• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Puisi

Aku adalah Kau

Mubadalah Mubadalah
02/07/2017
in Puisi
0
orang beda agama

orang beda agama

39
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Seorang penyair klasik nan bijakbestari menyenandungkan puisi manis berjudul Aku adalah kau ini:

Dari Cinta kita berasal
Dari Cinta kita terlahir
Di bawah naungan Cinta kita menyusuri jalan
Dan demi cinta kita akan pulang

Cinta dan kasih adalah visi dari semu agama-agama, dunia kemanusiaan dan tradisi-tradisi spiritual sepanjang zaman. Tidak ada kode etik kemanusiaan yang mengungguli cinta. Ia adalah awal dan akhir perjalanan manusia.

Kaum muslimin diajarkan dan diperintahkan membaca “Bismillahirrahmanirrahim” (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang), pada setiap shalat dan ketika akan mengerjakan hal-hal yang baik. Para utusan Tuhan selalu hadir untuk tugas membangun etika kemanusiaan yang didasarkan atas cinta dan kasih sayang, membebaskan penderitaan umat manusia yang diakibatkan oleh penindasan secara cultural maupun structural dan menebarkan cahaya ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu orang akan memahami semesta ciptaan Tuhan.

Kau adalah Aku yang lain

Baca Juga:

Prinsip utama dari visi cinta adalah “engkau adalah aku” atau “aku adalah engkau”. Mengenai ini saya teringat pada cerita seorang bijakbestari. Katanya: “Aku mengetuk pintu rumah temanku. “Siapa?, jawab temanku. “Ini aku”. Pintu tak dia buka. Aku mengetuk sekali lagi. Dia bilang lagi : “siapa?. Aku bilang : “kau”. Maka dia membukakan pintunya, dan memelukku erat-erat, seraya berbisik : “Kau adalah aku. Teman sejati bagaikan cermin diri”.

Cinta sejati mengubah dua jiwa menjadi satu. Al-Hallaj, seorang sufi legendaris menggubah puisi indah ini :

انا من اهوى ومن اهوى انا
نحن روحانِ حَللَنا بَدَنا

فَإِذا أَبصَرتَني أَبصَرتَه
ُوَإِذا أَبصَرتَهُ أَبصَرتَنا

Aku adalah orang yang menyita
Dia yang menyinta adalah aku
Kami adalah dua ruh yang menyatu
Jika kau melihatku, kau melihatnya
Jika kau melihatnya kau melihat kami

Cerita di atas mengandung arti bahwa kita semua, dituntut untuk selalu memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Karena dia adalah dirimu yang lain.

Crb, 020717 KH Husein Muhammad

Mungkin judul puisi yg menginspirasi Salah Satu pemenang Film festival HUT Bhayangkara POLRI 71 ini..

Tags: Aku adalah KauFilm dokumenter Aku adalah aku yang lain
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Makna Taat, Khidmah, dan Barakah

Puisi Doa

27 Oktober 2022
puisi hari raya

Puisi Hari Raya yang Sufistik

1 Mei 2022
Sabar

Ngaji Rasa tentang Makna Sabar

8 November 2021
Biografi Jamal Al-Banna dan Gagasan Fiqh Baru

Senandung Puisi Rindu Untuk Sang Nabi

19 Oktober 2021
Rumi

Ngaji Rumi: Gahazal 44, Doa yang Diajarkan Rumi

1 Oktober 2021
Bersyukurlah menjadi santri

Puisi Nyai Badriyah: “Bersyukurlah Menjadi Santri”

20 September 2021
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID