• Login
  • Register
Kamis, 5 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Hari Guru Nasional: Belajar Menjadi Pendengar yang Baik bagi Anak

Pertama, berlatih untuk bersikap empati dengan menempatkan diri untuk menjadi bagian dari kehidupan anak sehari-hari. Sehingga dapat mendengarkan secara spesifik pengalaman anak

Hastini Hastini
25/11/2023
in Featured, Publik
0
Guru

Guru

777
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap tanggal 25 November, masyarakat Indonesia beramai-ramai memperingati Hari Guru Nasional. Selain ucapan-ucapan manis dari siswa pada guru, menurut saya refleksi guru di hari peringatan ini juga sangat penting.

Pasalnya, selama ini saya yang juga sebagai guru selalu berpandangan bahwa guru yang baik adalah yang mampu membuat suasana kelas damai dan tidak berisik oleh suara anak-anak.

Dengan cara pandang seperti ini, banyak guru yang melarang anak-anak untuk banyak bercerita dan juga bertanya. Bagi sebagian besar guru, duduk diam dan mengikuti alur pembelajaran yang sudah ditentukan oleh guru merupakan sebuah kewajiban anak di sekolah.

Padahal mendengar cerita anak dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan anak, banyak manfaatnya, terutama secara psikologis anak.

Perkembangan psikologis seseorang terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa kecilnya. Jika sejak kecil ia diperlakukan baik, ceritanya didengarkan, maka kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh percaya diri dan merasa dirinya berarti.

Baca Juga:

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Manfaat Mendengar Cerita Anak

Di sisi lain, melansir dari Emc.id, setidaknya ada lima manfaat mendengarkan cerita anak. Pertama, ketika orang dewasa terbiasa mendengarkan cerita anak, maka ia mudah untuk memahami sudut pandang anak dan perasaan-perasaannya seperti perasaan senang, ketakutan, dan kekhawatiran.

Kedua, dengan memberikan perhatian ketika anak bercerita, secara otomatis anak akan belajar bagaimana membangun relasi dan komunikasi yang saling menghormati dan menghargai.

Ketiga, dari cerita-ceritanya, sebagai orang dewasa guru atau orang tua bisa menjadi mudah memahami bakat serta minat anak. Keempat, kebiasaan didengarkan akan membuat anak merasa percaya diri. Kelima¸Ketika percaya diri sudah tertanam di dalam karakter anak, maka anak akan mudah mendapat keterampilan-keterampilan baru.

Melihat dari manfaat-manfaat ini, jelas sekali bahwa menjadi pendengar yang baik bagi anak merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan. Dengan begitu, guru atau pun orang tua harus terus belajar menjadi pendengar yang baik bagi anak.

Karena dengan cara ini, selain bonding atau ikatan emosional dengan anak menjadi erat, kemampuan mendengar cerita anak juga akan mendorong anak menjadi punya energi positif serta merasa dihargai.

Tips Menjadi Pendengar yang Baik

Dalam website Emc.id disebutkan bahwa menjadi pendengar yang baik bukan sesuatu yang mudah, dibutuhkan keterampilan dan sikap yang perlu dilatih terus menerus. Oleh karena itu, guru perlu berlatih menjadi pendengar yang baik bagi anak. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita lakukan:

Pertama, berlatih untuk bersikap empati dengan menempatkan diri untuk menjadi bagian dari kehidupan anak sehari-hari. Sehingga dapat mendengarkan secara spesifik pengalaman anak dan mencari tahu tentang pemikiran dan perasaan mereka terkait pengalamannya tersebut.

Kedua, menunjukkan sikap menghormati dan menghargai ketika sedang mendengarkan anak. Salah satunya adalah dengan memberikan waktu bergantian kepada anak untuk bicara, dan hindari menghakimi pengalaman atau pendapat anak.

Ketiga, mencoba untuk lebih peka terhadap emosi dan perasaan yang ditampilkan oleh anak, dengan menunjukkan sikap terbuka dan mau memahami sudut pandang anak yang berbeda.

Sikap Jujur

Keempat, menampilkan sikap jujur dalam mengkomunikasikan sikap, reaksi dan umpan balik terhadap pengalaman anak, dengan tetap perlu menyesuaikan cara komunikasi dengan tingkatan usia anak.

Kelima, menunjukkan sikap sabar dan peka terhadap waktu yang tepat. Karena untuk mendengarkan kita membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan kesiapan untuk sadar penuh dan hadir utuh. Sehingga dalam mendengarkan dapat merasa nyaman dan dapat menyampaikan umpan balik sesuai dengan pola komunikasi anak.

Dari seluruh uraian di atas, sebagai seorang guru, saya ingin mengajak guru di seluruh Indonesia. Baik laki-laki maupun perempuan untuk belajar menjadi pendengar yang baik bagi anak. Jangan lagi menganggap bahwa cerita anak itu sesuatu yang tidak berharga. Sebab, justru siapa tau kita bisa belajar dari cerita-ceritanya.

Kita pasti selalu ingat bahwa setiap orang dan setiap tempat adalah guru. Maka kita bisa belajar dari siapa pun dan di mana pun, termasuk di sekolah dan dari anak didik kita. Selamat Hari Guru Nasional, semoga seluruh guru di Indonesia tetap berjaya dan bahagia. []

Tags: anakBaikbelajarGuru NasionalhariPendengar
Hastini

Hastini

Terkait Posts

Ibadah Kurban

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

4 Juni 2025
Mitos Israel

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

4 Juni 2025
Trans Jogja

Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

3 Juni 2025
Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ibadah Kurban

    Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan
  • Dalil Batas Aurat Perempuan
  • Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  
  • Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID