• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Hari Malala: Kilas Balik Terjalnya Akses Pendidikan Bagi Perempuan

Ketika mengangkat isu pentingnya pendidikan bagi perempuan, saya selalu teringat dawuh Buya Husein bahwa, “mendidik anak perempuan, mendidik dua generasi."

Alfiyah Alfiyah
16/07/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Hari Malala

Hari Malala

851
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hari Malala yang ditetapkan sejak tanggal 12 Juli 2013 oleh Sekretaris Jendral PBB (Sekjen PBB) Ban Ki Moon telah menarik perhatian banyak pihak. Pasalnya, hari penghormatan ini berlatarkan kisah seorang gadis asal Mingora, Pakistan.

Ia bernama Malala yang memperjuangkan hak dasarnya untuk terus mengakses pendidikan di bawah ancaman Taliban. Yakni sebuah kelompok Islam yang mengklaim diri sebagai pemerintah yang sah di negara Afghanistan di samping terdapat pihak Republik.

Hidup di bawah ancaman Taliban yang menutup akses bagi perempuan untuk bersekolah tampaknya tidak menyurutkan niatnya untuk terus melawan. Berkat dukungan sang ayah yang merupakan seorang pendidik dan aktivis HAM, Malala terilhami untuk terus berani menyuarakan pentingnya sekolah bagi semua anak, termasuk kaumnya.

Malala menulis melalui buku hariannya yang belakangan ia unggah di situs BBC dengan nama pena Gul Makai yang memiliki arti bunga jagung. Dalam situsnya, ia bercerita mulai dari kecemasan, mimpi-mimpinya dan topik-topik lain.

Salah satu kritiknya atas Taliban adalah adanya aturan mengenakan burqa kepada seluruh perempuan dengan argumen perempuan harus terbebaskan untuk memilih pakaian mereka sendiri.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Lambat laun tulisan Malala dan nama penanya diketahui oleh Taliban. Saat menuju kesekolah Bus yang mereka ketahui ditumpangi oleh Malala itu dicegat oleh sekelompok Taliban bersenjata, sambil bertanya kepada seluruh penumpang bus “Siapa yang bernama Malala?” dengan perasaan takut orang-orang di sekeliling menunjuk kearahnya. Tidak lama setelah itu, Malala diberondong dengan sejumlah peluru yang mengarah kepadanya.

Potret peristiwa di atas Malala alami lansung. Perawatan serius di Birmingham, Inggris telah ia lewati sebagai resiko perjuangannya yang dianggap mengganggu kekuatan Taliban. Karena, pendidikan adalah hal penting, berharga dan menyangkut kebutuhan dasar banyak anak perempuan seperti dia. Maka, “jalan terjal” atas nama kepentingan kesetaraan pendidikan perempuan itu akan terus ia perjuangkan.

Faktor Penghambat dari Dulu Hingga Kini

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya tingkat penyelesaian pendidikan menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Bahwa perempuan memiliki angka yang cenderung lebih tinggi dari laki-laki di tahun 2022. Yakni mulai dari jenjang SD/sederajat. Laki-laki mencapai 97,44 %, sedangkan perempuan di jenjang yang sama berada pada angka 98,21 %.

Pada tahun yang sama jenjang SMP/sederajat laki-laki menempati angka 88,64 %, sedangkan perempuan 91,71 %. Sehingga dapat lihat bahwa dalam jenjang ini perempuan masih berada dalam angka yang tinggi.

Berbeda ketika memasuki jenjang SMA/sederajat. Baik laki-laki maupun perempuan berada di angka yang jauh dari jenjang sebelumnya. Laki-laki sebesar 64,09 %, sedangkan perempuan 68,31 %. Data ini secara umum menunjukkan adanya usaha bersama untuk terus meningkatkan pendidikan bagi perempuan pada jenjang sekolah.

Namun, ketika melihat lebih dekat, masih terdapat kesenjangan pendidikan antara penduduk pedesaan dan perkotaan. Hal ini, dapat kita baca melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022 yang menyebut bahwa pada sebagian besar penduduk pedesaan merupakan lulusan SD dengan angka 31,28 %.

Tentu angka ini jauh berbeda dibanding penduduk perkotaan yang sebagian besar memiliki ijazah SMA/sederajat dengan angka 33,36 %. Tambahan lagi angka perempuan pedesaan usia 15 tahun yang buta huruf sebesar 7, 35 %. Sedangkan di perkotaan hanya sepertiga yakni 2,83 %.

Akses pendidikan yang masih timpang ini telah teruraikan oleh data terkait yang menyebut terdapat faktor penghambat bagi perempuan yang ingin mendapatkan akses pendidikan.

Seperti adanya faktor budaya yang memberikan ruang untuk pendidikan anak laki-laki. Sementara terbatas bagi perempuan. Di mana mereka kita biarkan bergelut di ranah domestik, sedangkan laki-laki dituntut bekerja di luar, terbatasnya akses transportasi dan sumber referensi, ekonomi yang kurang memadai, serta hegemoni laki-laki atas perempuan yang didukung oleh nilai-nilai yang masih berkembang di ranah sosial, agama, hukum dan lainnya.

Pentingnya Kerja Sama Banyak Pihak

Tulisan di sini tidak sedang mencoba mengudar satu persatu adanya kesenjangan antara penduduk desa-kota. Atau perbedaan akses laki-laki dan perempuan yang berdasarkan pada faktor sosial, budaya ekonomi dan sebagainya. Tetapi, ingin mengingatkan kembali pesan agama tentang wajibnya mengakses pendidikan bagi seluruh umat muslim tanpa memandang jenis kelamin tertentu.

Mari mengingat kembali pesan dari Syekh Az-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’allim tentang panduan etika mengakses pendidikan itu. Mulai dari mencari Ridla Allah SWT, untuk menghilangkan kebodohan diri sendiri dan kebodohan pada diri orang lain, dan tidak kita niatkan untuk mengumpulkan materi dunia semata.

Pesan di atas seakan membekali penuntut ilmu baik laki-laki maupun perempuan bahwa mencari ilmu harus kita mulai dengan niat secara personal. Selain itu kesungguhan untuk menghilangkan kebodohan yang melekat dalam diri, maupun individu lain dengan jalan mengajarkannya.

Sedangkan, Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenppa) menambahkan dalam konteks ini negara harus menjamin akses sarana dan prasarana pendidikan bagi laki-laki dan perempuan itu.

Ketika mengangkat isu pentingnya pendidikan bagi perempuan, saya selalu teringat dawuh Buya Husein bahwa, “mendidik anak perempuan, mendidik dua generasi”. Di sini orang tua secara khusus kita panggil untuk membuka akses pendidikan kepada anak-anak perempuannya. Sementara, pendidikan yang perempuan dapatkan secara setara akan berpotensi untuk terwariskan pada generasi setelahnya maupun lingkungan sekitar.

Anjuran untuk mengenyam pendidikan sejak awal telah melekat pada seluruh individu tanpa sekat tanpa kecuali, bahwa upaya menuju kaum perempuan yang mengerti adab dan ilmu membutuhkan kerjasama banyak pihak. Seperti negara dengan kebijakan, lingkungan dengan dukungan dan pribadi dengan keinginan yang kuat. []

 

Tags: duniaHari MalalaMalala YousafzaipendidikanperempuanSekjend PBB
Alfiyah

Alfiyah

Alumni FKD IPMAFA 2022 | Mari saling sapa di instagram @imalfi__

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID