• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Membaca Makna Bismillah Ala Pesantren

Saat hendak beraktivitas kita sertai niat murni ingin menuju Allah dengan mengucap “Bismillaah”, dalam artian meniadakan segala hal kecuali Allah, kita akan berdiri di antara dua jalan, yakni Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim

Shella Carissa Shella Carissa
08/06/2023
in Hikmah
0
Makna Bismillah

Makna Bismillah

2.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Bismillaahirrahmaanirrahiim. Dalam dunia pesantren, makna Bismillah kita rinci dengan sangat jelas tentang tingkat antara Ar-rahmaan dan Ar-Rahiim. Ar-rahmaan yang berarti: “Dzat kang welas asih ing dalem dunia maring wong mukmin lan wong kafir.”

Mengglobalkan kasih sayang Tuhan bahwa di dunia, Tuhan menyayangi semua umat manusia tanpa memandang suku, bangsa, ras dan agama. Semua makhluk sama rata mendapat rezeki dan anugrah kehidupan dari Allah Swt.

Sementara Ar-Rahiim lebih mengkhususkan hanya kepada orang-orang yang beriman saja, “Dzat kang welas asih ing dalem akhirat maring wong mukmin belaka”. Tingkatan ini berarti bahwa sebelum kita menjadi mukmin yang kelak di kasihi Allah di akhirat, hendaknya kita menjadi muslim yang menyayangi sesama manusia dulu di dunia, tanpa memandang perbedaan sedikitpun.

Bersikap saling menyayangi manusia lain berarti kita telah mengimplementasikan makna Ar-Rahman. Di mana ini merupakan makna hakikat yang telah dianalogikan untuk manusia. Sementara Ar-Rahiim merupakan makna analogis yang terkait dengan rahmat Tuhan.

Karena itu, sebagai manusia kita seharusnya bersikap saling menyayangi manusia lain sehingga kita tidak boleh berbuat aniaya dengan mendiskriminasi, menindas, menyakiti, hingga merampas hak hidup manusia lainnya.

Baca Juga:

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Praktik Mubadalah dalam Kegiatan Mahasantri di Tashfiyatul Qulub

Sampai Kapan Kekerasan Seksual Terus Terjadi di Ruang Pendidikan?

Kemanusiaan sebelum ke-ber-agama-an

Pada satu kesempatan, Kiai Mumu Muhyiddin menafsir bismillah dengan; “Tolok ukur keberagaman manusia dilihat dari seberapa dia berperikemanusiaan. Sebelum beragama hendaknya dia menjadi manusia. Sebelum membangun surga akhirat bangunlah dulu surga dunia. Karena ketika sudah menciptakan surga dunia maka balasannya surga akhirat.”

Dalam hal ini beliau ingin mengantarkan maksud bahwa sebelum kita mencapai Ar-Rahiim, kita haruslah bersikap Ar-Rahmaan terlebih dahulu. Oleh karenanya, segala sikap radikal, saling menyerang sesama manusia, dan merampas kehidupan orang lain dengan berbuat dzhalim bukanlah sifat Ar-Rahmaan. Sehingga kita akan menyangsikan balasan Ar-Rahiim kita di akhirat. Sebaliknya, ketika sudah bersikap Ar-Rahmaan antar sesama manusia, kita akan mencecap ganjaran Ar-Rahiimnya Allah di akhirat kelak.

Maka, saat hendak beraktivitas kita sertai niat murni ingin menuju Allah dengan mengucap “Bismillaah”, dalam artian meniadakan segala hal kecuali Allah, kita akan berdiri di antara dua jalan, yakni Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim. Jalan kemanusiaan dan jalan ke-ber-agama-an.

Misi Kemanusiaan Nabi Muhammad sebelum Bertauhid kepada Allah Swt

Begitu pun juga, karena agama turun untuk manusia, maka pokok ajaran agama adalah untuk misi kemanusiaan. Nabi Muhammad pertama kali menyampaikan wahyu untuk memperbaiki akhlak masyarakat Arab dan mengajak umat supaya menjauhi kemungkaran.

Yakni dengan menghormati wanita, saling tolong menolong, mengasihi fakir miskin dan menyayangi anak yatim. Di mana semua itu merupakan jalan untuk mencapai inti agama, yakni hanya menghamba kepada Allah Swt.

Selain itu, tersebutkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sejalan dengan ini, Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menguatkan tujuan itu dengan membawa rahmat bagi seluruh alam melalui jalan kemanusian. Suksesnya misi Nabi Muhammad tak lepas dari landasan cinta kasih dan keimanan beliau. Yakni demi menciptakan kebaikan di dunia, dan membebaskan umat dari belenggu kebodohan.

Setelahnya, ketika keadaan di rasa aman lantaran misi kemanusiaan telah tersebar luas, barulah Nabi menyeru ketauhidan. Di mana hal itu berdasarkan ajaran bahwa semua manusia di mata Tuhan hakikatnya sama. Sehingga dengan begitu, karena sesama manusia merupakan sama-sama makhluk, maka hanya diwajibkan menyembah satu Tuhan saja, yakni Allah Swt. Karena itu, teranglah bahwa ketika kita ingin menuju Tuhan, maka jalannya adalah dengan kemanusiaan. []

Tags: Makna BismillahMengajiPondok PesantrenSantritafsir al-quran
Shella Carissa

Shella Carissa

Masih menempuh pendidikan Agama di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan Sarjana Ma'had Aly Kebon Jambu. Penikmat musik inggris. Menyukai kajian feminis, politik, filsafat dan yang paling utama ngaji nahwu-shorof, terkhusus ngaji al-Qur'an. Heu.

Terkait Posts

Filosofi Santri

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Kontrasepsi

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

22 Mei 2025
Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook
  • KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah
  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version