• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan, Meneladani Akhlak Nabi

Nurul Bahrul Ulum Nurul Bahrul Ulum
27/10/2020
in Aktual, Featured
0
Usia Pernikahan Sayyidah Aisyah dengan Rasulullah

Usia Pernikahan Sayyidah Aisyah dengan Rasulullah

666
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa yang tidak kenal Nabi Muhammad SAW? Saya rasa semua umat Islam mengenal Rasul kita, Muhammad SAW. Banyak orang mengenal Muhammad hanya sebagai seorang Nabi dan Rasul yang membawa ajaran Islam. Padahal, dalam posisinya sebagai Rasulullah, beliau adalah matahari keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan, yang menerangi kehidupan umat manusia di seluruh dunia, sepanjang masa, bahkan hingga hari ini.

Ingatkah, pada tahun ke-10 H, di bawah terik matahari, di atas onta Qashwah kesayangannya, di hadapan sekitar 114.000-an Nabi Muhammad SAW berpidato di jabal rahmah padang Arafah:

أيها الناس: ان لنسائكم عليكم حقا, ولكن عليهنّ حق ألا يوطئن فرشكم غيركم, ولا يدخلن أحدا تكرهونه بيتكم الا باذنكم, ولا يأتين بفاحشة؛ فان فعلن, فان الله قد أذن لكم أن تعضلوهن, وتهجروهن في المضاجع وتضربوهن ضربا غير مبرح, فان انتهين وأطعنكم, فعليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف. وانما النساء عندكم عوان, ولا يملكنّ لأنفسهن شيئا, أخذتموهن بأمانة الله, واستحللتم فروجهن بكلمة الله. فاتقوا الله في النساء, واستوصوا بهن خيرا.

“Wahai manusia, sesungguhnya kaum perempuan memiliki hak atas kamu (kaum laki-laki) sebagaimana laki-laki memiliki hak atas perempuan. Sesungguhnya kaum perempuan (hari ini) tidak berdaya di hadapan kaum laki-laki. Kaum perempuan tidak berdaulat atas dirinya.  Sementara kaum laki-laki berumah tangga dengan perempuan atas amanat Allah dan menghalalkan persetubuhan atas nama Allah, maka  bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan kaum perempuan. Mintalah pertimbangan kebaikan kepada perempuan (untuk pergaulan yang maslahat bagi keduanya).”

Apabila kita dengarkan khutbatul wada’ ini pada hari ini mungkin terasa datar saja. Akan tetapi, pidato itu disampaikan oleh Rasulullah SAW pada 14 abad yang lalu (abad VII M), jauh sebelum gerakan feminisme muncul, di hadapan masyarakat suatu negeri yang masih malu memiliki anak perempuan, pernah mengubur hidup-hidup bayi perempuan, masih mempraktikkan poligami tak terbatas, dan memperlakukan perempuan sebagai objek seksual belaka.

Baca Juga:

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Dalam konteks seperti itu, pidato ini sungguh menggelagar, mengguncang bumi Mekah dan Madinah yang masih sangat patriarkis. Dengan demikian, isi khutbatul wada’ tadi dapat dikatakan wasiat Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia, untuk mengakui hak-hak perempuan yang setara dengan laki-laki, memenuhi hak-hak tersebut, dan memperlakukannya secara adil dan manusiawi dalam seluruh lini kehidupan.

Kita tidak boleh mengurangi dan menghalangi pemenuhan, apalagi melanggar hak-hak perempuan dalam kehidupan bersama, sekalipun atas nama agama. Islam menjamin dan melindungi kesetaraan dan keadilan bagi laki-laki dan perempuan. Sabda Nabi Muhammad SAW:

النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ

“Sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki.”

Oleh karena itu, kelahiran Nabi (maulidunnabiy) adalah momentum penting bagi pemanusiaan perempuan dan kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan. Beliau adalah seorang feminis sebelum feminisme lahir.

Berislam berarti menegakkan kesetaraan dan keadilan laki-laki dan perempuan kapan pun, di manapun dan dalam relasi apapun. Menegakkan kesetaraan dan keadilan laki-laki dan perempuan adalah meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW yang firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Oleh karena itu, mari merefleksi bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan memperjuangkan hak-hak kemanusiaan perempuan dengan seutuhnya, dan sesungguh-sungguhnya, sebagaimana teladan Nabi kita yang mulia. []

Tags: feminismekeadilankemanusiaanKesetaraanMaulid Nabiperempuan
Nurul Bahrul Ulum

Nurul Bahrul Ulum

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID