Mubadalah.id – Mencintai diri sendiri (self love) merupakan suatu kewajiban sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Layaknya makna cinta terhadap seseorang, self-love dalam istilah psikologi dapat kita artikan kemampuan seseorang dalam memperlakukan, menghargai, dan dapat berhubungan baik dengan diri kita sendiri.
Dalam ajaran Islam, mencintai diri sendiri juga berkaitan tentang bagaimana memperlakukan diri karena akan berdampak pada bagaimana hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan juga lingkungan sekitar. Dengan mencintai diri sendiri, kita tidak akan mengambil keputusan yang akan merusak apa yang telah Allah berikan pada kita.
Al-Qur’an sebagai kitab pedoman untuk umat manusia, nyatanya juga telah mengajarkan tentang akhlak mulia yang dapat kita terapkan sebagai usaha mewujudkan sikap mencintai diri sendiri. Dari keseluruhan kajian dan ajaran Al-Qu’ran tidak ada satu pun ayat yang memperintahkan manusia untuk menyakiti diri atau membuat celaka diri sendiri.
Al-Qur’an menjelaskan segala sesuatu dengan lengkap dan detail, begitupun dengan manusia yang dibicarakan sebagai sosok dengan sifatnya yang komprehensif dan terkoneksi dengan makrokosmos atau alam semesta. Sains menjelaskan bahwa tiap benda-benda di alam semesta memiliki frekuensi elektromagnetik atau sering kita sebut dengan the energy of universe.
Seorang psikolog, Efnie Indrianie mengutip Suzanne Bell dalam bukunya Quantum Otak menerangkan bahwa setiap sel di dalam tubuh kita mempunyai mitokondria yang berfungsi untuk memproduksi medan-medan elektromagnetik sebanyak 6,5 octolion dan dapat mempengaruhi situasi sekitar kita.
Menariknya, atom, molekul, dan sel-sel di seluruh tubuh kita terpengaruhi oleh perubahan frekuensi elektromagnetik alam semesta akibat transformasi peredaran bulan.
Al-Qur’an Bicara tentang Self Love
Jauh sebelum penemuan tersebut, ternyata Alquran sudah berbicara tentang self love. Sebagaimama termaktub dalam risalah kitab yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Ada beberapa bulan tertentu yang harus manusia perhatikan khususnya kita sebagai umat muslim. Di antaranya ialah empat bulan haram (asyhurul hurum) yang memiliki banyak kemuliaan.
Ulama sepakat bahwa asyhurul hurum yang dimaksud yaitu menurut perhitungan tahun Hijriyah atau berdasarkan dengan revolusi bulan terhadap bumi, antara lain bulan Rajab, Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sebagaimana dalam firmanNya:
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan (sebagaimana) ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi dirimu padanya (empat bulan itu).” (QS. at-Taubah [9]:36)
Penggalan ayat yang tersampaikan di atas, “Itulah (ketetapan) yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu.” Menjadi kode penting yang menyadarkan kembali diri kita untuk lebih mencintai diri dan tidak menyakiti diri.
Lebih lanjut, Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 217, “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar.”
Secara kontekstual, dari ayat ini dapat kita pahami bahwa di zaman sekarang ini maksud peperangan bukan pertumpahan darah seperti apa yang terjadi di masa awal Islam dahulu. Namun jelas peperangan di era digital saat ini lebih berat tantangannya. Karena hal itu berhubungan dengan mengendalikan mata, hawa nafsu, pikiran dan amarah.
Perubahan Frekuensi Elektromagnetik
Efnie Indrianie menjelaskan bahwa saat kita berada pada bulan-bulan haram. Di mana terjadi perubahan frekuensi elektromagnetik di semesta alam tubuh kita sedang direset ulang. Ketika kita melakukan perbuatan yang fatal seperti permusuhan, tindakan menganggu orang lain, marah, dan lain sebagainya. Maka dampaknya akan sangat dahsyat, salah satunya dapat merusak sistem tubuh kita.
Seperti misalnya emosi marah yang tidak terkontrol akan mempengaruhi beberapa organ tubuh kita, dan mengganggu metabolisme. Selain itu berdampak signifikan pada fungsi paru-paru, kerja jantung dan liver, serta menghambat aktifitas sistem saraf bahkan bisa menyebabkan penyakit serius.
Oleh karenanya, Al-Qur’an memerintahkan kita untuk mencintai diri kita dengan menjaga dan tidak menganiaya diri kita, terlebih lagi saat kita berada di bulan haram. Karena secara sains efeknya sangat nyata untuk tubuh kita. Hal itu sama dengan apa yang tersampaikan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas. Bahwa perbuatan maksiat yang kita lakukan di dalamnya akan berlipat ganda balasannya dan mendapat hukuman yang berat di sisi Allah.
Selain menjelaskan tentang self-control dalam relasi dengan manusia pada bulan Haram. Lalu pada ayat berikutnya juga menerangkan untuk mengendalikan perilaku kita kepada lingkungan sekitar.
Kita diperintahkan untuk menjaga diri kita dengan berbuat baik kepada setiap makhluk dan tidak mengganggunya ataupun merusaknya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu dan qalā’id..” (QS. al-Maidah/5:2)
Momentum Evaluasi Diri
Di lain sisi, pada keempat bulan haram yang sangat mulia ini kita dianjurkan untuk mencintai diri sendiri. Yakni dengan merahmati orang lain, tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Sebab bukan hanya dosa yang berlipat ganda, tetapi pahala kebaikan juga demikian. Al-Qur’an selain menerangkan perilaku yang terlarang, tentulah juga mengajarkan sesuatu yang disarankan untuk kita lakukan.
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”(QS. al-Ma’idah/5:2)
Berkaitan dengan perilaku takwa, Allah telah menjelaskannya secara detail dalam ayat 177 QS. al-Baqarah.
…Melainkan kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya. Melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji. Sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Selaras dengan ajaran Islam, amal ibadah yang kita lakukan pada keempat bulan Haram akan lebih banyak balasannya. Reward yang akan kita terima tersebut salah satunya adalah manfaat baik terhadap tubuh.
Sebagaimana studi tentang kebaikan menginformasikan bahwa ketika kita melakukan tindakan baik akan berdampak positif kepada diri kita. Fungsi kerja sistem organ akan sehat, menghasilkan hormon-hormon yang berpengaruh positif untuk kesehatan fisik dan psikis. Selain itu kinerja otak akan dahsyat, kita tidak akan pernah kehabisan ide, serta dapat membedakan hak dan yang batil.
Allah yang lebih memahami dan mengetahui diri kita daripada kita sendiri. Pastilah apa yang Allah perintahkan terhadap hambaNya adalah untuk kebaikan diri kita. Apalagi, saat ini kita sedang berada di penghujung bulan Dzulqadah dan sebentar lagi memasuki bulan Dzulhijjah kemudian berlanjut pada Muharram. Ini menjadi momentum yang tepat untuk kita mengevaluasi diri serta mengindahkan perintah dan larangan-Nya dalam Al-Qur’an. Wallahu a’lam.[]