• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengapa Kita Diwajibkan Berpuasa?

Filosofi puasa yang paling saya suka adalah ketika puasa memberi kita pelajaran dan pendidikan dalam hidup.

Nadhira Yahya Nadhira Yahya
01/03/2025
in Personal
0
Berpuasa

Berpuasa

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Selamat datang bulan suci Ramadan. Mohon maaf lahir dan batin teman-teman…

Mubadalah.id – Bicara mengenai dalil yang mewajibkan manusia untuk berpuasa, semua dari kita yang menjalaninya pasti sudah sepakat bahwa itu adalah ketentuan menjadi umat Islam. Tapi, bagaimana jika kita bahas puasa secara universal dan logisnya berpuasa? Kayaknya seru deh.

Melihat bagaimana Islam sangat concern di setiap detail dalam aturan-aturannya, tentu kita bisa merujuk dari adanya aturan untuk berpuasa: Apakah Allah SWT kemudian memerintahkan hamba-Nya untuk berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan tanpa sebuah makna di dalamnya? Jelas tidak. Mekanisme beribadah dengan sistem pengendalian diri ini nyatanya memang kemudian melahirkan banyak sekali manfaat di dalam hidup manusia, loh.

Sebagaimana yang kita semua ketahui, manusia memiliki dua unsur dalam dirinya, yaitu akal dan nafsu. Nafsu dalam diri manusia seringkali membuat kita lupa diri, tidak pernah merasa cukup, serakah, dan lain sebagainya. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik? Mau itu kesedihan atau kebahagiaan sekalipun.

Oleh karena itu, Islam datang dengan memberikan segala aturan, ya tidak lain untuk membuat manusia tetap dalam keadaan stabil. Nah untuk itu, kita perlu mengendalikan diri.

Mengerikan sekali bukan kalau kita tidak punya pengendalian diri?

Mari kita coba lihat beberapa kasus. Kita ambil contoh depresi, kesedihan yang mendalam, bisa dibilang kesedihan yang berlebihan. Berapa banyak kasus seperti ini telah merenggut nyawa manusia?

Baca Juga:

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

Bekerja adalah Ibadah

Tidak adanya keyakinan dan kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian juga membuat mereka memilih jalan tersebut. Beda dengan orang-orang yang memiliki keyakinan akan akhirat, maka apapun yang terjadi, mereka harus tetap berjuang untuk hidup.

Atau sebaliknya, orang-orang yang justru memilih untuk mengakhiri hidupnya pada puncak karir atau pencapaiannya. Banyak sekali contohnya. Di antaranya adalah Alexander McQueen, seorang Desainer papan atas yang ditemukan gantung diri di rumahnya, lantaran kecanduan narkoba. Kurt Cobain, seorang musisi legendaris, juga tewas menembak kepalanya sendiri lantaran kecanduan alkohol dan narkoba.

Manusia yang dipenuhi dengan keserakahan, sampai kapanpun, dan sudah mencapai apapun, mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan segala yang mereka miliki. Sangat mengerikan, bukan?

Yaa walaupun di lain sisi kita memang tidak bisa mengetahui secara pasti sih terkait apa yang tengah mereka alami, dan apa yang sebenarnya mereka kejar.

Cuma seandainya, jika mereka memiliki sistem untuk mengendalikan diri mereka, sehingga jiwa mereka menjadi stabil, mungkin mereka tidak akan terburu-buru memutuskan untuk mengakhiri hidupnya seperti itu. Seandainya saja ada yang mengenalkan puasa pada mereka yaa.. wkwk. Wallahu a’lam  deh.

Manfaat Puasa

Selain itu, manfaat puasa bukan hanya bisa dilihat dari hal psikis saja, melainkan fisik juga. Keduanya saling terkoneksi. Berkaitan dengan ini, hal lain dalam puasa yang patut kita bicarakan adalah mengenai rasa lapar. Sebenarnya, dalam faktor medis pun, rasa lapar itu baik untuk kesehatan. Kita juga dianjurkan untuk mengatur pola makan agar tidak berlebihan. Sebagaimana yang telah  Rasulullah SAW ajarkan kepada kita sejak dulu,

“Makanlah saat lapar, dan berhentilah sebelum kenyang.”

Ternyata, rasa lapar bisa membersihkan perut kita dari penyakit, sedangkan kenyang apalagi kekenyangan, akan mendatangkan banyak penyakit dalam tubuh. Bersamaan dengan itu, rasa lapar juga membersihkan hati dan jiwa kita untuk tidak rakus, tidak serakah, dan selalu merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang kita miliki.

Coba rasakan sendiri: ketika kita makan dalam keadaan lapar, tentu sangat berbeda dengan ketika kita makan dalam keadaan belum lapar. Iya? Pada akhirnya, rasa lapar akan membuat kita lebih menikmati makanan yang akhirnya membawa kita untuk bersyukur. Jadi semuanya terasa begitu nikmat. Siapa yang merasakan? Kita. Dan, ketika kita kekenyangan, lalu memasukkan makanan, kita merasa mual. Siapa yang merasakan? Kita.

Intinya, semua aturan itu, fungsi dan manfaatnya, ya untuk diri kita sendiri.

Bahkan puasa juga sudah menjadi sebuah teknik penyembuhan penyakit, loh. Teknik puasa ini sudah lama digunakan sebagai metode penyembuhan. Berbagai negara pun juga sudah banyak yang menerapkannya. Negara-negara maju seperti Eropa dan AS juga salah satu di antaranya. Dibuktikan dengan berdirinya ratusan klinik penyembuhan penyakit yang menggunakan metode puasa ini.

Bagaimana kerjanya?

Puasa menyeimbangkan fungsi-fungsi di dalam tubuh dengan cara kita “mengistirahatkan” atau “ditidurkannya” organ-organ dalam kita. Harapannya, dengan cara tersebut, tubuh pun akan merehabilitasi kerusakan-kerusakan yang terjadi dan kemudian menjadikannya seimbang.

Oleh karena itu, hubungan antara jasmani dan rohani dalam berpuasa saling berkaitan erat, dan tidak dapat terpisahkan. Karena dampak puasa akan terlihat pada fisik maupun psikis kita.

Dalam hidup yang memiliki banyak dimensi ini, rasanya tentu kita sangat butuh pedoman dan juga cara agar bisa hidup dengan baik. Bayangkan hidup tanpa adanya bimbingan, sedangkan dunia sudah kacau balau, tentu sangat mengerikan. Jika kita harus menjelaskan secara logis mengapa kita memilih Islam dengan segala aturan di dalamnya, mungkin puasa sebagai pedoman untuk menjadi pengendali diri kita, bisa menjadi salah satunya.

Akhir kata, filosofi puasa yang paling saya suka adalah ketika puasa memberi kita pelajaran dan pendidikan dalam hidup. Puasa memberikan kita ruang atau jeda. Hal ini tentu saja bukan hanya bermakna tentang masalah perut, tapi untuk segala hal yang sudah kita lalui, juga sambil mempersiapkan dengan baik hal-hal selanjutnya yang akan datang dalam hidup kita. []

Tags: berpuasaibadahKesehatan MentalManfaat PuasaRamadan 1446 HRukun Islam
Nadhira Yahya

Nadhira Yahya

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID