Mubadalah.id – Perempuan ketika ditempa untuk berekspresi dan mengaktualisasikan diri, maka ia akan “menjadi” sesuatu yang membanggakan. Sebagaimana telah dilakukan Moorissa Tjokro, perempuan Indonesia di balik autopilot Tesla, yang bisa membawa mobil melaju sendiri tanpa kendali manusia.
Moorissa Tjokro terpilih menjadi salah satu Autopilot Software Engineer di Tesla. Dikutip dari VOA Indonesia, Moorissa dipercaya ikut menggarap fitur full self driving untuk mobil Tesla. Moorissa sendiri diberi kepercayaan untuk berperan sebagai insinyiur perangkat lunak Autopilot Tesla di San Fransisco, California Amerika Serikat.
Dalam wawancara dengan VOA, Marissa mengungkapkan bahwa sebagai Autopilot Software Engineer, bagian-bagian yang ia lakukan mencakup computer vision, seperti bagaimana mobil itu melihat dan mendeteksi lingkungan disekitarmya. Apa ada mobil di depannya? Tempat sampah di kanannya? Dan juga, bagaimana ia bisa bergerak atau yang dinamakan control and behavior planning, untuk ke kanan, ke kiri, manuver In a certain way.
Moorissa sendiri telah bekerja untuk Tesla sejak Desember 2018. Sebelum menjadi Autopilot Software Engineer, Moorissa dipercaya Tesla menjadi Data Scientist yang menangani perangkat lunak mobil. Kini, Moorissa lebih banyak bertugas untuk mengevaluasi perangkat lunak autopilot serta melakukan pengujian terhadap kinerja mobil, juga mencari cara untuk meningkatkan kinerjanya.
Dalam perjalanan hidupnya, Moorissa Tjokro merupakan lulusan SMA Pelita Harapan di Indonesia, dan menetap di Amerika sejak 2011, ketika ia baru berusia 16 tahun. Moorissa mendapat beasiswa Wilson and Shannon Technology untuk kuliah di Seattle Central College.
Kecintaan Moorissa akan dunia STEM (Sains, Teknologi, Teknik/Engineering, Matematika) memang tidak perlu diragukan lagi. Sejak kecil, ia begitu dekat dengan dunia matematika. Bahkan dalam sebuah wawancara, ia mengaku sangat menyukai pelajaran tersebut, salah satunya yakni Aljabar.
Selain itu, Moorisa juga benar-benar jatuh cinta begitu dalam dengan dunia sains, karena terinspirasi dari sang ayah. Karena Ayah Moorisa merupakan seorang insinyur elektrik dan entrepreuner, sehingga ia bisa melihat jika teknik insinyur itu benar-benar fun, penuh tantangan, dan ia sangat menyukainya.
Dorongan dan dukungan keluarga, terutama dari sang ayah, membuat perempuan berusia 26 tahun ini tumbuh begitu dekat dengan sains. Hingga akhirnya, rasa cinta yang begitu dalam tersebut mengantarkan Moorissa mendapatkan beasiswa ke Negeri Paman Sam.
Perjalanan studi tersebut akhirnya selesai ketika ia baru berusia 19 tahun. Bahkan Moorissa didaulat sebagai salah satu lulusan termuda yang berhasil mendapatkan predikat Summa Cum Laude. Sungguh sebuah prestasi anak bangsa yang membanggakan di negeri orang, terlebih prestasi itu ditorehkan oleh seorang perempuan.
Pengalaman bekerja selama dua tahun di Marke Team, sebuah perusahaan pemasaran di Atlanta, Amerika Serikat, membuat Moorissa Tjokro ingin melanjutkan studi di bidang yang lebih spesifik. Akhirnya, pada tahun 2016, ia memilih untuk mengambil S2 di bidang Data Scinece dengan spesifik ke Machine Learning di Colombia University New York, USA.
Dalam perjalanan dan pengalaman belajarnya itu, Moorissa juga berperan aktif dalam sejumlah organisasi di luar kesibukan kuliahnya. Ia pernah menjadi President’s Undergraduate Research Awward dan mendapat nominasi Helen Grenga untuk insinyur perempuan terbaik ketika sedang menempuh studi di Georgia Institute.
Setelah lulus program magister, Moorissa juga sempat meraih juara 1 di kompetisi Colombia Annual Data Science Hackathon dan juara 1 di kompetisi Colombia Impact Hackathon. Sehingga dengan berbagai prestasi dan pencapaian karier belajar yang membanggakan tersebut tak heran jika ia dihubungi secara langsung oleh pihak Tesla untuk bergabung dalam tim kerjanya.
Kini, Moorissa Tjokro menjadi salah satu dari 110 Autopilot Engineer yang ada di Tesla. Bahkan Moorissa juga menjadi satu dari hanya enam perempuan yang bekerja di divisi tersebut. Tugas utamanya adalah memastikan bahwa fitur swakemudi atau full-self driving dari Tesla dapat benar-benar aman bagi para pengendara dengan cara mengevaluasi perangkat lunak autopilotnya, hingga menguji kinerja mobil swakemudi tersebut.
Langkah besar yang telah ditempuh Moorissa Tjokro telah menginspirasi banyak perempuan muda di negeri ini. Saya yakin tidak hanya saya, tetapi juga para pembaca. Berharap Indonesia ke depan, dengan segala kekhasannya, sistem dan kebijakan Negara, lingkungan masyarakat, serta keluarga kelak akan mampu melahirkan Moorissa Tjokro-Moorissa Tjokro berikutnya. Sebagaimana tema pada Hari Pergerakan Perempuan Indonesia di tahun 2020, “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju.” []