Mubadalah.id – Di hari ibu, 22 Desember 2023, aku ingin mengucapkan banyak hal kepada ibuku. Beliau adalah sosok perempuan yang sangat hebat, kuat, tidak menyerah, dan tidak mengeluh dalam menghidupi keluargaku.
Ya, aku dan kedua adik tiriku hidup dan tumbuh bersama ibu. Ayah kami resmi bercerai dengan ibu saat aku masih di kandungan. Jadi setelah aku lahir, ibu dan nenek sama-sama berjuang untuk membesarkan, mendidik dan mengasuh aku.
Di saat aku masuk ke kelas empat Sekolah Dasar (SD), ibuku terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup aku dan adik-adikku yang masih kecil. Karena ayahku sudah tidak pernah lagi memberikan nafkahnya kepadaku.
Kondisi demikianlah yang hingga akhirnya, ibuku terus bangkit, semua pekerjaan ia jalani, termasuk ia juga pernah menjadi tukang jahit di salah satu konveksi. Bahkan hanya untuk mendapatkan uang lebih, ibu rela bekerja hingga larut malam. Semua itu, ia jalani hanya untuk aku dan adik-adikku bisa makan.
Dengan kondisi seperti inilah, yang aku salut kepada ibu. Sepertinya, ia tidak pernah lelah dan patah semangat untuk terus bekerja. Hingga aku mulai masuk pesantren, ibuku akhirnya memilih untuk bekerja di luar negeri. Ya, ibuku berangkat untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Di sana ia bekerja hingga enam tahun.
Saat aku dan adik-adikku ditinggalkan ibu menjadi TKW, cobaan justru bertambah banyak. Kami dihadapkan dengan banyak sekali permasalahan. Salah satunya adalah saat ibu ditipu puluhan juta oleh seorang laki-laki yang ibu kenal.
Berdoa agar Ibu Pulang
Mulai sejak itulah, aku hanya bisa berdoa agar ibu segera pulang ke rumah. Meskipun ia pulang tidak membawa apa-apa. Aku hanya ingin ibu pulang.
Dengan segala cara yang aku dan keluarga ibu lakukan, akhirnya ibuku bisa pulang ke rumah. Mulai dari situ, aku dan keluarga menangis terharu karena selama bertahun-tahun menjadi TKW tanpa berkomunikasi akhirnya ia bisa pulang ke rumah.
Namun setelah kepulangan ibuku ke tanah air, tiba-tiba ayahku datang dan minta maaf. Ayahku ingin kembali rujuk. Namun dengan segala perbuatan yang telah ia lakukan kepada ibuku, ibu tetap lebih memilih berpisah dengan ayah.
Setelah resmi berpisah, akhirnya ibu memutuskan untuk menikah lagi, harapan ibu menikah kembali agar ada yang bisa membantu dalam memberikan kebutuhan untuk anak-anaknya. Dan alhamdulillah, setelah menikah dan hidup beberapa bulan bersama ayah tiriku, ia menjadi ayah yang baik dan mau memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya.
Hanya Sesaat
Namun sayangnya, kebaikan ayah tiriku hanya bertahan selama beberapa bulan saja, karena setelah itu, ayah tiriku kerapkali mengambil uang hasil penjualan ibu untuk kebutuhannya sendiri. Bahkan ayah tiriku sampai tega menggadaikan emas dan beberapa perhiasan miliki ibu.
Alasan ia menggadaikan emas tersebut hanya untuk kepentingan diri sendiri. Dan ia melakukan itu tanpa ada komunikasi dengan ibu.
Karena ibu anggap pernikahan yang ia jalani dengan ayah tiriku sudah tidak sehat, hingga akhirnya, ia lebih memilih untuk berpisah kembali. Ibuku diminta oleh keluarganya untuk kembali dan dilarang untuk ketemu ayah tiriku.
Dan dari situ lah ibuku lebih memilih untuk tinggal bersama kelurga dan anak-anaknya, tanpa ingin kembali bersama ayah tiriku. Hingga akhirnya, saat ini, ibu lebih memilih bekerja dengan merantau ke Jakarta.
Dari sini aku bisa belajar banyak bahwa menjadi seorang ibu, tidaklah mudah, banyak cobaan yang harus ia hadapi. Bahkan tidak sedikit pun, saat cobaan itu datang, di mata ibu, tidak pernah terlihat lelah dan sedih.
Karena yang ada, ibu justru lebih bangkit, kuat dan terus berjuang untuk menglupakan rasa sakit yang ibu alami, demi ingin melihat anaknya bisa tersenyum bahagia.
Dari pengalaman yang ibu alami di atas, aku hanya ingin berharap, kelak nanti, aku bisa membalas semua jasa-jasa ibu, meskipun tidak seperti pengorbanan ibu saat membesarkanku, tapi aku tahu, aku akan berusaha untuk terus membahagiakan ibuku.
Penghormatan kepada Ibu
Dalam membahagiakan ibu, Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk terus menghormati dan memuliakan ibu.
Dalam Hadis yang cukup populer, Nabi Muhammad Saw telah memberikan teladan tentang bagaimana kita harus selalu menghormati, memuliakan, dan membahagiaakan ibu.
Hadis tersebut sebagai berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ (صحيح البخاري).
Dari Abu Hurairah ra, berkata: ada seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah Saw dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? “Ibumu”, jawab Nabi. “Kemudian siapa?”, tanyanya lagi “Ibumu”. “Lalu Siapa?” laki-laki itu terus bertanya. “Ibumu”, Nabi Saw menjawabnya yang ketiga kali. “Setelah itu?, tanya sang laki-laki. “Baru setelah itu Bapakmu”, tegas Nabi Saw. (Sahih Bukhari, no. Hadits: 6037).
Dari Hadis di atas, adalah teladan yang saangat jelas dari Nabi Muhammad Saw. Beliau menjadi sosok yang sangat menghormarti dan memuliakan sosok ibu. Bahkan dari Hadis tersebut nabi menyebut ibu sebanyak tiga kali, ibumu, ibumu, dan ibumu, baru setelah itu ayah.
Dengan begitu, apa yang dilakukan olehku kepada ibu, semoga bisa menjadi teladan yang baik, bahkan bisa menjadi nilai pahala. Dan di hari Ibu ini, aku sangat sayang kepada ibu. Sehat-sehat dan panjang umur ya bu. Selamat Hari Ibu. []