• Login
  • Register
Sabtu, 21 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Makna Tauhid

Menuhankan selain Allah Swt pasti akan menghalalkan segala cara yang membahayakan kemanusiaan. Karenanya, batas kita taat kepada selain Allah adalah tidak bermaksiat. Tauhid juga punya makna tertentu dalam masyarakat patriarki

Redaksi Redaksi
06/08/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tauhid

Tauhid

619
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tauhid atau hanya menuhankan Allah Swt tidak hanya terkait hubungan manusia dan Allah Swt. Tauhid adalah pemosisian diri di hadapan Allah Swt sekaligus di hadapan makhluk-Nya.

Dalam kalimat syahadat tentang ketuhanan Allah Swt. terkandung ketidaktuhanan selain-Nya. Bagian akhir ini justru yang menjadi kekuatan perubahan sosial revolusioner dalam sejarah para Rasul. Kalau saja menuhankan Allah Swt disertai dengan bolehnya menuhankan selain-Nya, tentu tidak ada perubahan sosial yang berarti.

Di sini kita mesti hati-hati, sebab keimanan kita justru tidak hanya terletak pada menuhankan Allah Swt, melainkan juga pada tidak menuhankan selain-Nya. Musyrik adalah beriman kepada Allah Swt dan pada saat yang sama menuhankan juga selain-Nya.

Pada masa Nabi Musa a.s, tauhid artinya tidak menuhankan kekuasaan seperti yang dilakukan Fir’aun, masa Nabi Syuaib a.s, tauhid berarti tidak menuhankan harta sehingga curang dalam berniaga, dan pada masa Nabi Luth a.s, tauhid berarti anti menuhankan libido seks.

Menuhankan selain Allah Swt pasti akan menghalalkan segala cara yang membahayakan kemanusiaan. Karenanya, batas kita taat kepada selain Allah adalah tidak bermaksiat. Tauhid juga punya makna tertentu dalam masyarakat patriarki. Apa itu?

Baca Juga:

Tauhid secara Sosial

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Tauhid dan Implikasinya bagi Kemanusiaan

Makna Wuquf di Arafah

Tauhid itu Anti Patriarki

Pada masa pra-Islam, masyarakat Jahiliyah menganut sistem patriarki. Bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena dianggap memalukan, perempuan dijadikan jaminan utang, hadiah, mahar, waris, dan lain-lain. Perempuan layaknya benda mati yang tidak bernyawa, berakal, dan berhati.

Pada masa itu, perempuan sepenuhnya berada di bawah kendali laki-laki. Ayah bisa menyetubuhi anak perempuan kandungnya, anak laki-laki bisa menyetubuhi ibu kandungnya, dan persetubuhan sedarah lainnya. Sementara perkawinan mereka maknai sebagai kepemilikan mutlak laki-laki atas perempuan.

Islam mendobrak relasi ini dan menegaskan bahwa perempuan bukan hamba laki-laki, sebab keduanya sama-sama memiliki status melekat sebagai hanya hamba Allah Swt. Laki-laki juga bukan patron perempuan, sebab keduanya sama-sama mengemban amanah melekat sebagai khalifah fil ardh sehingga harus jadi mitra dalam memakmurkan bumi. []

Tags: maknatauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Stereotipe Perempuan

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

20 Juni 2025
Rumah Tangga dengan

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

20 Juni 2025
Seni Kehidupan

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

20 Juni 2025
Pernikahan adalah Pilihan

Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

20 Juni 2025
Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan adalah Pilihan

    Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga
  • Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan
  • Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID