serta diberikan secara responsif atau responsive feeding.

Responsive Feeding artinya orang tua memberikan MPASI pada anak secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak. Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan kesanggupan anak secara fisik untuk memulai MPASI seperti anak dapat duduk dengan leher tegak dan mengangkat kepalanya sendiri tanpa memerlukan bantuan.

Kedua, anak menunjukkan ketertarikan terhadap makanan dan yang terakhir anak menjadi lebih lapar atau menunjukkan gejala lapar seperti gelisah dan tidak tenang walau orang tuanya sudah memberikan ASI secara rutin.

Tata Cara MPASI dengan Metode Responsive Feeding

Berikut adalah tata cara pemberian MPASI berdasarkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dengan metode responsive feeding:

Pada masa awal pemberian MPASI yaitu ketika anak berusia 6 bulan, bayi masih dalam tahap adaptasi dan pengenalan dengan MPASI, sehingga orang tua harus sabar dan memberikan dorongan kepada bayi untuk makan dan tidak memaksa bayi untuk menghabiskan makanan.

Perlu diperhatikan juga pada masa ini anak perlu diberikan makanan yang dihaluskan sehingga menjadi bubur kental (puree) sebanyak 2-3 sendok makan sebagai awal pengenalan MPASI sebanyak 2 kali sehari.

Selanjutnya pada masa usia anak 6-9 bulan, pemberian MPASI dapat dilakukan dengan cara orang tua senantiasa bersabar dan selalu memberikan dorongan agar bayi mau makan namun dengan tanpa paksaan dan gunakan mangkuk tersendiri berukuran 250 ml untuk memastikan jumlah asupan bayi.

Di tahap ini, anak sudah diperkenankan diberikan MPASI dengan tekstur bubur kental (puree) atau makanan yang dilumatkan hingga halus (mashed) yang jumlahnya ditingkatkan dari 2-3 sendok menjadi 250 ml sebanyak 2-3 kali waktu makan yang mana orang tua juga perlu memberikan 1-2 kali selingan snack setiap harinya bisa berupa buah ataupun ASI.

Kemudian pada masa anak berusia 9-12 bulan, pemberian MPASI secara responsive feeding masih seperti usia anak 6-9 bulan namun tekstur makanan yang diberikan dapat ditingkatkan yaitu berupa makanan yang dicincang halus (minced), dicincang kasar (chopped), atau makanan yang dapat dipegang oleh anak (finger foods) dengan frekuensi pemberian MPASI sebanyak 3-4 kali dan 1-2 kali selingan setiap harinya.

Dari ulasan ini jelas bahwa IDAI dan WHO merekomendasikan finger food. Yaitu pemberian MPASI dengan melatih bayi makan sendiri tanpa disuapi berupa finger foods berada pada usia 9-12 bulan yang mana metode ini pun kelak akan bermanfaat untuk bayi ketika ia sudah memasuki masa pemberian MPASI dengan tekstur makanan yang sama seperti konsumsi makanan keluarga yang dapat dihaluskan atau dicincang seperlunya ketika ia berusia 12-24 bulan.

Demikian penjelasan tentang metode Responsive Feeding Rekomendasi WHO dan IDAI untuk Ketahanan Pangan Sejak Usia Dini. Semoga dapat bermanfaat dan menjadi tambahan informasi untuk para orang tua yang anak-anaknya sedang berada di masa MPASI. []

Tags: keluargaKetahanan PanganMPASIparenting
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID