Mubadalah.id – Sebelumnya, tulisan saya “Nurturing dan manfaatnya bagi Kesehatan Jiwa Bagian Pertama” telah mengulas tentang insiatif menanam sebagai terapi jiwa. Jika kita memiliki lahan kosong walau sedikit, kita bisa manfaatkan untuk menanam sayur-sayuran yang mudah ditanam seperti tomat, cabai, selada, terong, peppermint, kemangi dan pokcoy. Tetapi apabila rumah tidak memiliki halaman, kita bisa memanfaatkan balkon dan menanamnya dalam pot. Atau menggunakan media tanam hidroponik.
Jika lahan yang dimiliki cukup besar, kita bisa membuatnya menjadi kebun mini. Satu sisi untuk menanam sayur dan buah tabulampot, sisi yang lain untuk membuat apotek hidup. Temulawak, lengkuas, jeruk nipis, jahe, kunyit, sereh, sirih, pandan, bunga telang, rosella, merupakan beberapa jenis tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Tanaman yang kita tanam sendiri, bisa mendatangkan manfaat kepuasan batin, serta dapat kita jamin kualitasnya. Karena kita bisa menghimpun pupuk sendiri. Membuat pupuk kompos dengan memanfaatkan sisa makanan, sisa sayur dan buah, rumput, hingga kotoran hewan peliharaan. Sudah banyak tutorialnya di internet, kita bisa mencoba membuatnya. Cangkang telur, kulit bawang dan kulit pisang sangat bagus untuk pupuk tanaman hias, manfaatnya untuk menyuburkan.
Membuat Ruang Hijau Produktif dan Memanfaatkan Sampah
Selain menyuburkan tanaman, kita juga akhirnya dapat mengelola sisa makanan dan sayuran dengan baik. Hanya butuh sedikit kemauan untuk melakukannya. Akan semakin mudah jika kita terbiasa menghimpun sampah organik dan anorganik dalam dua tempat sampah yang berbeda. Sampah plastik dapat kita kumpulkan untuk dijual pada pengepul sampah plastik agar dapat di daur ulang, atau bisa kita antar ke bank sampah terdekat. Sementara yang organik bisa kita manfaatkan untuk membuat pupuk.
Hal yang sangat sepele, namun memberi dampak yang luar biasa, tidak hanya bagi kesehatan jiwa tapi juga untuk lingkungan. Meski barangkali kita tidak mampu mengikuti kampanye dan menjadi aktivis lingkungan karena berbagai alasan, dengan mengelola sampah di rumah sendiri, dan menanam tanaman.
Hal itu kita sudah termasuk ikut serta bergerak dan perduli terhadap lingkungan. Dan ikut serta mengamalkan tuntunan al-Qur’an agar kita tidak berbuat kerusakan di muka bumi, menjadi ‘penjaga’ yang jujur, dan menjadi khalifah yang amanah (al-A’raf:56, al-Baqarah:205, al-Rum: 41).
Bayangkan jika semua perempuan dan laki-laki, baik yang berstatus sebagai anak, orang tua, suami, istri, semua bersatu menerapkan pola hidup sehat dengan memilah sampah saja, pasti dampaknya luar biasa. Jangan menyerah untuk terus mengedukasi dan memberi masukan pada anggota keluarga lain untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak mencampur sampah makanan dengan sampah plastik, dan menerapkan hidup minimalis mulai dari mengatur isi lemari pakaian hingga berhemat dalam menggunakan air, listrik dan gedget.
Kita dapat ikut serta menghemat energi dan meminimalisir dampak kerusakan akibat limbah fashion yang sulit di daur ulang. Mengajak tetangga untuk bercocok tanam meski dalam pot-pot kecil juga merupakan upaya kecil yang memberi dampak signifikan.
Menanam dan Kesehatan Psikis
Kondisi di kantor yang penuh tekanan dan kadangkala juga penuh intrik dan persaingan, kemacetan di jalan raya, belum lagi segudang masalah yang ada di dalam rumah saat seseorang pulang kerja. Semua harus dihadapi. Tekanan pekerjaan, tekanan keluarga, dan tekanan sosial. Hidup memang kadang terasa hanya berisi tekanan yang bertubi. Siapapun rawan terkena stress dan depresi.
Gangguan suasana hati ringan sudah hampir pasti akan dihadapi siapapun setiap harinya. Terlebih saat ini sudah ada media sosial. Mau tidak mau pasti terjadi interaksi di media sosial yang pada akhirnya juga berdampak pada kondisi mental. Tidak semua postingan di media sosial sesuai dengan yang kita inginkan dan butuhkan, kadang, malah membuat kondisi di dunia nyata yang sudah pelik, menjadi tambah runyam. Kita bermaksud mencari hiburan di ponsel, namun malah membuat pikiran bertambah kacau.
Terhadap hal-hal yang berada di luar kendali, kita harus lekas berdamai. Jika tidak bisa menyelesaikannya dalam satu hari, kita bisa meredamnya, dan memberi waktu pada pikiran dan hati untuk menimbang dan melakukan dialog agar tercapai keputusan yang paling baik dan bijaksana dalam menghadapi serentetan masalah hidup. Hindari mengambil keputusan dalam keadaan marah, karena hasilnya tidak akan baik. Ambil nafas, dan biarkan tubuh dan jiwa istirahat.
Pentingnya Me Time bagi Jiwa
Me time. Waktu untuk diri sendiri menjadi penting. Membuat jeda di antara hiruk-pikuk segala aktivitas kehidupan. Menyempatkan waktu minimal satu jam setiap hari untuk meregangkan tubuh dan pikiran dengan melakukan aktivitas yang disenangi, yang berguna bagi kesehatan jiwa.
Nurturing adalah tentang merawat dan menjaga. Bersentuhan langsung dengan tanaman dan hewan, dapat membantu seseorang mengembalikan mood, berelaksasi dan melepaskan beban yang selama ini dipikul akibat stress pekerjaan ataupun aktivitas lain yang padat dan menekan.
Kita dapat melakukan terapi sederhana selama beberapa menit. Meletakkan gedget. Mengambil air, lalu menyiram dan fokus pada tanaman. Memperhatikan dan melihat perkembangannya. Warna hijau adalah warna yang identik dengan alam. Kita sudah terbiasa mengasosiasikan warna hijau dengan warna alam. Gunung, pepohonan, tempat yang sejuk, asri dan tenang.
Menatap tanaman yang kita miliki membantu membangkitkan rasa lega dan tenang dalam dada. Melihat tanaman tumbuh dan menjadi bagian dari pertumbuhannya, membantu kita melepaskan hormon endorfin yang membuat kita menjadi lebih damai dan bahagia.
Terdengar sepele, namun bagi siapapun yang sedang memiliki stress, gangguan suasana hati, hingga kekosongan jiwa dan rasa kesepian, ini sangat membantu. Sesekali, cobalah salah satunya. Aktivitas lain selain merawat tanaman juga bisa menjadi alternatif. Membaca buku dengan menyalakan lilin aromaterapi.
Menikmati cokelat panas sembari menonton. Atau bermain alat musik sembari menghayati isi syair lagu. Merupakan contoh mengisi me time yang berkualitas. Tidak harus me time di tempat-tempat elit dan menghabiskan banyak uang. Kita bisa melakukannya setiap hari dengan biaya yang murah dan ramah, namun memiliki dampak besar. []