• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bisakah Perempuan Menang di Hari Kemenangan?

Saya sama sekali tidak pernah meragukan perintah rukun Islam yang ke empat tersebut. Namun, ada beberapa hal yang menjanggal di benak saya yaitu sudahkah perempuan menikmati kemenangan di Hari Kemenangan?

Elfina Naibaho Elfina Naibaho
10/05/2021
in Personal
0
Perempuan

Perempuan

487
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semangat Idul Fitri tidak bisa dilepaskan dari semangat Ramadan (puasa). Antara Idul Fitri dan Ramadan adalah satu kesatuan. Perayaan Idul Fitri merupakan moment kemenangan batin setelah kita menjalankan puasa selama satu bulan penuh. Kita sama-sama tahu bahwa menjalankan bulan puasa bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus saja, melainkan ada nilai-nilai spiritual yang terkandung didalamnya.

Dulu saya pernah bertanya, untuk apa kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan? Sedangkan di luar sana banyak orang yang berpuasa di setiap harinya dikarenakan memang tidak ada makanan yang bisa dimakan. Lalu apa istimewanya? Dan juga jika puasa dilihat dari hubungan antara individu seseorang dengan sang pencipta mengapa kita tidak melakukan shalat saja? Mengapa harus menahan rasa lapar dan haus?

Saya bertanya demikian bukan tanpa sebab. Ada alasan dibalik pertanyaan saya tersebut, jujur saja saya sama sekali tidak pernah meragukan perintah rukun Islam yang ke empat tersebut. Namun, ada beberapa hal yang menjanggal di benak saya yaitu sudahkah perempuan menikmati kemenangan di Hari Kemenangan?

Dan sudahkah kita menjalankan puasa di bulan Ramadan dan menyambut Hari Kemenangan sesuai dengan fitrahnya? Atau jangan-jangan kita hanya sekedar menjalankannya saja, dan bahkan tetap saja menutup mata atas ketidakadilan yang menimpa perempuan.

Saya mengatakan ketidakadilan perempuan tersebut karena memang hal itu tetap terjadi, walaupun kita sedang berada di bulan suci. Bulan suci nyatanya tidak banyak membantu untuk bisa merubah mindset seseorang. Hal-hal dapat kita diperhatikan di kehidupan kita sehari-hari. Dan pada kesempatakan kali ini saya ingin berbagi sedikit kisah yang saya saksikan dan bahkan mengalaminya.

Baca Juga:

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Pertama, peran ganda yang dialami perempuan semakin meningkat di bulan penuh berkah ini. Bagaimana tidak, setelah melakukan kewajibannya di ranah publik setelah itu perempuan harus kembali ke ranah domestik dalam keadaan lapar dan haus. Jika perempuan tersebut memiliki keuangan cukup baik, maka tidak begitu sulit baginya untuk menjalani hal ini. Namun, bagaimana dengan perempuan yang bekerja sebagai buruh lepas, ART, petani, pedagang atau lainnya, bisa kita bayangkan betapa lelahnya mereka.

Kedua, kekerasan masih saja terjadi. Baik itu secara verbal maupun non verbal. Beberapa hari lalu saya mendapatkan kabar dari kampung sebelah ada seorang ayah yang memperkosa anak kandungnya sendiri. Saya sendiri tidak mendapatkan kabar lebih lanjut mengenai anak malang tersebut. Dan mengenai pelaku, beliau telah di laporkan kepada pihak berwajib.

Walaupun demikian, hal ini membuktikan bahwa sangat sulit mencari tempat yang aman bagi perempuan. Belum lagi, kekerasan di rumah tangga kerap terjadi, pukulan demi pukulan, makian demi makian tetap dilontarkan ke perempuan. Kita tahu bahwa berhubungan badan pada saat menjalankan puasa merupakan hal yang membatalkan puasa, namun bagaimana jika laki-laki atau suami menginginkannya? Sedangkan perempuan (istri) ingin menolak. Dikarenakan akan cukup sulit jika harus menggantinya di kemudiaan hari, belum lagi mengganti puasa pada saat menstruasi.

Pertanyaan ini pernah ditanyakan kakak sepupu saya kepada pendakwah, dan jawaban yang diberikan adalah kamu harus tetap melayani suami kamu walaupun kamu dalam keadaan lelah dan berpuasa. Saya cukup terkejut mendengarkan hal ini.

Ketiga, adanya Seksisme dalam bentuk pengekangan ekspresi gender. Seksisme adalah tindakan yang meremehkan kelompok gender tertentu. Bisa dibilang, proses masuknya nilai-nilai disini ada usaha yang bersifat hegemoni. Artinya, nilai-nilai yang dianggap berbeda dan tidak seksis cenderung dienyahkan.

Mengutip artikel Psychology Today, salah satu tanda seksisme terinternalisasi ini adalah paradigma kompetitif. Interaksi antar manusia dipandang sebagai hal yang sifatnya kompetitif, termasuk dalam hal gender. Akhirnya, sifat kompetitif ini menjadi standar keharusan yang mengatur hidup laki-laki dan perempuan. Orang-orang yang kalah dan tidak masuk standar moral masyarakat kemudian dijauhi dan dihujat yang bernada seksisme.

Sebagai contoh, perempuan diatas usia 25 tahun yang belum menikah akan tetap menjadi bahan gunjingan. Walaupun sudah menginjak tahun 2021 yang seharusnya secara pemikiran sudah mulai maju namun tetap saja kultur mempertanyakan kapan menikah adalah hal yang patut dipertahankan. Coba saja, ketika kita berniat untuk menjalin silahturahmi, apa yang kita dapat? Selain pertanyaan kapan menikah, ada juga pertanyaan kapan wisuda? Atau kapan punya anak? Dan tentu hal tersebut dibebankan kembali ke perempuan.

Keempat, ketika kita perempuan memilih style kita sendiri. Tentu, terlahir dan dibesarkan dilingkungan penganut agama Islam membuat kita mau tidak mau dituntut untuk mengenakan jilbab, namun apa jadi jika kita tidak memakainya? Perihal memakai jilbab dan tidak bagi saya secara pribadi itu urusan privat manusia. Namun, seakan-akan seksisme terinternalisasi ini menjadikan manusia berlagak sebagai Tuhan yang menghakimi tindak-tanduk manusia lainnya.

Padahal, Tuhan juga tidak melabeli dan menghakimi manusia sebegitu mudahnya. Memang ada syariat yang mengatur perihal jilbab, namun tafsirannya terkadang dijadikan sebagai bentuk hegemoni atas manusia lainnya. Maksudnya, jilbab yang awalnya digunakan sebagai hal yang fungsional kini berubah menjadi standar moral yang hanya menentukan baik dan buruknya perempuan.

Bukan berarti saya menyarankan tidak memakai jilbab ya, saya hanya tidak tahan dengan omongan-omongan yang menjatuhkan perempuan. Seharusnya, ekspresi gender tidak dibuat kaku dengan memasang standar ini itu. Perlunya pemahaman untuk membiarkan manusia berekspresi dengan kemauan personalnya harus diutamakan. Bukan dengan memasang standar yang membunuh ekspresi manusia lainnya.

Untuk itu, bulan suci ini bukan hanya moment tahunan saja. Puasa tidak hanya menahan rasa lapar dan haus saja melainkan harus mampu mengendalikan diri yang berupa pikiran dan juga hati. Jika kita mampu mengendalikan hal tersebut maka tidak ada lagi perempuan yang memijit kakinya sendiri, tidak ada lagi perempuan yang memiliki memar dipipi akibat kekerasan, akan ada rumah yang aman bagi setiap anak, adanya kebebasan bagi seorang perempuan dalam menjalankan hidupnya tanpa rasa takut, dan setiap orang bebas mengekspresikan dirinya.

Jika hal tersebut terjadi maka akan ada Hari Kemenangan bagi perempuan, jika tidak maka perempuan selamanya tidak akan menang di dalam rumahnya sendiri ataupun di lingkungannya. Maka untuk itu, mari kita kaji ulang bulan penuh berkah ini, agar kita mampu memahami makna bulan suci ini. Pesan terakhir saya sebagai penutup, perempuan pun berhak untuk tidak merasa khawatir, dan perempuan pun berhak untuk merasakan suka cita kemenangan di hari yang fitri tanpa ada yang mengontrol dirinya. []

Tags: GenderkeadilanKesetaraanperempuanpuasaRamadan 1442 H
Elfina Naibaho

Elfina Naibaho

Saya Elfina Naibaho, mahasiswa pertanian Universitas Jambi

Terkait Posts

Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31
  • Nilai Ekonomi dan Sosial dalam Ibadah Kurban
  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID