Mubadalah.id- Ada serigala betina dalam diri setiap perempuan jadi buku yang sangat menarik perhatian saya. Buku bercover pink karya Ester Lianawati ini sebagai salah seorang psikolog. Ester membagikan beragam cerita dan juga mengenalkan kembali pada pembaca terkait psikologi feminis.
Sejarah Psikologi Feminis
Psikologi feminis muncul pada tahun 1970-an dan muncul karena ketidaksetaraan perempuan dalam masalah psikologi. Salah satu contohnya seperti teori perkembangan dari Erik Erikson yang hanya menggunakan sempel remaja laki-laki dalam penelitiannya.
Hal tersebut juga terjadi pada Bertha Pappenheim yang merupakan mantan pasien Josef Breuer. Dia menjadi kecanduan morfin ketika menjadi pasien. Sigmud Freud sebagai bapak psikologi dalam sejarahnya juga hanya menggunakan perempuan yang menderita neurotik sebagai sempel dalam penelitiannya.
Kisah tersebut mungkin hanya segelintir kisah tentang perempuan yang mendapat diskriminasi bahkan dalam penanganan penyakit psikologis atau penyakit lainnya. Dari hal ini, psikologi feminis muncul sebagai konstruksi baru terkait psikologi yang menciptakan ulang dan menjalin keterkaitan dengan prinsip dan praktik feminis.
Cerita lain yang di paparkan Ester juga kisah mengenai Charlotte Perkins Gilman, seorang ibu yang saat itu baru saja melahirkan. Dia bercerita terkait terapi yang dia lakukan setelah melahirkan. Ketika mengalami depresi pasca melahirkan Gilman mendapatkan saran dari dokternya untuk istirahat total, mengasingkan diri dan tidak melakukan pekerjaannya.
Setelah melakukan saran tersebut bukannya depresi yang hilang. Kondisinya menjadi semakin parah, ketika dia melihat walpaper dalam kamar yang bergerak dan memberontak. Akhirnya dia memutuskan merobek wallpaper tersebut. Dan ia jelaskan bahwa terapi yang Gilman lakukan adalah rest cure.
Terapi yang dilakukan berbeda
Terapi ini juga dapat dilakukan pada laki-laki tetapi dengan model yang berbeda yaitu west cure. Ketika melakukan terapi pada laki-laki yang mengalami depresi, mereka mendapat saran untuk melakukan kegiatan di luar rumah, seperti bersepeda, mendaki gunung atau berkemah. Perlakuan dari keduanya sangat berbeda, padahal keduanya sama-sama menderita depresi dan dengan penanganan dokter yang sama.
Melihat hal tersebut, baik perempuan maupun laki-laki membutuhkan pemahaman terkait psikologi feminis. Pemahaman psikologi feminis sebenarnya juga dapat kita pahami melalui konsep mubadalah sebagai metode interpretasi dalam sumber Islam yang menyetarakan subjek. Dan dalam hal ini mencakup hubungan atau relasi antar gender.
Buku ada serigala dalam diri perempuan jadi salah satu refrensi dalam memahami konsep psikologi feminis. Buku ini menyiratkan banyak hal terkait hubungan perempuan dan psikologi. Ketika membacanya penulis mengajak kita untuk menyelidiki diri, dan juga dapat menemukan kekuatan yang menanti.
Makna serigala yang diartikan
Walaupun frasa ‘serigala’ sering berkaitan dengan hal yang negatif. Tetapi Ester mengambarkan sebaliknya. Bahwa dalam buku ini menjelaskan serigala sebagai seorang yang tetap dalam koridor dan memiliki keberanian. Selain itu dapat memiliki intuisi yang tajam dan mudah dalam beradaptasi.
Buku ini juga menjelaskan bahwa ketika melakukan penyelidikan diri kita akan menemukan beragam permasalahan baru yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya. Hal ini bukanlah sebuah proses yang nyaman, tetapi haruslah kita lakukan untuk mengembangkan diri. Buku ada serigala dalam diri perempuan, dapat jadi teman berproses dan juga buku pengembangan diri.
Konsep mubadalah juga tersirat dalam buku ini, terdapat kesalingan dan juga hubungan yang positif antara gender yang dapat kita pahami. Melalui pemahaman diri dan juga psikologi feminis. Buku ini tidak hanya cocok dibaca untuk kaum perempuan, tetapi juga dapat dibaca oleh laki-laki. Karena permasalahan gender tidak hanya dialami oleh perempuan tetapi oleh laki-laki juga. []