• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Menggapai Ridla Allah Melalui Tirakat

Setiap muslim memerlukan tirakat. Hanya saja tirakat yang dilalui berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
10/08/2023
in Hikmah
0
Tirakat

Tirakat

3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Istilah tirakat sangat familiar di kalangan pesantren. Selain berkhidmah kepada ahli ilmu yaitu para alim ulama, para santri meyakini bahwa dalam tugasnya belajar, sangat perlu untuk menirakati ilmunya agar bermanfaat. Lantas, apa makna tirakat yang sesungguhnya?

Dalam ber-Islam, seorang muslim akan mengenal dan melalui istilah syariat, thariqat, hakikat, dan makrifat. Artinya, sejauh mana maqam (kedudukan) seorang muslim dalam menjalankan sekaligus memaknai Islamnya. Hubungannya dengan tirakat, ada yang mengatakan bahwa tirakat adalah penjawaan dari bahasa Arab thariqat (jalan yang dilalui). Kemudian bahasa Indonesia menyerapnya menjadi tirakat dan tirakatan.

Makna Tirakat dalam Islam

Tirakat berasal dari bahasa Arab tarku yang berarti meninggalkan. Makna secara umum yaitu meninggalkan keburukan. Namun secara khusus yaitu meninggalkan kesenangan dunia. Bagi orang-orang yang derajatnya sudah tinggi, menganggap dunia hanya kendaraan menuju tujuan yaitu akhirat. Maka, mereka akan menggunakan dunia secukupnya dan jauh dari sikap serakah.

Kembali pada tirakat, ia adalah jalan dalam menggapai ridha Allah bukan untuk mendapat kehebatan dunia. Contoh tirakat yang biasa dilakukan santri adalah puasa sunnah, sholat sunnah, dzikir dan wirid, serta amalan-amalan lainnya sesuai dengan arahan dari gurunya.

Tujuan Tirakat dalam Islam

Jika tujuan tirakat adalah menggapai ridha Allah, maka memilki laku yang berorientasi pada kebaikan dan kemaslahatan adalah bentuk tirakat yang bisa semua orang lakukan.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Tirakat adalah meninggalkan kesenangan dunia untuk menggapai ridla Allah. Artinya setiap muslim memerlukan tirakat. Hanya saja tirakat yang dilalui berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menerangkan :

وإنما السعادة كلها في أن يملك الرجل نفسه والشقاوة في أن تملكه

Artinya : Sesungguhnya semua kebahagiaan terletak pada orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, sedangkan kesengsaraan terletak pada orang yang dikuasai oleh nafsunya sendiri.

Contoh Tirakat Sederhana

Berbicara kebahagiaan, pengendalian hawa nafsu, dan menggapai ridka Allah saya jadi teringat ucapan seseorang. “Saya jika sudah merasakan tubuh yang tidak enak, rasanya seperti mau sakit. Maka saya akan puasa sunnah senin-kamis.”

Sekilas, orang tersebut seperti menyiksa dirinya. Sudah tahu akan sakit tetapi lebih memilih berpuasa. Bukankah puasa itu tidak makan dan minum, lantas bagaimana tubuh mendapatkan nutrisi?

Ternyata, orang tersebut lebih meyakini puasa sebagai perantara Allah untuk mencegah rasa sakitnya baik secara hakikat maupun medis. Selain itu, dia merasa takut jika ibadahnya tidak akan maksimal jika tubuhnya sedang sakit. Maka ia bersegera mengupayakan untuk sehat wal afiyat, misalnya dengan puasa sunnah.

Ada lagi, teman saya pernah mengatakan “Jangan takut kesepian, dalam sehari saya senantiasa menyisihkan waktu untuk sendiri dan jauh dari keramaian alias sepi untuk berduaan dengan Tuhanku”

Kebanyakan orang tidak mau sendiri karena takut kesepian. Akan tetapi, baginya sepi adalah waktu istimewa untuk berkhalwat dengan Tuhannya mencurahkan segala rasa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan yaitu Allah.

Terakhir, ada seseorang yang mengatakan “Saya tidak pernah iri dengan kesuksesan orang lain. Terlepas dari bagaimana strategi lahiriahnya seperti produksi dan marketing. Saya justru penasaran kebaikan apa yang telah ia lakukan. Serta bagaimana kedekatannya dengan Allah. Sehingga Allah memudahkan jalannya”

Menurut saya pemikiran seperti itu sudah mulai langka di masyarakat. Jika saya istilahkan ini seperti jalur langit yaitu bagaimana kedekatan dan ketakwaan seseorang dengan Tuhannya yaitu Allah. Dia lebih memilih berhusnudzan atau berprasangka baik kepada Allah. Husnudzan adalah perintah Allah, namun tidak mudah untuk melakukannya.

Saya ulangi lagi, tirakat adalah meninggalkan kesenangan dunia untuk menggapai ridla Allah. Memang tidak mudah untuk melakukannya. Namun semua itu perlu latihan. Bahkan latihannya tidak cukup sehari dua hari melainkan setiap hari.

Maka dalam dunia pendidikan ada istilah learning by doing yaitu belajar sambil melakukan, belajar sepanjang hayat, dan menuntut ilmu (belajar) mulai dari buaian hingga ke liang lahat. Karena siapapun harus berupaya mendidik dan melatih diri menjadi lebih baik dan bertakwa. []

Tags: HikmahislamSufitasawufTirakat
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Kewajiban dan hak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan

    Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID