“While I may be the first woman in this office, I will not be the last, because every little girl watching tonight sees that this is a country of possibilities.”
Tidak ada yang pernah menyangka, gadis kecil yang dulu harus berdesak-desakkan untuk naik bus ke sekolah di California itu kini mencetak sejarah besar. Dalam pidato kemenangannya, Kamala seakan memecahkan stigma bahwa dunia politik Amerika bukanlah untuk perempuan. Utamanya setelah Hillary Clinton kalah dari Donald Trump dalam pemilihan presiden periode lalu.
Banyak orang yang masih meyakini bahwa perpolitikan Amerika masih dipegang erat elit-elit konservatif yang tidak memungkinkan seorang perempuan, apalagi dari golongan minoritas bisa terpilih. Namun realita menunjukkan hal yang berbeda. Mayoritas rakyat Amerika yang sudah jemu akan narasi-narasi memecah belah dari Trump kemudian bersatu untuk memberikan amanah kepada kandidat yang berjanji untuk menyatukan Negeri Paman Sam.
Harris, yang kerap diragukan karena latar belakangnya: putri imigran Jamaika dan India, menunjukkan bahwa sudah saatnya perempuan untuk mengatakan ‘tidak’ pada semua keraguan yang ditujukan pada mereka. Dan, ia membuktikan tersebut pada dunia. Ia mencengangkan ratusan juta orang warganya dengan melenggang ke gedung putih setelah meraih 290 suara electoral bersama Joe Biden.
‘Momala’, begitu ia dipanggil oleh anak-anak Harris pernikahan pertama suaminya, Emhoff, telah membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bila kita punya impian besar dan bekerja keras untuk mewujudkan hal itu. Sejak awal merintis karier, ia sudah terbiasa akan ketidaksetujuan banyak orang terhadap cita-citanya.
Dalam video QnA singkat pada bio instagramnya, ia menceritakan jika ia sering mendapatkan saran untuk mundur dalam berbagai kompetisi yang ia ikuti, baik dalam kariernya sebagai jaksa, hingga dunia politik. Namun ia tak pernah menyerah.
Ia selalu mengatakan ‘tidak’ pada semua orang yang meragukan kapasitasnya, “You know, I have in my career been told many times, ‘It’s not your time. It’s not your turn. And let me just tell you, I eat ‘no’ for breakfast, so I would recommend the same. It’s a hearty breakfast.”
Ketangguhan Kamala itu tidaklah ia dapatkan secara instan. Didikan ibunya yang luar biasa membentuknya menjadi pribadi yang ulet dan cerdas. Semenjak kecil, ibunya yang juga mengidap kanker payudara mengajarkan padanya bahwa duduk santai dan terus menggerutu, tak akan memecahkan masalah. Bila mau persoalan selesai, kita semua harus bergerak mencari solusi.
Nasihat itu lah yang terus terngiang di kepala Kamala dan adiknya, Maya Harris. Tak heran, sejak kecil ia selalu dilibatkan dalam aktivisme yang dilakukan kedua orangtuanya. Bahkan beberapa kali mereka diikutkan dalam protes menuntut keadilan sosial. Ia ingat betul, dulu tak segan-segan ibunya membawa mereka dalam kereta dorong agar mereka familiar dengan pergerakan massa.
Dalam biografinya, Kamala Harris menambahkan bahwa hal tersebut tak terlepas dari kesadaran yang ditanamkan dari keluarga besarnya. Mereka semua menyadari bahwa dunia belum sepenuhnya memberikan keadilan pada semua orang. Dari sana lah, ia dan Maya Harris diajarkan untuk memahami betapa pentingnya esensi sejarah hingga politik dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dari ibunya pula, mereka banyak mendapat inspirasi untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi banyak orang. Selain gigih mendorong semangat murid-muridnya yang berasal dari beragam latar belakang, Shyamala Gopalan Harris semasa hidupnya terus mengingatkan Kamala bahwa melayani rakyat merupakan tugas mulia, dan memperjuangkan keadilan bagi siapapun harus dilakukan sepanjang hayat sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Sebelas tahun setelah ibunya tiada, legasi perempuan India tersebut tetap tertanam kuat dalam diri Kamala. Bahkan, ia berkomitmen bahwa semua nilai-nilai positif yang ditanamkan ibunya takkan pernah ia lupakan, dan akan ia perjuangkan dengan sepenuh hati.
Kini, dengan jabatan wakil presiden negara adidaya, Kamala telah menginspirasi ratusan juta anak perempuan di berbagai belahan dunia bahwa tidak ada yang tak bisa diwujudkan oleh seorang perempuan. “Meski nanti akan banyak orang yang menyangsikan mimpi-mimpi yang kita punya,” dengan tegas Kamala berpesan agar kita tidak membiarkan orang menghentikan ambisi kita, “tapi kita lah yang harus memperlihatkan siapa kita sebenarnya.”
Dan, sejak saat kepercayaan rakyat Amerika dilabuhkan padanya, kita tentu berekspektasi agar Kamila tidak saja bergerak memperjuangkan kesejahteraan di Negeri Paman Sam, namun juga mampu membantu meredam konflik-konflik di berbagai belahan dunia yang disebabkan oleh kebijakan luar negeri pendahulunya, termasuk konflik Israel-Palestina yang masih menyisakan PR besar bagi administrasi Biden-Harris.
Terlebih, waktu kampanye tempo lalu Kamala tampak belum berpihak secara penuh pada korban-korban perang, utamanya di Gaza yang sangat menderita karena opresi pemerintah Israel yang semena-mena. Oleh karenanya, kita semua berharap kepemimpinan perempuan seperti Kamala akan memberikan warna berbeda untuk mewujudkan perdamaian dalam jangka panjang, bukan justru menorehkan luka yang semakin mendalam bagi mereka yang termarjinalkan. []