Mubadalah.id – Berbicara tentang hoax memanglah sangat meresahkan dan merugikan, karena dengan hoax bisa timbul sebuah kebencian dan perpecahan antar sesama. Banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman sekarang merupakan hasil rekayasa belaka, yang memang tujuannya tidak lain untuk memecah masyarakat. Disebutkan dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 53:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
Artinya: Dan katakankah kepada semua hamba-hambaKu (Allah) “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik, karena sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia”.
Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa semestinya seseorang itu harus berkata dengan baik dan benar. Jangan sampai menjadi kepribadian yang setiap perkataannya dapat memberikan sebuah permasalahan dan banyak menuai kontra. Dalam kehidupan sosial seseorang memanglah dituntun untuk selalu bertutur kata dengan baik dan benar.
Hoax memang bukan hanya ada di zaman yang serba teknologi ini, namun hoax sudah ada dari zaman Rasulullah Saw, dibuktikan dengan adanya berita-berita bahwa Rasulullah bukanlah seorang rasul melainkan orang gila, yang tujuannya untuk memprovokasi masyarakat pada saat itu, untuk tidak mengikuti ajaran Rasulullah Saw.
Bahkan hoax juga disinggung dalam al-Qur’an mengenai kabar yang tersebar dikalangan para sahabat tentang Sayyidah Aisyah yang diduga melakukan perbuatan tercela. Diceritakan dalam al-Qur’an surah an-Nur ayat 11-12:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (11) لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ (12).
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa kabar bohong itu dari golonganmu juga. Janganlah kira kabar bohong itu buruk bagimu bahkan itu baik bagimu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakan. Dan siapa yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran kabar bohong itu, maka baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar kabar bohong itu orang-orang mukmin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata “Ini adalah berita bohong yang jelas”.
Dampak hoax bisa dikatakan sangatlah membahayakan, karena melalui konten yang diragukan kebenarannya itu, ketika sampai kepada masyarakat serta diterima bisa menimbulkan opini berbeda, dan persepsi yang tidak benar pada suatu kelompok. Bahkan bisa memicu disintegrasi bangsa. Pembuat dan penyebar hoax bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja, namun terkadang hoax dipropagandakan oleh suatu kelompok untuk tujuan kebencian, provokasi dan hasutan. Motif pelaku hoax cukup beraneka macam, ada yang karena demi uang, kepentingan ideologi, agenda politik dan lain sebagainya.
Bagaimana supaya seseorang tidak termakan hoax? Kuncinya cuma satu yaitu perbanyaklah membaca. Karena dengan membaca seseorang tidak gampang tertipu dengan adanya berita-berita yang tersebar, mencari fakta atau data yang bisa menjadi penunjang kebenaran suatu berita, melakukan penggalian dari platform-platform media berita lainnya serta tidak mudah percaya terhadap sesuatu yang diliput oleh media maupun yang disebarkan orang lain.
Allah berfirman dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 36:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا.
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semuanya akan diminta pertanggung jawaban.”
Demikian penjelasan tentang pandangan al-Qur’an tentang hoax, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bissowab. []